Minat dan Bakat Anak vs Keinginan Orang Tua

By Keke Naima - January 27, 2024

Minat dan Bakat Anak vs Keinginan Orang Tua - Apa cita-cita mu?

Chi pernah membaca satu pendapat kalau anak yang masih kecil sebaiknya jangan ditanya tentang cita-cita. Anak mana ngerti. Nanti yang ada malah ibunya kerepotan menjelaskan ketika anak bertanya, "Cita-cita itu apa?"

Menurut pendapat Chi, memang ada benarnya. Anak kecil belum tentu mengerti cita-cita. Makanya, kalimat bertanyanya yang harus diubah. Disesuaikan dengan pemahaman anak.


Minat dan Bakat Anak vs Keinginan Orang Tua

🎤 Susan, Susan, Susan ... Kalau gede mau jadi apa? 🎶

Masih ingat itu lirik lagu apa? #YouSingYouOld 😂


Keke dan Cita-Citanya yang Berganti-Ganti


menanggapi minat dan bakat anak
Tulisan Keke waktu dia masih bercita-cita jadi Kopassus


Bersyukur Chi lumayan rutin update cerita tentang Keke dan Nai di blog ini. Membaca lagi beberapa artikel lama, Keke pernah beberapa kali berganti cita-cita.

Beberapa artikel psikologi yang pernah Chi baca berpendapat, idealnya melakukan tes minat dan bakat anak itu di usia 14-15 tahun atau ketika memasuki jenjang SMA. Di usia itu, anak dianggap semakin terlihat minatnya. Sedangkan, bila masih kecil kemungkinan besar berubah-ubah.

Chi setuju dengan pendapat tersebut. Kalaupun pernah beberapa kali bertanya tentang cita-cita, tujuannya untuk lebih mengenal anak. Apa sih yang dia lagi suka sekarang? Bagaimana pendapatnya dia bila ditanya seperti itu. Dan berbagai alasan lainnya.

[Silakan baca: Menanggapi Cita-Cita Anak]

Waktu masih balita, Keke pernah bilang pengen jadi tukang becak kalau dia udah besar. Saat itu, Keke memang paling suka kalau dinyanyiin lagu 'Naik Becak'. Di benaknya, kalau bisa jadi abang becak, bakal makin sering jalan-jalan.

Lantas Chi bilang kalau abang becak itu tenaganya kuat, makanya harus rajin bergerak. Motivasi itu berhasil! Tau sendiri lah ya, anak-anak sekarang godaan magernya tinggi banget. Tapi, karena saat itu Keke pengen jadi tukang becak, dia jadi anak yang banyak bergerak. Bahkan ketika sedang melakukan gerakan tutup mulut alias susah makan pun, Chi bisa memotivasi melalui cita-citanya.

"Kalau susah makan, nanti lemes. Kalau lemes, jadi gak kuat kayak abang becak, deh."

Selama susah makannya bukan karena sedang sakit, biasanya kalimat seperti itu bisa memotivasi. Kemudian pelan-pelan Chi tingkatkan semangatnya. Chi saranin dia supaya jadi bossnya aja, biar punya banyak becak. Makin semangat deh dia. Pokoknya Chi berusaha menanggapi cita-cita anak dengan santai.

Cita-citanya terus berubah. Dia pernah bercita-cita ingin jadi pemadam kebakaran. Alasannya pengen madamin api neraka. Kasihan di neraka banyak mainan yang gosong, begitu katanya hahahaha!

[Silakan baca: Mau Madamin Api Neraka]

Pernah juga bercita-cita jadi polisi. Kalau menjadi pemadam kebakaran dan polisi itu karena dia senengnya main mobil-mobilan. Tiap kali beli mainan, pasti pilihnya die cast. Hampir gak pernah mau beli yang lain. Makanya cita-citanya pun gak jauh dari sesuatu yang ada mobilnya. Polisi dan pemadam 'kan punya mobil khusus.

Cita-cita yang sempat bertahan lama saat dia SD adalah menjadi Kopassus. Sampai Chi sempat agak yakin kalau kelak dia memang akan masuk TNI. Tetapi, secara perlahan cita-citanya ini memudar ketika mulai memakai kacamata.


Kapan Perlu Melakukan Tes Minat dan Bakat?


menggali potensi anak, mengetahui minat dan bakat anak sejak dini

Ada yang berpendapat tes ini penting. Ada juga yang enggak. Perlu atau tidaknya juga sudah Chi tulis di postingan sebelumya. 

[Silakan baca: Perlukah Tes Minat dan Bakat untuk Anak?]  

