Beberapa waktu lalu sempat rame banget yang ngobrolin tentang childfree.
Awalnya Chi gak paham asal mulanya sampai rame banget. Setelah ditelurusi
ternyata berawal dari salah seorang influencer. Hmmm ... pantesan aja Chi
gak tau. Gak follow influencer tersebut, jadi harus cari info sana-sini
hehehe.
Childfree adalah sebuah pilihan hidup di mana seseorang memilih untuk tidak memiliki anak. Childfree merupakan pilihan personal sehingga alasannya bisa beragam.
Apakah Chi setuju dengan childfree?
Tentu tidak. Buktinya ada Keke dan Nai. Chi sangat bahagia dikaruniai
mereka. Alhamdulillah.
Tetapi, Chi tidak mengeluarkan opini pro dan kontra tentang childfree di
medsos. Alasan pertama adalah memilih menyimak dulu. Alasan lainnya, Chi
lebih memilih berdiskusi bersama anak terlebih dahulu. Keke dan Nai memang
masih remaja, tetapi kami suka berdiskusi banyak topik.
Childfree merupakan topik yang sensitif. Chi memang suka agak malas
membuat opini yang sensi begini, kecuali jelas lawan bicaranya. Selain
itu, gak mau juga kalau sudah beropini gak setuju, gak taunya anak sendiri
malah berpendapat sebaliknya. Nah, makanya makin yakin banget deh buat
ngobrolin ma anak sendiri dulu.
Jarang sekali menyiapkan waktu khusus untuk berdiskusi. Seringkali saat
lagi punya kegiatan bersama. Misalnya, Chi dan Keke sering membuat makan
siang bersama. Saat kami berdua nguprek di dapur, biasanya ngobrol segala
macam.
[Silakan baca:
2020 Tahun Kebersamaan Keluarga]
Bunda: "Ke, tau gak tentang childfree yang lagi rame dibahas di
medsos?"
Keke: "Iya tau."
Bunda: "Gimana menurut Keke?"
Keke: "Hmmm ... Keke setuju. Karena kalau nanti udah nikah juga Keke gak
mau punya anak dulu."
Huuufff! Tarik napas panjaaaang dan jangan sampai ngomel hihihi.
Chi memang agak sedikit kaget dengan jawaban Keke. Ya biarpun anak-anak
masih remaja, tetapi terkadang Chi suka mengkhayal jauh ke depan.
Ngebayangin Keke dan Nai kalau udah berkeluarga dan punya anak 😂.
Tapi, ya sebatas gitu aja. Gak menuntut harus begini-begitu. Malah
semakin menarik pengen tau banget alasannya.
Memilih Childfree Karena Alasan Kondisi Finansial
Keke: "Keke belum mau punya anak kalau tabungan Keke belum sampai sekian
milyar!"
Lalu dia menjelaskan kalau hidup butuh biaya. Dia juga pengen kalau nanti
punya anak, tetap punya bujet untuk menyenangkan diri sendiri. Makanya,
dia merasa harus bekerja keras mengumpulkan uang lebih banyak dulu. Supaya
bisa menafkahi keluarga sekaligus menyenangkan dirinya sendiri.
Bunda: "Keke kepikiran seperti itu, apa karena kondisi ekonomi kita
sekarang lagi kena imbas pandemi? Jadinya merasa perlu punya uang banyak
dulu?
Keke: "Ya salah satunya. Tetapi, sebelum pandemi juga Keke udah mulai
mikir gitu, kok. Hidup butuh biaya."
[Silakan baca:
Self Love dengan Cara Sehat Finansial bagi Milenial]
Chi memang sengaja gak mengajak dia membahas lebih detil tentang
keuangan keluarga. Cukup tau dulu seperti apa caranya berpikir.
Wajar lah kalau di usia Keke segala sesuatu masih dilihat dari kacamata yang idealis. Punya sekian milyar berarti dianggap aman.
Kemudian Chi sedikit ngebelokin ke bahasan tentang cinta. Biasanya suka jadi lebih asik ya kalau ada bahasan percintaan hehehe.
Wajar lah kalau di usia Keke segala sesuatu masih dilihat dari kacamata yang idealis. Punya sekian milyar berarti dianggap aman.
Kemudian Chi sedikit ngebelokin ke bahasan tentang cinta. Biasanya suka jadi lebih asik ya kalau ada bahasan percintaan hehehe.
Bunda: "Ke, berkeluarga itu kan melibatkan pendapat pasangan. Gimana
kalau istri Keke nanti justru pengen banget punya anak?"
Keke: "Ya, Keke akan cari pasangan yang sependapat, lah."
Bunda: "Iya, sih. Tapi, Cinta terkadang gak bisa diatur. Gimana kalau
Keke jatuh cinta banget dengan seseorang, tetapi pandangannya tentang
childfree bertolak belakang? Tetap pilih pasangan yang setuju menunda anak
atau Keke memilih mengalah? Ini penekanannya di jatuh cinta, lho."
Keke: "Hmmmm ... apa, ya? Iya juga, ya. Ya gitu lah pokoknya, Bun. Keke
belum kepikiran juga kalau kayak gitu."
Mulai galau dia hahaha!
Chi pun mulai memasukkan nasihat di sini. Chi setuju dengan pendapat Keke
tentang perlunya kesiapan keuangan sebelum memiliki anak. Itu artinya dia
mulai paham literasi keuangan. Persiapan memang jangan sekadar dilandasi
nafsu. Apalagi berlomba-lomba cepat kawin, cepat punya anak, dan lain
sebagainya.
