Olahraga Gak Cuma Bikin Badan Bugar
"Anak-anak sekarang umumnya koordinasi auditif motoriknya jelek." Begitu
menurut mbak Anna Surti Nina, psikolog yang berbicara pada talkshow "Parenthood Style di Era Digital." Mbak Nini juga menceritakan pengamalan pribadinya ketika sedang
mengajak putranya jalan-jalan sore di seputaran komplek. Tiba-tiba dengan
santainya, putranya itu membetulkan tali sepatu yang lepas di tengah
jalan. Putranya masih belum menyadari kalau dari arah belakang akan ada
motor yang melintas.
Menurut Mbak Nina, anak yang koordinasi auditif motoriknya bagus, akan mempunya reflek atau insting yang bagus. Contohnya, ketika sedang berjalan-jalan, seringkali kita tiba-tiba menengok ke belakang karea merasa akan ada kendaraan yang melintas. Dan, ternyata memang benar ada kendaraan yang melintas. Sedangkan anak yang koordinasi auditif motoriknya jelek, tidak mempunyai insting seperti itu. Anak yang koordinasi auditif motoriknya jelek, mempunya tingkat kewaspadaan yang rendah.
Penyebabnya adalah ketagihan gadget. Solusinya bukan dengan cara menghilangkan gadget dari dunia anak. Karena rasanya di zaman sekarang akan terasa sulit sekali apabila anak dijauhkan dari dunia digital. Tapi, orang tua harus melatih anak. Paling tidak, ajak mereka jalan-jalan di sore hari itu sudah melatih koordinasi auditif motorik mereka.
Berkaitan dengan cita-cita, Chi pun mulai merencanakan supaya Keke mulai konsisten berolahraga silakan baca postingan Chi yang berjudul Mencapai Cita-Cita). Selama ini maish tergantung mood. Kalau lagi pengen main gadget, sehabis pulang sekolah, Keke bisa main komputer atau gadget sampai sore. Tapi kalau lagi senang main diluar, bisa dari pulang sekolah dia main di luar sampe sore. Dari mulai lari-larian, main sepeda, bulutangkis, sampai main sepakbola. Kali ini Chi pengen Keke itu konsisten.
Awalnya, Chi minta Keke itu keliling taman pakai sepeda selama 15 menit setiap sore. Tapi, setelah dipikir-pikir, Keke itu kan negotiator. Apapun di nego sama dia. Kalau disuruh keliling 15 menit, bisa-bisa dia cuma lari 1-2 putaran aja, abis itu ngelamain nego untuk mengurangi jatah waktu olahraga. Begitu udah masuk 15 menit, dia akan kesenengan karena jatah 15 menitnya sudah selesai hahaha.
Akhirnya, peraturan pun Chi ubah. Keke harus putar keliling taman sesuai target yang sudah ditentukan. 20x untuk sepeda atau 10 kali untuk lari. Silakan memilih.
Keke memilih bersepeda. Nai juga kepengen ikutan. Sebetulnya Nai gak
wajib ikut. Kalau untuk Nai, Chi minta dia setiap hari berlatih berkreasi.
Supaya semakin kreatif dan semakin terlatih tangannya. Tapi, kalau Nai
juga kepengen ikut Keke untuk latihan, gak akan Chi larang juga.
Ada 3 manfaat yang bisa dirasakan dengan mengajak Keke dan Nai olahraga setiap sore:
Awalnya, Chi gak terpikir kalau dengan berolahraga itu bisa melatih ketekunan. Chi pikir hanya aktifitas motorik halus, seperti menulis sambunglah yang bisa melatih ketekunan. Ternyata olahraga juga bisa melatih ketekunan.
Keke itu anak yang cerdas, tapi agak kurang tekun. Seringkali grasa-grusu. Chi sering kali mengingatkan untuk masalah ketekunan. Memang sih udah mulai ada perubahan, terutama sejak dia harus sering belajar huruf sambung. Tapi, tetep aja sesekali harus diingatkan untuk urusan ketekunan.
