Demam berdarah udah ada vaksinnya, lho. Tetapi, sebelum bahas tentang
vaksin DBD, mau menceritakan dulu pengalaman terkena penyakit
ini.
Demam selama 3 hari, masuk hari ke-4 udah mulai reda. Badan mulai enakan. Udah mulai bisa beraktivitas ringan. Tapi, masuk hari ke-5 mulai gak enak badan lagi!
K’Aie pun mengajak ke dokter. Singkat cerita, dari hasil lab positif terkena demam berdarah. Dokter langsung menyarankan dirawat. Awalnya Chi sempat menolak. Tetap merasa cuma demam biasa karena kecapean. Apalagi sempat merasa keenakan.
Kemudian, secara singkat dokter menjelaskan tentang siklus tapal kuda. Justru saat demam sudah turun, di situlah masuk fase kritis. Memang belum tentu terjadi hal fatal. Tetapi, bila terjadi sesuatu, bisa lebih cepat diambil tindakan bila pasien sudah dirawat di rumah sakit.
Hati masih tetap keberatan untuk dirawat. Karena kepikiran ma anak-anak, sih. Tapi, agak ngeri-ngeri gimana gitu kalau dengar penjelasan dokter tentang masa kritis. Tentu gak pengen dong sampai terlambat ditangani. Akhirnya Chi pun setuju dirawat di rumah sakit.
Selama dirawat, gak ada demam sama sekali. Tapi, perut Chi sakit luar biasa. Cuma bisa meringkuk menahan rasa sakit. Sekadar pindah posisi pun berasa banget sakitnya. Sampai sempat pecah nangisnya karena gak kuat. Kata dokter salah satu tanda bahaya demam berdarah memang begitu. Duh! Untung Chi gak ngeyel, ya. Akhirnya menurut saran dokter untuk dirawat. Jadi langsung bisa ditangani. Alhamdulillah.
Waspada DBD di Sekitar Kita
Rabu (31/5) bertempat di Hotel Raffles, Jakarta, Chi hadir di acara
bertemakan
“Demam Berdarah di Sekitar Kita. #Ayo3MPlusVaksinDBD”. Menurut WHO,
Indonesia negara yang paling terdampak demam berdarah. Kasusnya tertinggi
di Asia Tenggara.
Anak-anak paling rentan bila sampai terkena demam berdarah dengue. Tetapi, siapapun bisa terkena. Demam berdarah tidak memandang lokasi, usia, gender, dan lain-lain.
Demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya. Pada saat itu mortality rate (angka kematian) bahkan mencapai 41,3%. Saat ini, angka kematiannya sudah jauh menurun. Tetapi, dengue masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Kenapa kita harus sama-sama waspada bila ada demam berdarah di sekitar? Bahkan bila sudah ada yang terkena, biasanya akan dilakukan fogging.
Demam berdarah tidak menular langsung antar manusia. Tetapi, gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang mampu menggigit banyak orang berulang-ulang. Pada saat menggigit, nyamuk akan memasukkan virus ke kulit sehingga akhirnya menyebabkan demam berdarah dengue.
Jangkauan terbang nyamuk bisa sampai beberapa kilometer. Oleh karena itu, sangat memungkinkan bila nyamuk Aedes Aegypti menggigit di satu rumah, akan terbang ke rumah lain. Jangkauannya bisa semakin jauh, bila nyamuknya masuk ke dalam kendaraan.
Awalnya, nyamuk Aedes Aegypti menggigit di pagi dan siang hari. Karena nyamuk ini senang dengan tempat terang. Tetapi, sekarang malam hari pun bisa terang benderang di perkotaan. Nyamuk gak bisa membedakan yang penting terang. Makanya penularannya pun bisa terjadi di malam hari.
Rumah yang bersih gak menjamin tidak terkena demam berdarah. Kita bisa terkena di manapun, misalnya di sekolah, kantor, dan lain sebagainya. Selama tempatnya memang berisiko menjadi perkembangbiakan demam berdarah.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan diharapkan Indonesia menjadi negara tanpa kematian akibat dengue pada tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah memiliki Strategi Nasional Penanggulangan dengue 2021-2025, di antaranya adalah
Tentu Pemerintah gak bisa bergerak sendiri. Harus ada partisipasi dari semua pihak, termasuk masyarakat. Kita bisa lakukan 3M Plus untuk mengantisipasi demam berdarah, yaitu
Sedangkan “Plus” yang dimaksud adalah kita bisa melakukan beberapa cara berikut
Pada saat Pandemi COVID-19, jumlah pasien demam berdarah mengalami penurunan. Tetapi, angka kematian meningkat. Penyebabnya karena telat ditangani. Saat pandemi, ke rumah sakit memang jadi semacam hal yang menakutkan.
Sudah pernah terkena demam berdarah, bukan berarti tidak akan kena lagi. Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang 4 jenis berbeda yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Terkena demam berdarah berulang juga bisa lebih berbahaya dibandingkan yang baru pertama kali mengalami. Risiko pendarahan menjadi lebih tinggi dan berat.