Chi berpendapat perlu atau enggaknya itu tergantung dari kondisi masing-masing keluarga. Secara pribadi, tes minat dan bakat memang membantu pertimbangan kami. Menjadi saling melengkapi dengan pengamatan kami.

Chi juga sependapat dengan beberapa artikel yang pernah dibaca kalau tes ini sebaiknya dilakukan saat anak memasuki usia remaja. Ketika anak mulai masuk SMA sudah dihadapkan dengan pilihan mau masuk jurusan IPA atau IPS. 

Mengetahui jenis minat dan bakat anak sejak dini mendingan dengan cara banyakin stimulasi, mengamati perilaku, makin pererat bonding, dan lain sebagainya. Nanti kalau udah remaja, baru deh ikut tes. Karena ketika sudah memasuki usia remaja, masih banyak juga anak maupun orang tua yang bingung minat dan bakat anaknya ke arah mana.

[Silakan baca: Bagaimana Mengetahui Potensi Anak?]

Saat Keke masuk SMA, kami merasa belum perlu melakukan tes ini. Dia udah mantap banget dengan pilihannya. Hanya ingin masuk IPS. Kalau dilihat dari catatan akademisnya sejak kecil memang dia lebih kuat di pelajar sosial daripada eksak.

Diskusi panjang serta mengamati perilakunya sehari-hari juga membuat Chi yakin kalau IPS memang cocok untuk Keke. Analisa kami didukung saat hasil tes keluar. Keke memang cocoknya di bidang IPS. Berbagai bidang IPA justru mendominasi urutan tengah ke bawah.

Dari yang Chi tulis di sini aja terlihat ketika masih kecil, Keke lumayan sering ganti cita-cita. Semakin besar, semakin mengerucut keinginannya. Semakin kompleks juga. Diskusi dan motivasi yang diberikan gak sesederhana seperti saat Keke masih ingin jadi tukang becak.



Lepas dari keinginan menjadi Koppasus, Keke pun bercita-cita menjadi pembalap motor profesional. Dia yang sejak kecil menyukai segala sesuatu tentang mobil. Begitu SMP hingga sekarang malah tertariknya dengan dunia motor.

Melihat minatnya dengan dunia balap motor, ayahnya memasukkan dia ke sekolah balap. Ya daripada nanti malah tersalurkannya di jalan yang salah. Malah ikut balap liar. Mending dimasukin ke sekolah balap yang tepat. Kemudian ikut balap motor yang resmi. Sampai sekarang, Keke masih menggeluti dunia balap motor. Meskipun cita-citanya sudah mulai berubah lagi. 

[Silakan baca: Ketika Keke Bercita-Cita Menjadi Pembalap Motor Profesional]

Ya begitulah lah. Cita-citanya masih terus berubah. Tetapi, semakin dewasa semakin mengerucut. Semakin bisa dilihat minat dan bakatnya mengarah ke mana. Diskusi dengan Keke pun masih terus berlanjut hingga sekarang. Tentu saja lebih kompleks. Tidak seperti ketika dia masih bercita-cita menjadi tukang becak.


Menentang Minat Anak Karena Ambisi Orang Tua?


jenis minat dan bakat anak, tes minat dan bakat di indonesia
Ketika masih SMP, Keke beberapa kali diminta jadi MC acara sekolah. Baik itu acara formal maupun santai. Pakai bahasa Indonesia atau bahasa Inggris


Beberapa tahun lalu, Chi pernah bertekad kalau suatu hari nanti punya anak, tidak akan pernah menentang cita-citanya. Pernah merasakan sendiri, waktu lulus SMA pengen banget sekolah photography atau fashion designer. Tetapi, orang tua tidak memberikan dukungan. Ya memang gak ditolak, tetapi juga gak bersikap mendukung. Akhirnya, Chi pun memilih masuk jurusan ekonomi aja.

Setelah Chi punya anak, apalagi sekarang Keke sudah SMA, prakteknya gak semudah itu untuk mendukung. Jadi merasa bersalah juga sempat menyalahkan orang tua dengan sikapnya waktu itu.

Minat dan bakat adalah 2 hal yang berbeda. Chi sudah menjelaskan perbedaan minat dan bakat di postingan sebelumnya. Memang idealnya hasil minat dan bakat itu sama. Tetapi, bila terjadi perbedaan, 2 hal ini sebaiknya saling mendukung.