Untuk urusan ketekunan memang berbanding terbalik dengan Nai. Chi seringkali bilang ke Keke dan Nai, kecerdasan yang kita miliki suatu saat bisa dikalahkan oleh orang-orang yang tekun.
Ketika baru pertama kali olahraga, terlihat sekali perbedaan ketekunan antara Keke dan Nai. Sejak awal putaran, Nai selalu konsisten. Kecepatannya tidak bertambah maupun berkurang. Tidak sekalipun dia mau beristirahat. Padahal begitu sampai putaran ke-10, Chi tawarkan Nai untuk istirahat sejenak tapi Nai menolak.
Lain dengan Keke. Waktu awal putaran, dia melesat cukup cepat. Nai tertinggal lumayan jauh karena tenaga Keke untuk mengayuh sepeda kan juga lebih besar. Tapi, baru juga 1 putaran, Keke udah berhenti. Yang dia lakukan adalah nego supaya putarannya dikurangi. Udah ketebak hahaha.
Berbagai alasan dan bujukan coba dia keluarin. Tapi, tetep gak berhasil. Peraturan gak bisa diubah pokoknya. Chi malah beberapa kali mengingatkan Keke tentang ketekunan. Merasa usahanya gak berhasil, Keke kembali melesat dengan sepedanya.
Keke kembali melakukan negosiasi setelah melakukan 1-2 putaran berikutnya. Setelah gagal, dia kembali melesat dengan cepat. Begitu terus hingga putaran ke-10. Memasuki putaran ke-10, Keke mulai konsisten. Kecepatannya pun stabil. Gak mendadak cepat, gak juga mendadak lambat. Nai yang selesai lebih dulu. Keke menyusul kemudian. Hanya selisih 1 putaran saja.
Setelah beristirahat, minum, dan hilang napas ngos-ngosannya, Chi mulai ajak anak-anak untuk berdiskusi.
Bunda: "Pemenangnya tadi adalah Naimaaa..!!"
Nai: "Yeaaaayy!! Ima menang!"
Keke: "Ya udah biarin aja."
Bunda: "Eiii, Keke gak boleh anggap santai begitu. Yuk, kita evaluasi."
Chi lalu katakan kalau pesan Chi yang tentang ketekunan bisa mengalahkan orang cerdas mulai ada buktinya. Buktinya Keke bisa kalah dari Nai. Eits! Chi bukan menganggap Keke itu lebih cerdas dari Nai atau beliknya, ya. Tapi disini Keke punya kelebihan dalam hal energi. Badan Keke yang lebih besar tentu aja seharusnya akan menang kalau lomba sepedaan lawan Nai yang kecil mungil. Tapi, nyatanya yang selesai duluan justru Nai. Itu karena Nai konsisten. Sedangkan Keke dengan segala macam alasan dan bujuk rayu, dia lebih banyak berhentinya. Jadinya malah belakangan selesainya.
Bunda: "Ibarat mobil, kalian itu mengendarai mobil yang sama. Tapi, kalau Keke yang nyetir bensinnya jadi boros."
Keke: "Maksudnya? Kok, bisa?"
Bunda: "Ya, karena kecepatan Keke gak stabil. Nanti tiba-tiba ngegowesnya ngebut, tiba-tiba pelan banget, trus brenti-brenti. Mobil juga kalau jalannya kayak gitu bakal boros bensin. Sama lah kayak Keke, makanya dari tadi ngeluh cape terus. Coba kalau stabil kayak Nai, dari awal sampai akhir segitu aja kecepatannya. Konsisten. Gak akan terasa begitu cape."
Di hari kedua, Keke mulai konsisten untik 10 putaran pertama. Mulai melakukan nego justru di 10 putaran akhir. Chi tetap gak menuruti permintaan dia. Hari-hari berikutnya, Keke mulai konsisten. Gak ada lagi yang namanya nego dan bujuk rayu. Kalau Nai masih terus konsisten sampai sekarang. Cuma, akhir-akhir ini dia lebih memilih lari daripada sepedaan. Gak apa-apa. Pokoknya yang penting sesuai target.