Selama ini, masyarakat mengkhawatirkan trombosit yang turun ketika terkena demam berdarah. Menurut Dr. dr, Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI, mindset tersebut harus diubah. Bukan penurunan trombosit yang harus dikhawatirkan, tetapi pembuluh darah mengalami kebocoran.
Belum ada satupun dokter yang bisa memastikan pasien akan mengalami kebocoran pembuluh darah atau tidak. Tetapi, bila sampai terjadi biasanya di fase kritis, saat demam mulai turun. Beberapa tanda bahaya yang harus diwaspadai di masa kritis, yaitu
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), juga mengatakan kalau anak-anak lebih rentan mengalami kebocoran pembuluh darah. Karena persentase cairan di tubuh anak lebih besar. Oleh karena itu, pengambilan darah pasien dewasa yang terkena demam berdarah biasanya 18-24 jam sekali. Tetapi, pada anak bisa 2-4 jam sekali. Paham banget kalau kemudian banyak orang yang gak tega melihat anaknya diambil darah sesering itu. Tetapi, orangtua juga harus paham tentang risiko yang besar bila bayi atau anak terkena demam berdarah.
Di fase kritis, pasien juga bisa mengalami syok hingga kena ke otak. Demam berdarah menjadi satu-satunya penyakit di mana pasien masih mampu berjalan saat sudah terkena syok.
Anak-anak paling rentan bila sampai terkena demam berdarah dengue. Tetapi, siapapun bisa terkena. Demam berdarah tidak memandang lokasi, usia, gender, dan lain-lain.
Demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya. Pada saat itu mortality rate (angka kematian) bahkan mencapai 41,3%. Saat ini, angka kematiannya sudah jauh menurun. Tetapi, dengue masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Kenapa kita harus sama-sama waspada bila ada demam berdarah di sekitar? Bahkan bila sudah ada yang terkena, biasanya akan dilakukan fogging.
Demam berdarah tidak menular langsung antar manusia. Tetapi, gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang mampu menggigit banyak orang berulang-ulang. Pada saat menggigit, nyamuk akan memasukkan virus ke kulit sehingga akhirnya menyebabkan demam berdarah dengue.
Jangkauan terbang nyamuk bisa sampai beberapa kilometer. Oleh karena itu, sangat memungkinkan bila nyamuk Aedes Aegypti menggigit di satu rumah, akan terbang ke rumah lain. Jangkauannya bisa semakin jauh, bila nyamuknya masuk ke dalam kendaraan.
Awalnya, nyamuk Aedes Aegypti menggigit di pagi dan siang hari. Karena nyamuk ini senang dengan tempat terang. Tetapi, sekarang malam hari pun bisa terang benderang di perkotaan. Nyamuk gak bisa membedakan yang penting terang. Makanya penularannya pun bisa terjadi di malam hari.
Rumah yang bersih gak menjamin tidak terkena demam berdarah. Kita bisa terkena di manapun, misalnya di sekolah, kantor, dan lain sebagainya. Selama tempatnya memang berisiko menjadi perkembangbiakan demam berdarah.
Lakukan 3M Plus untuk Mengantisipasi DBD
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan diharapkan Indonesia menjadi negara tanpa kematian akibat dengue pada tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah memiliki Strategi Nasional Penanggulangan dengue 2021-2025, di antaranya adalah
- Penanganan kasus demam berdarah secara tepat dan efektif
- Pengawasan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti, yaitu nyamuk yang menjadi vektor atau penyebar virus penyebab demam berdarah
- Peningkatan kapasitas dan keterlibatan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah
- Peningkatan kualitas data dan informasi tentang demam berdarah
- Strategi ini juga akan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan sektor swasta untuk berpartisipasi dalam program pencegahan dan pengendalian demam berdarah.
-
Mengembangkan studi, riset, dan inovasi pencegahan demam berdarah.
Selain menerapkan 3M Plus, inovasi seperti vaksin merupakan langkah
tambahan yang penting untuk melindungi masyarakat dari penyakit demam
berdarah.
Tentu Pemerintah gak bisa bergerak sendiri. Harus ada partisipasi dari semua pihak, termasuk masyarakat. Kita bisa lakukan 3M Plus untuk mengantisipasi demam berdarah, yaitu
- Menguras – Kuras semua tempat penampungan air, misalnya bak, vas bunga, ember, dan lainnya secara rutin. Lakukan minimal seminggu sekali.
- Menutup – Tutup semua tempat yang menampung air agar tidak jadi tempat perkembanganbiakkan nyamuk.
-
Mendaur Ulang – Beberapa sampah/limbah bisa didaur ulang agak
kembali memiliki nilai ekonomis. Pastinya jangan sampai membiarkan
sampah menumpuk sehingga ada genangan air.
