Peranan Orangtua dalam Pendidikan Seksualitas pada Anak Usia Baligh dan Remaja bersama Ibu Elly Risman

Peranan Orangtua dalam Pendidikan Seksualitas pada Anak Usia Baligh dan Remaja bersama ibu Elly Risman, M.Psi adalah acara seminar parenting yang Chi datangi hari Sabtu lalu (26/01). Bertempat di sekolah Keke dan Nai.

Sudah 3 tahun tahun terakhir ini, sekolah memang rutin mengadakan seminar parenting. Tahun pertama, seminar parenting tentang Pendidikan Karakter Anak bersama Prof. DR. H. Arief Rachman, M.Pd. Yang kedua, Chi lupa sama siapa karena saat itu Chi gak bisa hadir. Dan yang ketiga, alhamdulillah Chi bisa hadri lagi walaupun gak sampai tuntas karena harus mengejar waktu supaya gak telat ke acara Warung Blogger.


Peranan Orangtua dalam Pendidikan Seksualitas pada Anak Usia Baligh dan Remaja bersama Ibu Elly Risman
Peranan Orangtua dalam Pendidikan Seksualitas pada Anak Usia Baligh dan Remaja bersama ibu Elly Risman


Ibu Elly membuka seminar parenting kali ini dengan sebuah pertanyaan, "Sejauh mana kita telah menjadi orang tua sebaik-baiknya dengan anak kandung?" Disini sebagai orang tua kita semua diajak merenung, apakah yakin sudah menjadi orang tua yang sebaik-baiknya untuk anak? Karena kenyataannya, trend anak dan remaja zaman sekarang adalah terpaparnya pornografi sejak awal. Terutama sejak kelas 4 bahkan ada yang sejak kelas 1 bahkan TK.

Gadget menjadi salah satu penyebab penyebaran pornografi. Banyak orang tua yang hanya mampu membelikan gadget tapi tidak mampu memberikan edukasi gadget kepada anak. Kebanyakan orang tua membelikan gadget hanya karena gengsi melihat orang tua lain mampu membelikan anaknya gadget, masa' kita enggak. Ada juga yang membelikan gadget supaya anaknya anteng. Tapi, sama sekali tidak mengedukasi anaknya apa yang baik dan tidak dalam gadget.

Masih banyak orang tua yang berpikir, "Ah, anak tau apa, sih?" atau orang tua berpikir kalau mereka itu lebih tau dari anak. Padahal anak-anak zaman sekarang itu pintar-pintar. Karena mereka adalah generasi Digital Natives sedangkan orang tuanya adalah generasi Digital Imigrant. Artinya, anak-anak sekarang itu lebih akrab dengan teknologi digital bahkan sejak lahir. Gak heran kalau banyak anak-anak sekarang yang gak gaptek, berbeda dengan orang tuanya.


Kalau orang tua tetap bertahan dengan kegaptekannya, selalu merasa aman, itu berbahaya. Anak-anak akan mudah mendapatkan banyak sekali info dari dunia digital tanpa ada yang membendung dan memfilter.  Orang tua baru sadar setelah terjadi sesuatu terhadap anaknya.

Menurut tabel yang dibuat ibu Elly berdasarkan survey, rumah belum tentu menjadi tempat teraman. 52% pornografi justru terjadi di rumah (termasuk di kamar mandi), 18% di bioskop, 10% di rumah teman, 3% di sekolah, sisanya lain-lain. Mereka mendapatkan pornografi dari film bioskop atau DVD (20%, situs 13%, games 13%, sisanya lain-lain.

Ibu Elly juga melakukan survey kepada beberapa anak pra-remaja. Beliau bertanya, "Sudah siapkah menjadi remaja?" 57% anak mengatakan siap. Tapi, banyak orangtua yang terdiam ketika ditanya persiapan apa saja yang sudah dilakukan dalam menghadapi pubertas? Bisa jadi artinya, anak siap menjadi remaja untuk sesuatu yang salah.


  1. Sudah sejauh mana anak dipersiapkan memasuki pubertas?
  2. Apakah orang tua melakukan sendiri persiapan tersebut atau mengharapkan orang lain yang melakukan
  3. Apa yang ingin dibahas dengan anak?
  4. Sudahkah membahas isu-isu mutakhir tentang kasus-kasus anak dengan anak?