Setiap selesai berolahraga, Chi selalu mengajak mereka untuk melakukan evaluasi dengan santai dan menyenangkan. Jangan lupa smoothies gak boleh ketinggalan. Biar mereka semangat juga olahraganya. Trus, Chi sendiri kapan olahraganya? Pas anak-anak sekolah, lah. Kalau ikutan olahraga bareng mereka, nanti siapa yang ngitung putarannya :)
Menurut Mbak Nina, anak yang koordinasi auditif motoriknya bagus, akan mempunya reflek atau insting yang bagus. Contohnya, ketika sedang berjalan-jalan, seringkali kita tiba-tiba menengok ke belakang karea merasa akan ada kendaraan yang melintas. Dan, ternyata memang benar ada kendaraan yang melintas. Sedangkan anak yang koordinasi auditif motoriknya jelek, tidak mempunyai insting seperti itu. Anak yang koordinasi auditif motoriknya jelek, mempunya tingkat kewaspadaan yang rendah.
Penyebabnya adalah ketagihan gadget. Solusinya bukan dengan cara menghilangkan gadget dari dunia anak. Karena rasanya di zaman sekarang akan terasa sulit sekali apabila anak dijauhkan dari dunia digital. Tapi, orang tua harus melatih anak. Paling tidak, ajak mereka jalan-jalan di sore hari itu sudah melatih koordinasi auditif motorik mereka.
Berkaitan dengan cita-cita, Chi pun mulai merencanakan supaya Keke mulai konsisten berolahraga silakan baca postingan Chi yang berjudul Mencapai Cita-Cita). Selama ini maish tergantung mood. Kalau lagi pengen main gadget, sehabis pulang sekolah, Keke bisa main komputer atau gadget sampai sore. Tapi kalau lagi senang main diluar, bisa dari pulang sekolah dia main di luar sampe sore. Dari mulai lari-larian, main sepeda, bulutangkis, sampai main sepakbola. Kali ini Chi pengen Keke itu konsisten.
Awalnya, Chi minta Keke itu keliling taman pakai sepeda selama 15 menit setiap sore. Tapi, setelah dipikir-pikir, Keke itu kan negotiator. Apapun di nego sama dia. Kalau disuruh keliling 15 menit, bisa-bisa dia cuma lari 1-2 putaran aja, abis itu ngelamain nego untuk mengurangi jatah waktu olahraga. Begitu udah masuk 15 menit, dia akan kesenengan karena jatah 15 menitnya sudah selesai hahaha.
Akhirnya, peraturan pun Chi ubah. Keke harus putar keliling taman sesuai target yang sudah ditentukan. 20x untuk sepeda atau 10 kali untuk lari. Silakan memilih.
Ada 3 manfaat yang bisa dirasakan dengan mengajak Keke dan Nai olahraga setiap sore:
- Melatih koordinasi auditif motoriknya agak semakin baik. Apalagi sore hari biasanya jalanan di komplek sudah mulai kembali ramai. Tentu harus lebih hati-hati saat mereka bersepeda.
- Membuat badan menjadi bugar. Salah satu ancaman terbesar anak yang kecanduan gadget adalah obesitas. Dengan rutin berolahraga, semoga obesitas bisa terhindar dari Keke dan Nai
- Melatih ketekunan
Awalnya, Chi gak terpikir kalau dengan berolahraga itu bisa melatih ketekunan. Chi pikir hanya aktifitas motorik halus, seperti menulis sambunglah yang bisa melatih ketekunan. Ternyata olahraga juga bisa melatih ketekunan.
Keke itu anak yang cerdas, tapi agak kurang tekun. Seringkali grasa-grusu. Chi sering kali mengingatkan untuk masalah ketekunan. Memang sih udah mulai ada perubahan, terutama sejak dia harus sering belajar huruf sambung. Tapi, tetep aja sesekali harus diingatkan untuk urusan ketekunan.
Untuk urusan ketekunan memang berbanding terbalik dengan Nai. Chi seringkali bilang ke Keke dan Nai, kecerdasan yang kita miliki suatu saat bisa dikalahkan oleh orang-orang yang tekun.
