Menjaga Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Bango Pangan Lestari
August 27, 2020
Menjaga Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Bango Pangan Lestari - "Bun, hari ini masak apa?"
Anak-anak, terutama Keke, nanya seperti ini setiap hari. Chi memang selalu
berusaha menyajikan masakan yang berbeda. Kalau bisa dalam waktu 1-2
minggu jangan ada menu yang sama.
Paling seneng kalau mereka sudah berekspresi untuk menyatakan
masakannya lezat. "Mantaaaap!" Biasanya menjadi ucapan spontan K'Aie
kalau suka dengan masakan yang dibuat istrinya.
"Bun, masakin ini setiap hari!" Nah kalau ini berarti Keke suka banget
sama rasa masakan yang bundanya buat.
Sedangkan Nai, gak banyak berkata-kata. Tetapi, kalau dia udah
bolak-balik di dapur buat ambil piring, berarti dia suka dengan masakan
hari itu.
Berbagai ekspresi tersebut, bikin Chi tambah semangat untuk masak.
Menghadirkan berbagai kelezatan masakan di rumah. Meskipun Keke selalu
bilang masak menu yang sama terus kalau dia lagi suka, tetapi jarang
dipernuhi permintaannya. Chi tetap lebih suka gonta-ganti menu. Lagian
kalau udah disuka juga, Keke gak bakal protes hehehe.
Kelezatan Masakan Bersumber Dari Hasil Pertanian Indonesia
"Makannya harus dihabiskan, ya. Kalau enggak, nanti makanannya
menangis."
Pernah gak kita mendengar yang seperti itu. Waktu kecil, Chi percaya
aja. Tapi, udah gede ya pemahamannya lain lagi.
Memang bukan makanan yang terlihat menangis. Tetapi, bukan pula gak ada
yang sedih. Coba deh kalau kita lihat banyak makanan bersisa, rasanya
mubadzir, ya. Kebayang susah payahnya para petani menanam bahan makanan
yang berkualitas. Kemudian kita mengolahnya. Tetapi, akhirnya tidak
dihabiskan.
Oiya, hari ini, Chi masak mie goreng aceh. 2 hari sebelumnya, bikin
chicken barbeque. Keduanya menu favorit keluarga. Kesamaan lainnya
adalah salah satu bahannya menggunakan kecap.
Masakan berbahan kecap memang lumayan sering disajikan. Kadang-kadang
juga gak perlu rumit. Cukup nasi hangat dikasih telur ceplok yang
dikecapin juga udah jadi kenikmatan haqiqi. Makanya kecap termasuk yang
harus selalu ada di rumah.
Pernah gak terpikir makanan yang lezat ini bahannya dari mana aja? Dan
bagaimana kesejahteraan para petaninya?
Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani di Masa Pandemi COVID-19
Selasa (25/8), Chi mengikuti webinar peluncuran
"Bango Pangan Lestari". Acara yang dipandu oleh host Nirina
Zubir, menghadirkan beberapa narasumber yaitu:
- Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
- Hernie Raharja, Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk
- Rusli Abdullah, pengamat pertanian dan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
- Oshin Hernis, Head Of Communications Sayurbox
- Aria Alifie Nurfikry, Vice President of Marketing TaniHub
Urusan perut bukanlah sesuatu yang sepele. Selama manusia masih butuh
makan, maka ketahanan pangan akan terus dibutuhkan. Sayangnya,
Indonesia yang sebetulnya termasuk negara agraris ini, tetapi juga
mempunyai beberapa permasalah yang dapat mempengaruhi ketahanan
pangan.
Ada 3 masalah besar yang menjadi tantangan ketahanan pangan di
Indonesia saat ini, yaitu
- Kualitas sumber pangan yang kurang maksimal. Penyebabnya adalah pengetahuan petani yang masih minim. Sehingga bis amempengaruhi kualitas hasil pangan.
- Jumlah petani yang terus berkurang. Semakin banyak generasi muda yang enggan menjadi petani karena dianggap sebagai profesi yang kurang menjanjikan.
- Lahan yang semakin terbatas. Menurut data Kementan RI tahun 2020, rata-rata luas lahan sawah berkurang sebanyak 650 ribu hektar per tahun. Sedangkan menurut data Bank Dunia pada tahun 2017, hanya 31,5% lahan di Indonesia yang digunakan untuk pertanian. Petani juga semakin banyak yang menjual lahannya untuk dialihfungsikan menjadi pabrik atau perumahan karena dianggap lebih menguntungkan.
Permasalah ini semakin pelik ketika pandemi COVID-19 melanda.