Sedangkan “Plus” yang dimaksud adalah kita bisa melakukan beberapa cara berikut
- Gunakan lotion anti nyamuk
- Tutup jendela dan ventilasi menggunakan kawat kasa
- Rutin bergotong-royong di lingkungan
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
- Memelihara ikan yang memakan jentik nyamuk
-
dll
Fase Kritis DBD
Pada saat Pandemi COVID-19, jumlah pasien demam berdarah mengalami penurunan. Tetapi, angka kematian meningkat. Penyebabnya karena telat ditangani. Saat pandemi, ke rumah sakit memang jadi semacam hal yang menakutkan.
Sudah pernah terkena demam berdarah, bukan berarti tidak akan kena lagi. Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang 4 jenis berbeda yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Terkena demam berdarah berulang juga bisa lebih berbahaya dibandingkan yang baru pertama kali mengalami. Risiko pendarahan menjadi lebih tinggi dan berat.
Selama ini, masyarakat mengkhawatirkan trombosit yang turun ketika terkena demam berdarah. Menurut Dr. dr, Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI, mindset tersebut harus diubah. Bukan penurunan trombosit yang harus dikhawatirkan, tetapi pembuluh darah mengalami kebocoran.
Belum ada satupun dokter yang bisa memastikan pasien akan mengalami kebocoran pembuluh darah atau tidak. Tetapi, bila sampai terjadi biasanya di fase kritis, saat demam mulai turun. Beberapa tanda bahaya yang harus diwaspadai di masa kritis, yaitu
- Sulit minum
- Muntah terus
- Nyeri perut
- Lemas, ngantuk
- Pucat, tangan dan kaki lembap
- Tanda pendarahan (mimisan, muntah darah, buang air besar darah, buang air kecil merah)
-
Kencing berkurang
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), juga mengatakan kalau anak-anak lebih rentan mengalami kebocoran pembuluh darah. Karena persentase cairan di tubuh anak lebih besar. Oleh karena itu, pengambilan darah pasien dewasa yang terkena demam berdarah biasanya 18-24 jam sekali. Tetapi, pada anak bisa 2-4 jam sekali. Paham banget kalau kemudian banyak orang yang gak tega melihat anaknya diambil darah sesering itu. Tetapi, orangtua juga harus paham tentang risiko yang besar bila bayi atau anak terkena demam berdarah.
Di fase kritis, pasien juga bisa mengalami syok hingga kena ke otak. Demam berdarah menjadi satu-satunya penyakit di mana pasien masih mampu berjalan saat sudah terkena syok.
Pentingnya Vaksinasi DBD
Pada acara tersebut pasangan artis
Ringgo Agus Rahman dan Sabai Morscheck keduanya pernah terkena
demam berdarah, bahkan Ringgo mengalami terkena sampai 2x. Putra kedua
mereka pun juga terkena demam berdarah saat pandemi. Usianya masih batita.
Tentu menjadi momen yang menakutkan pada saat itu. Untungnya segera
ditangani dan dirawat di rumah sakit.
Tidak ingin mengalami lagi, Ringgo dan keluarga, kecuali putra bungsu, melakukan vaksinasi DBD. Putra bungsunya belum divaksin karena vaksin demam berdarah yang ada hanya untuk usia 6-45 tahun.
Vaksin DBD merupakan inovasi untuk melindungi individu dari penyakit dengue. Beberapa tahun ini, beberapa jenis vaksin DBD dikembangkan dan sudah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Masyarakat yang sudah divaksinasi masih bisa terkena demam berdarah. Tetapi, vaksinasi bisa mencegah risiko dirawat inap.
Hasil dari vaksinasi tersebut, tentu sejalan dengan keinginan Pemerintah yang ingin membuat angka kematian menjadi nol untuk demam berdarah di tahun 2030. Tetapi, tetap kita harus menerapkan 3M Plus, ya. Karena cegah demam berdarah lebih baik daripada mengobati. Tetapi, vaksinasi bisa meminimalisir risiko bila sampai terkena demam berdarah.
C-ANPROM/ID/QDE/0141 | Aug 2023
Tidak ingin mengalami lagi, Ringgo dan keluarga, kecuali putra bungsu, melakukan vaksinasi DBD. Putra bungsunya belum divaksin karena vaksin demam berdarah yang ada hanya untuk usia 6-45 tahun.
Vaksin DBD merupakan inovasi untuk melindungi individu dari penyakit dengue. Beberapa tahun ini, beberapa jenis vaksin DBD dikembangkan dan sudah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Masyarakat yang sudah divaksinasi masih bisa terkena demam berdarah. Tetapi, vaksinasi bisa mencegah risiko dirawat inap.
Hasil dari vaksinasi tersebut, tentu sejalan dengan keinginan Pemerintah yang ingin membuat angka kematian menjadi nol untuk demam berdarah di tahun 2030. Tetapi, tetap kita harus menerapkan 3M Plus, ya. Karena cegah demam berdarah lebih baik daripada mengobati. Tetapi, vaksinasi bisa meminimalisir risiko bila sampai terkena demam berdarah.
C-ANPROM/ID/QDE/0141 | Aug 2023