Ketika baru pertama kali olahraga, terlihat sekali perbedaan ketekunan antara Keke dan Nai. Sejak awal putaran, Nai selalu konsisten. Kecepatannya tidak bertambah maupun berkurang. Tidak sekalipun dia mau beristirahat. Padahal begitu sampai putaran ke-10, Chi tawarkan Nai untuk istirahat sejenak tapi Nai menolak.
Lain dengan Keke. Waktu awal putaran, dia melesat cukup cepat. Nai tertinggal lumayan jauh karena tenaga Keke untuk mengayuh sepeda kan juga lebih besar. Tapi, baru juga 1 putaran, Keke udah berhenti. Yang dia lakukan adalah nego supaya putarannya dikurangi. Udah ketebak hahaha.
Berbagai alasan dan bujukan coba dia keluarin. Tapi, tetep gak berhasil. Peraturan gak bisa diubah pokoknya. Chi malah beberapa kali mengingatkan Keke tentang ketekunan. Merasa usahanya gak berhasil, Keke kembali melesat dengan sepedanya.
Keke kembali melakukan negosiasi setelah melakukan 1-2 putaran berikutnya. Setelah gagal, dia kembali melesat dengan cepat. Begitu terus hingga putaran ke-10. Memasuki putaran ke-10, Keke mulai konsisten. Kecepatannya pun stabil. Gak mendadak cepat, gak juga mendadak lambat. Nai yang selesai lebih dulu. Keke menyusul kemudian. Hanya selisih 1 putaran saja.
Setelah beristirahat, minum, dan hilang napas ngos-ngosannya, Chi mulai ajak anak-anak untuk berdiskusi.
Bunda: "Pemenangnya tadi adalah Naimaaa..!!"
Nai: "Yeaaaayy!! Ima menang!"
Keke: "Ya udah biarin aja."
Bunda: "Eiii, Keke gak boleh anggap santai begitu. Yuk, kita evaluasi."
Chi lalu katakan kalau pesan Chi yang tentang ketekunan bisa mengalahkan orang cerdas mulai ada buktinya. Buktinya Keke bisa kalah dari Nai. Eits! Chi bukan menganggap Keke itu lebih cerdas dari Nai atau beliknya, ya. Tapi disini Keke punya kelebihan dalam hal energi. Badan Keke yang lebih besar tentu aja seharusnya akan menang kalau lomba sepedaan lawan Nai yang kecil mungil. Tapi, nyatanya yang selesai duluan justru Nai. Itu karena Nai konsisten. Sedangkan Keke dengan segala macam alasan dan bujuk rayu, dia lebih banyak berhentinya. Jadinya malah belakangan selesainya.
Bunda: "Ibarat mobil, kalian itu mengendarai mobil yang sama. Tapi, kalau Keke yang nyetir bensinnya jadi boros."
Keke: "Maksudnya? Kok, bisa?"
Bunda: "Ya, karena kecepatan Keke gak stabil. Nanti tiba-tiba ngegowesnya ngebut, tiba-tiba pelan banget, trus brenti-brenti. Mobil juga kalau jalannya kayak gitu bakal boros bensin. Sama lah kayak Keke, makanya dari tadi ngeluh cape terus. Coba kalau stabil kayak Nai, dari awal sampai akhir segitu aja kecepatannya. Konsisten. Gak akan terasa begitu cape."
Di hari kedua, Keke mulai konsisten untik 10 putaran pertama. Mulai melakukan nego justru di 10 putaran akhir. Chi tetap gak menuruti permintaan dia. Hari-hari berikutnya, Keke mulai konsisten. Gak ada lagi yang namanya nego dan bujuk rayu. Kalau Nai masih terus konsisten sampai sekarang. Cuma, akhir-akhir ini dia lebih memilih lari daripada sepedaan. Gak apa-apa. Pokoknya yang penting sesuai target.
Setiap selesai berolahraga, Chi selalu mengajak mereka untuk melakukan evaluasi dengan santai dan menyenangkan. Jangan lupa smoothies gak boleh ketinggalan. Biar mereka semangat juga olahraganya. Trus, Chi sendiri kapan olahraganya? Pas anak-anak sekolah, lah. Kalau ikutan olahraga bareng mereka, nanti siapa yang ngitung putarannya :)