Distribusi hasil pertanian menjadi tidak lancar. Bagi petani kecil
yang tidak memiliki akses dengan pasar yang luas, terpaksa menjual
hasil pertaniannya ke sekitar dengan harga yang murah. Kesejahteraan
para petani memang termasuk yang paling terdampak di saat pandemi.
Peluncuran Program "BANGO PANGAN LESTARI"
Unilever memiliki komitmen global sampai tahun 2050 untuk menjadi katalisator bagi upaya peningkatan ketahanan pangan dengan menciptakan sistem pangan yang lebih baik. Sejalan dengan komitmen tersebut, Bango memperkenalkan program “BANGO PANGAN LESTARI” sebagai payung besar bagi keseluruhan inisiatifnya dalam menggalakkan pertanian yang berkelanjutan sebagai bentuk dukungan Bango terhadap strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas industri pertanian dan tercapainya ketahanan pangan di Indonesia
Untuk mewujudkan komitmen tersebut, ada 2 hal yang dilakukan oleh
Unilever yaitu diversifikasi konsumsi makanan dan diversifikasi
produksi pangan. Program ini juga merupakan bentuk dukungan Bango
terhadap program-program Kementrian Pertanian RI untuk mewujudkan
sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan.
Ada 3 inisiatif Bango untuk pertanian Indonesia yang sudah dilakukan
dan akan terus berkelanjutan di masa depan, yaitu
Perkembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan
Kecap Bango bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada untuk secara
khusus mengembangkan kedelai hitam Malika yang merupakan virietas
unggulan dan kunci kelezatan kecap Bango. 100% kedelai hitam Malika
yang digunakan sudah memenuhi Unilever Sustainable Agriculture Code
(USAC) yaitu serangkaian cara bertani yang ramah lingkungan.
Kecap Bango juga bekerjasama dengan Promoting Rural Incomes
through Support for Markets in Agriculture (PRISMA)untuk sistem
pemupukan dan irigasi. Serta menjawab tantang perubahan iklim di
Indonesia
Perkembangan Kesejahteraan Petani dan Keluarganya
Melalui "Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam", Bango
bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada dan mitra lainnya
mengembangkan komunitas petani kedelai malika. Tujuannya untuk
memberikan manfaat dan mensejahterakan petani.
Program lain yang dimiliki Bango adalah "Program Saraswati". Buruh
tani wanita, istri petani, dan kelompok wanita yang terlibat dalam
pemilihan kedelai hitam pasca panen diberdayakan agar dapat lebih
berkembang dan mengaktualisasikan diri.
Penggalakan Regenerasi Petani
Melalui "Program Petani Muda", Bango bekerjasama dengan The
Learning Farm. Para petani muda yang potensial akan diajarkan
tentang cara bercocok tanam yang efektif dan menghasilkan panen yang
maksimal. Serta kesejahteraannya terjamin.
Perubahan Perilaku Konsumen di Masa Pandemi
Di saat pandemi, banyak pengusaha kuliner (hotel, resto, dan
katering) yang tutup. Terutama pada masa PSBB. Kalau pun sekarang
sudah mulai beroperasi, pelanggannya juga dibatasi. Tetapi, terjadi
peningkatan permintaan bahan makanan di level rumah
tangga.
Cung! Siapa yang selama di rumah aja jadi lebih sering
makan?
Perubahan perilaku konsumen, tidak hanya untuk frekuensi makan,
Tetapi, juga dari cara membeli. Sejak pandemi semakin banyak yang
memilih membeli bahan makanan secara online.
Dalam program "Bango Pangan Lestari" berkolaborasi dengan Sayurbox
dan TaniHub Group, mengajak masyarakat untuk mendukung para petani
Indonesia. Caranya dengan membeli bahan makanan melalui platform
e-commerce ini.
Berbagai program pelatihan juga akan diberikan kepada para petani
melalui kolaborasi ini. Diharapkan jaringan mitra petani semakin
luas, petani semakin luas pengetahuannya, dan kesejahteraan pun
meningkat.
Masyarakat juga bisa memberikan dukungan dengan mengunjungi website
www.bango.co.id/bangopanganlestari. Membeli pangan secara online juga bisa membuka akses bagi para
petani untuk menjual hasil pertaniannya. Ada voucher belanja juga
lho di Sayurbox dan TaniHub.
Ketahanan pangan dan kesejahteraan petani memang harus terus
ditingkatkan. Tentunya kita berharap, anak cucu masih bisa merasakan
kelezatan makanan yang bahan-bahannya dari pertanian Indonesia.