Banyak orang tua yang merasa nanti aja. Belum saatnya, tunggu anaknya cukup umur dulu. Padahal, kasus pornografi mulai banyak terjadi sejak anak usia dini. Mereka melakukan itu karena meniru dari apa yang dilihat karena banyak anak yang sudah akrab dengan gadget sejak kecil tanpa filter. Bicaralah dengan anak, dengan bahasa yang mereka bisa mengerti.

Orang tua juga banyak yang mengharapkan orang lain yang bisa mendidik anak mereka. Anak mereka disekolahkan, di masukkan ke bimbel, TPA, dan lain-lain karena berharap pihak-pihak lainlah yang bisa mendidik anak-anak. Padahal pihak-pihak lain sifatnya hanya membantu. Yang tetap harus bertanggung jawab dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT nanti adalah orang tua. Bahkan bu Elly Risman mengatakan kalau banyak orangtua yang lebih peduli, sibuk, dan pusing sama urusan politik ketimbang sibuk dengan tumbuh kembang anak

Tidak percaya diri bicara seks kepada anak juga dialami banyak orang tua. Karena budaya kita yang masih menganggap bicara seks kepada anak adalah sesuatu yang tabu menjadi salah satu penyebabnya. Supaya orang tua menjadi percaya diri saat mangajak anak bicara seks, harus ada 2 hal yaitu sadar dan sepakat.


Sadar

  • Tanggung jawab kepada Allah SWT - Anak adalah amanah yang Allah berikan kepada orang tua. Kalau Allah memberikan amanat tersebut dalam keadaan baik, maka ketika saatnya nanti kita pun harus mengembalikannya dalam keadaan baik.
  • Gentingnya masalah karena isu-isu yang berkembang
  • Anak perlu pendampingan untuk melalui masa pubertas


Sepakat 

Orang tua harus punya concern, commitment, dan continuity untuk menyediakan waktu dan tenaga bersama anak-anak. Komunikasi harus benar, baik, dan menyenangkan.

Menurut bu Elly, Seks dan Seksualitas adalah 2 hal yang berbeda.


Seks

  • Segala sesuatu yang berhubungan dengan alat kelamin
  • Menjadi laki-laki atau perempuan


    Seksualitas

    • Totalitas kepribadian
    • Apa yang kau percayai, rasakan, pikirkan, dan bagaimana bereaksi
    • Bagaimana Anda berbudaya, bersosialisasi, dan berseksual
    • Tampil ketika berdiri, tersenyum, berpakaian, tertawa, dan menangis
    • Menunjukkan siapa diri kita

    Orang tua harus mengajarkan seksualitas kepada anak sejak dalam kandungan. Bahkan sejak kita memilih pasangan. Orang tualah yang menjadi pendidik pertama tentang seksualitas anak. Cara orang tua mendidik anak ada 3 hal pilihan orang tua:

    • Jangan membeo - menurut ibu Elly, banyaknya pakar parenting yang berbicara bukan berarti kita harus membeo. Membeo itu seperti burung beo yang selalu meniru persis apa yang didengarnya. Tapi lihat dan cerna dulu apa yang dikatakan oleh pakar tersebut, Apabila tidak sreg bagi kita, jangan lakukan.
    • Mengulang sejarah - kalau kita berpikir, dulu gak pernah dipersiapkan masa pubertas oleh orang tua kenyataannya aman-aman saja, gak berarti ketika kita mengulang hal yang sama dengan yang orang tua kita lakukan dulu juga akan tetap aman. Jadi, gak selalu semua sejarah bisa diulang.
    • Merubah fikiran - tiap zaman, beda tantangannya. Penting bagi orang tua untuk selalu mengupdate dan merubah sudut pandangnya.

    Agar orang tua merasa percaya diri ketika memberikan pendidikan seksualitas kepada anak adalah:

    • Berlandaskan agama
    • Menyikapi dan mempersiapkan materi sesuai umur anak
    • Berlatih bicara - ada beberapa hal yang mungkin cukup berat bila dibicarakan dengan anak. Supaya tidak salah, orang tua sebaiknya berlatih bicara sendiri dulu.
    • Gunakan istilah al-quran, kitab suci, atau bahasa ilmiah - contohnya, ketika mengenalkan kemaluan, masih banyak orang tua yang bilangnya 'burung' atau 'dompet'. Padahal anak itu berpikir konkrit. Bilang aja ke mereka kalau itu kemaluan. 
    • Jangan jaim - orang tua gak perlu takut salah dalam mendidik anak. Biar gimana orang tua adalah manusia. Sewaktu-waktu bisa salah.