Tetapi, Chi juga meminta Keke jangan sampai lepas dari agama. Memiliki
persiapan matang, temasuk dalam hal keuangan, pastinya bagus banget.
Tetapi, jangan sampai menunda punya anak karena khawatir gak punya rezeki.
Allah sudah mengatur kalau tentang rezeki. Tugas manusia berdoa,
berikhtar, dan tawakal.
Manusia memang sebaiknya memiliki kemampuan literasi keuangan yang baik. Tetapi, jangan sampai mengabaikan 'matematika Allah."
Manusia berencana, Tuhan menentukan. Memang kalimat klasik banget yang
mungkin udah ribuan kali didengar. Tetapi, bila kemudian Allah berkehendak
di luar yang direncanakan oleh manusia, ya jangan sampai ditolak. Kalau
Allah memberi karunia anak, jangan sampai digugurkan. Naudzubillah min
dzalik.
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." - QS. Hud ayat 6
[Silakan baca:
Anak Muda Memangnya Tau Apa, Sih?]
Memilih Childfree Karena Memiliki Luka Batin Masa Kecil
Bunda: "Keke bahagia gak jadi anak Bunda?"
Keke: "Iya, lah. Bunda nanyanya suka aneh, nih!"
Senang lah pastinya mendengar jawaban Keke. Tetapi, Chi juga jelasin
maksud dari pertanyaan tersebut.
Chi merasa suka agak keras ke Keke dan Nai. Apalagi kalau udah debat ma
Keke. Ayahnya aja sampai bilang kalau kami sedang berebda pendapat udah
kayak Tom n Jerry. Tetapi, kalau lagi akur juga deket banget.
Terkadang Chi suka agak khawatir ada kata-kata yang tanpa disadari
menyakiti hati mereka. Meskipun merasa apa yang Chi lakukan sudah tepat.
Tetapi, bisa aja kan tanpa sadar ada khilaf. Makanya setiap kali selesai
berdebat, menegur, atau marah ke anak-anak, Chi juga tetap minta maaf. Ya
kali aja terlontar kata-kata yang menyakitkan meskipun tujuannya
baik.
Bukan saat itu aja Chi bertanya tentang perasaan anak-anak. Lumayan
sering dan anggap aja jadi ajang saling introspeksi. Karena kami
sekeluarga memang cukup terbuka untuk saling memberi masukan dan
kritikan.
[Silakan baca:
Imperfect Parenteen, Bukan Buku Parenting]
Dari beberapa artikel yang Chi baca, inner child yang belum selesai bisa
menjadi salah satu alasan seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Makanya memang caranya harus berdamai dengan diri sendiri dulu. Sebelum
merembet ke hal lainnya atau malah jadi membesar di kemudian hari.
Masih banyak alasan lain yang melatarbelakangi seseorang memutuskan
childfree. Tentu ada rasa sedih bila semakin banyak yang berprinsip seperti ini.
Tetapi, bila ada yang berpikir seperti itu di lingkungan kita, sebaiknya
lakukan pendekatan dulu. Langsung dihakimi malah bikin seseorang semakin
keras dengan pilihannya. Bisa-bisa malah ribut.
Apalagi kalau ternyata anak sendiri yang berpikir begini. Tarik napas
panjang dulu aja. Inhale exhale. Jangan langsung merepet. Bisa-bisa kita
sendiri yang tertampar kalau ternyata alasannya punya rasa sakit hati sama
orang tua. Berarti harus introspeksi dan membantu anak untuk menyembuhkan
luka batinnya dulu.
Memiliki anak bagi Chi adalah salah satu berkah yang luar biasa. Tetapi, memang penting untuk berpikir matang. Karena yang akan kita asuh dan didik adalah seorang manusia. Jadi jangan sekadar pengen punya anak, tetapi kemudian gak siap menjadi orangtua. Meksipun bisa aja seiring dengan berjalannya waktu juga bisa membaik.
Tetapi, banyak juga pakar yang menyarankan untuk menyelesaikan permasalahan di masa lalu sebelum masuk gerbang pernikahan. Karena khawatir akan terbawa. Apalagi bila sampai punya anak. Pernikahan yang sehat kayak ya gak cukup hanya berlandaskan cinta.
Memiliki anak bagi Chi adalah salah satu berkah yang luar biasa. Tetapi, memang penting untuk berpikir matang. Karena yang akan kita asuh dan didik adalah seorang manusia. Jadi jangan sekadar pengen punya anak, tetapi kemudian gak siap menjadi orangtua. Meksipun bisa aja seiring dengan berjalannya waktu juga bisa membaik.
Tetapi, banyak juga pakar yang menyarankan untuk menyelesaikan permasalahan di masa lalu sebelum masuk gerbang pernikahan. Karena khawatir akan terbawa. Apalagi bila sampai punya anak. Pernikahan yang sehat kayak ya gak cukup hanya berlandaskan cinta.
Keke memang masih remaja. Baru juga berusia 17 tahun. Masih jauh buat Chi
meminta mantu. Halah! 😂
[Silakan baca:
Tantangan Memiliki Anak Remaja]
Bahasan tentang childfree selesai setelah makan siang yang kami buat
sudah matang. Chi lupa waktu itu kami masak apaan hehehehe. Pastinya
aktivitas memasak bareng sambil ngobrol ngalor-ngidul memang asik
banget.
[Silakan baca:
Keke dan Makna Usia 17 Tahun]