Pendidikan Literasi Keuangan untuk Anak dengan Kurikulum Cha-Ching - "Kan, Ayah punya uang di ATM. Ambil dulu aja."
Pernah gak kita mengalami kejadian saat anak meminta dibelikan sesuatu, ketika permintaannya ditolak dengan santainya anak akan meminta orang tua mengambil uang di ATM. Seolah-olah terkesan adalah mesin yang bisa mengeluarkan uang kapan pun dan sebanyak apapun yang kita mau. Keke dan Nai pernah seperti itu ketika mereka masih kecil.
Lalu, pernah gak anak menjadi tantrum di tempat umum karena keinginannya untuk membeli sesuatu tidak dipenuhi? Kalau Keke dan Nai gak pernah. Kayaknya mereka paham kalau kami termasuk orang tua yang 'tega'. Gak akan mempan mau ngambek sampai tantrum juga.
[Silakan baca: 5 Alasan untuk Tega sama Anak]
Ajarkan Anak Memahami Literasi Keuangan Sedini Mungkin
Menurut survey yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia kurang dari 30%.
Survey tersebut dilakukan kepada orang dewasa. Belum ada data resmi tentang tingkat literasi keuangan di kalangan anak. Tetapi, bila persentasi orang dewasa aja masih rendah, bagaimana dengan anak? Kan, kita semua, terutama orang tua, yang seharusnya mengajarkan anak tentang paham literasi keuangan.
Ada suatu kekhawatiran di mana anak-anak sekarang kelak akan lebih suka menghabiskan pendapatan daripada berinvestasi. Tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Misalnya, lebih suka pendapatannya habis untuk traveling daripada membeli rumah.
Anak-anak sekarang juga termasuk generasi instan. Salah satu contohnya, mulai banyak yang menggampangkan kerjaan. Gak betah di satu kantor, mereka langsung memilih resign dan mencari kerjaan lain.
Banyak hal yang harus dipelajari tentang literasi keuangan. Tetapi, ada 4 konsep utama yang bisa dipahami terlebih dahulu yaitu:
- Earn (peroleh)
- Save (simpan)
- Spend (belanjakan)
- Donate (sumbangkan)
Seperti yang ditulis di atas, pada awalnya anak memiliki konsep yang sangat sederhana tentang keuangan. Peroleh uang (dari atm / dompet) kemudian dibelanjakan. Nanti pelan-pelan bisa diajarkan dari mana uang berasal, tentunya tidak tiba-tiba muncul di ATM atau dompet. Kemudian dikasih pengertian lagi kalau sudah memiliki uang, sebaiknya disimpan terlebih dahulu baru dibelanjakan.
Pemahaman tentang menyimpan bisa dikembangkan dengan cara mengenalkan ke bank. Sedangkan untuk membelanjakan bisa diajarkan bagaimana cara yang bijak untuk berbelanja. Setelah itu, kita bisa mengajak anak untuk berdonasi agar uang uang diperoleh memiliki nilai lebih.
[Silakan baca: Perlukah Uang Jajan untuk Anak?]
Prudential Meluncurkan Program Cerdas Keuangan Cha-Ching Curriculum
Rabu (20/2) bertempat di Gedung F Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Prudential meluncurkan program Cha-Ching Curriculum. Sebetulnya program ini merupakan lanjutan implementasi karena sejak tahun 2012 Prudential Indonesia sudah memperkenalkan Cha-Ching.
Cha-Ching adalah inisiatif dari Prudence Foundation, divisi Community Investment Prudential Corporation Asia. Dikembangkan dalam kemitraan dengan Cartoon Network, kanal televisi anak-anak terkemuka di Asia Pasifik dan Dr. Alice Wilder, seorang pakar bidang pendidikan dan psikologi anak pemenang Emmy Award. Cha-Ching menggunakan pendekatan naratif musikal yang menarik dan sesuai dengan usia, untuk mengajarkan anak-anak tentang empat konsep utama manajemen dasar keuangan - Earn, Save, Spend, dan Donation.
Sumber: Prudential.co.id
Bagi yang suka nonton channel Cartoon Network tentunya sudah tidak asing dengan animasi ini. Tetapi, Prudential menginginkan dampak yang lebih luas di masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2017, Cha-Ching mulai dimasukkan ke kurikulum sekolah dasar di Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga kini sudah ada 602 SD di Sidoarjo dengan jangkauan 29.000 siswa SD dan 969 guru. 99% respons orang tua yang anaknya mendapatkan pendidikan keuangan ini sangat baik.
Kurikulum Cha-Ching ini kemudian dilanjutkan di 221 SD di Jakarta dengan jangkauan 14.062 siswa dan 466 guru. Untuk sekolah di Jakarta saja, Prudential memiliki target jangkauan 92.000 siswa dari 1.546 sekolah hingga tahun 2020. Diharapkan implementasi ini juga berlanjut ke berbagai sekolah di kota lain.
“Prudential Indonesia memahami bahwa sebuah bisnis yang bertanggung jawab adalah bisnis yang memiliki komitmen berkelanjutan untuk mengembangkan masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan fokus “We DO Good” yang dicanangkan Prudential di awal tahun, kami terus berkomitmen untuk mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan literasi serta inklusi keuangan masyarakat Indonesia, terutama anak-anak di tingkat sekolah dasar, salah satunya melalui program Cha-Ching," ujar Nini Sumohandoyo, Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia
Apa yang disampaikan oleh ibu Nini sesuai dengan peraturan OJK nomor 76 tahun 2016, untuk mengimplementasikan pendidikan keuangan pada masyarakat Indonesia. Lalu kenapa sasarannya adalah anak sejak usia 7 tahun? Karena menurut studi dari University of Cambridg, anak-anak mulai membentuk kebiasaan finansial sejak 7 tahun.
Marc Fancy, Executive Director Prudence Foundation, mengatakan bahwa bidang pendidikan memiliki peran yang sangat fundamental. dalam pembangunan sumber daya manusia.
Belajar Keuangan dengan Konsep Menyenangkan
Pernah bermain monopoly? Rasanya menyenangkan, bukan?
Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal sejak dulu. Monopoli sebetulnya tidak sekadar bermain. Disadari atau tidak, kita juga sedang mempelajari keuangan dari permainan ini.
Jadi, mempelajari keuangan memang bisa dengan cara menyenangkan. Bila berlangganan tv kabel, orang tua bisa mengajak anak menonton channel Cartoon Network. Kurikulum Cha-Ching yang diajarkan di sekolah, terdiri dari berbagai aktivitas yang menarik. Orang tua juga bisa melihat melalui berbagai media sosial Cha-Ching atau ke situs https://chaching.cartoonnetworkasia.com. Di situs Cha-Ching ini ada beberapa pilihan bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.
Sudah saatnya semua elemen bersinergi untuk mengajarkan anak-anak tentang literasi keuangan. Pemerintah sudah membuat peraturan OJK tentang pendidikan literasi keuangan. Kemudian bekerjasa dengan pihak swasta yaitu Prudential mengenalkan kurikulum Cha-Ching ini ke berbagai sekolah dasar. Maka, orang tua pun harus bisa menerapkan hal yang sama. Tidak efektif bila anak-anak sudah mendapat pendidikan tentang keuangan di sekolah, tetapi begitu di rumah anak tetap dimanjakan dengan selalu memenuhi segala keinginannya.