    Bu Elly bercerita, suatu hari beliau pernah dikritik oleh salah seorang anaknya yang bersekolah agama. Katanya, beberapa hadist yang selama ini diajarkan ibunya itu hadist lemah. Anaknya lalu memberitahu hadist yang kuat kepada ibunya. Yang dilakukan bu Elly saat itu adalah

    1. Jangan putus asa - ketika kita merasa telas salah mendidik anak, percayalah kepada rahmat Allah
    2. Mentertawai diri sendiri - mampu mentertawai diri sendiri itu salah satu tanda kalau kita sehat
    3. Salah adalah hal yang manusiawi

    Sesekali anak juga perlu bicara dari hati ke hati dengan orang tuanya. Apabila orang tua memiliki lebih dari satu anak, jangan dibarengi pembicaraan dari hati ke hatinya. Ayah dan ibu pun mempunyai masing-masing pertanyaan. Karena biasanya pemikiran ayah dan ibu bisa berbeda.

    Chi gak selesai ikut seminarnya. Padahal ada sesi praktek berbicara juga. Tapi, setidaknya udah ada beberapa ilmu berharga yang bisa Chi dapatkan. Saat seminar tersebut, Bu Elly juga banyak bercerita tentang kasus-kasus seks hingga pergaulan pada anak bahkan sejak usia dini. Bikin kepala jadi rada cenat-cenut sekaligus mengurut dada, deh.

    Tapi, setelah Chi berpikir keras, diputuskan beberapa hal untuk tidak menulisnya disini. Saat itu, bu Elly sangat tegas tidak mengizinkan orang tua yang membawa anak masuk ke dalam seminarnya. Ada beberapa materi yang memang bukan konsumsi anak-anak walopun itu terjadi pada anak. Dan dengan alasan yang sama, Chi pun tidak menulis di sini. Karena blog ini sering dibaca oleh Keke dan Nai. *Sedang dipikirkan media lain*

    Dari seminar tersebut *walopun gak tuntas lihatnya*, ada beberapa ucapan bu Elly yang bisa Chi kasih catatan penting:


    1. Selalu berlandaskan agama
    2. Orang tua selalu mendapatkan PR dalam hal mendidik anak
    3. Jangan pernah berharap hasil instan ketika mendidik anak
    4. Selalu update perkembangan terbaru dari dunia anak
    5. Jangan takut salah
    6. Orang tua itu terdiri dari ayah dan ibu. Penting sekali untuk keduanya berperan dalam mendidik anak, bukan hanya tanggung jawab ibu saja.

    Post a Comment

    10 Comments

    1. jadi semuanya kembali ke orangtua ya mak,sekolah dll hanya membantu. jadi pingin banget ikut seminarnya bu elly :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. iya, karena guru pertama seorang anak adalah orang tua

        Delete
    2. Makasih sharenya mak. Saya pernah mau ikut acara yg pengisinya Bu Elly, belum jodoh ternyata emmang ga boleh bawa anak. Mungkin lain kali :(

      ReplyDelete
      Replies
      1. karena temanya pendidikan sex. Kalau tema lain, ada juga kok yang boleh bawa anak

        Delete
    3. materi yg menarik dan bermanfaat tentunya. Dijabarkan juga gak mak, ciri2 anak yg sudah mau mulai puber, dan bisanya mulai usia berpa?

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya kan cuma setengah acara hadirnya, Mak. Pas saya di sana, sih belum dijelasin. Gak tau, ya, kalau pas saya udah pergi :)

        Delete
    4. kadang orang tua mungkin agak risih klo mau buka omongan soal pendidikan seks dengan anaknya

      ReplyDelete
      Replies
      1. iya, tetapi cara pandang seperti itu harus mulai dihilangkan. Membahas seks kan gak selalu harus topik yang vulgar

        Delete
    5. Mak Chi, aq mau tanya yg ini nih : Apabila orang tua memiliki lebih dari satu anak, jangan dibarengi pembicaraan dari hati ke hatinya. Maksudnya apa sih mak?

      ReplyDelete
      Replies
      1. maksudnya, kalau orang tua merasa perlu bicara dari hati ke hati dengan anak-anaknya, sebaiknya dilakukan dengan terpisah. Misalnya, hari ini dengan kakak. Besok bicara dengan adik. Begitu, Mak

        Delete

    Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

    Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^