Dari hasil tes, Keke tidak mengalami perbedaan. Teorinya memang seharusnya menjadi lebih mudah. Tetapi, justru ada perbedaan pendapat antara Keke dan orang tuanya. Ada beberapa hal yang bikin kami keberatan.

[Silakan baca: Hasil Tes Minat dan Bakat Keke]

Kalau dibilang karena ambisi orang tua kayaknya enggak juga, ya. kami gak pernah mengatur anak harus ambil jurusan tertentu. Memang ada berbagai macam diskusi tentang minat dan bakat, bahkan jauh sebelum ikut tes. Tetapi, ya sebatas diskusi.

[Silakan baca: Mencapai Cita-Cita]


Seni Musik

minat anak ditentang orang tua

Keke pernah bilang kalau lulus SMA pengen melanjutkan kuliah di jurusan seni musik. Sampai saat ini, kami masih keberatan dengan keinginannya. Off the record lah ya untuk alasannya. Tetapi, yang pasti bukan karena anti musik. Ada alasan lain, hanya kami yang tau, termasuk Keke.

mengetahui minat dan bakat anak sejak dini

Kami mendukung kalau anak-anak senang dan ingin beraktivitas di dunia musik. Keke pernah kursus drum sejak TK. Bahkan kami membuat ruangan khusus kedap suara karena dia privat drum di rumah. *Nanti diomelin tetangga kalau ruangannya gak kedap suara hehehe.*

Dia berhenti kursus drum karena kesibukannya di sekolah. Jam pelajarannya semakin sore. Belum lagi ada kegiatan di luar seperti renang dan taekwondo. Semakin membuatnya kesulitan mengatur jadwal kursus dengan guru privatnya.


jenis minat dan bakat anak

Masuk kelas 5, dia sedang gandrung sama beatbox. Minta izin dibolehin masuk sekolah beatbox. Tapi, kami masih keberatan dengan berbagai alasan. Akhirnya dia belajar sendiri lewat YouTube. Mengejutkan ketika dia perform saat acara perpisahan kelas 6. Soalnya dulu dia suka enggan kalau harus tampil di depan umum.

Saat SMP, dia mulai bikin grup band dengan sahabatnya. Hampir setiap hari sewa studio musik buat latihan. Meskipun sekarang sudah beda-beda sekolahnya, mereka masih suka berkumpul untuk latihan. 

Saat SMP, Keke tidak lagi main drum. Dia seringnya pegang bass. Ketika lulus SMP, Keke dibeliin gitar listrik sama ayahnya.

Jadi, kami memang tidak pernah menghalanginya bermusik. Dia mau kursus musik lagi pun, Insya Allah kalau ada rezekinya akan kami dukung. Mau tampil ngeband lagi juga silakan. Tetapi, kalau untuk kuliah di jurusan seni musik, hmmm ... belum keluar izinnya sampai sekarang.

Keke tau banget kenapa masih belum mengizinkan. Tentu melalui diskusi panjang. Lama kelamaan dia mulai menerima untuk tidak mengambil jurusan Seni Musik. Tetapi, begitu hasil Tes Minat dan Bakat keluar, keinginannya kembali mengeras. Diskusi panjang pun dibuka kembali.

"Tuhm 'kaaaan! Bener kata Keke juga. Ini hasil tesnya aja menunjukkan minat dan bakat Keke di musik. Udah lah kuliah di Seni Musik aja."


Sastra Indonesia

Beberapa kali kami juga harus banyak mencari tau. Ketika Keke meminta izin untuk dibolehkan kuliah di Sastra Indonesia, Chi merasa kaget. Alasan utama dia sebetulnya gak jauh-jauh dari musik. Di pelajaran Sastra Indonesia katanya ada Musikalisasi Puisi.

Tetapi, gak sebatas itu. Keke justru lebih dulu mencari banyak informasi tentang kuliah di jurusan Sastra. Dari diskusi itu pun Chi baru tau kalau Keke gemar menulis puisi. Ini berbanding terbalik banget dengan ketika dia masih SD. Sampai sempat minta pindah sekolah gara-gara wali kelas sering meminta murid-muridnya menulis. Eh, sekarang dia malah senang menulis puisi.

Karena Chi nge-blank banget dengan dunia sastra, sempat membuat status di FB. Alhamdulillah banyak sekali mendapat respons tentang kuliah di dunia sastra (terima kasih banyak, ya! 😘). Setelah banyak mendapatkan pendapat, Chi malah jadi tertarik dengan dunia sastra. Kami mengizinkan Keke bila kelak ingin pilih ke jurusan Sastra Indonesia.

Chi juga pernah tanya, kalaupun memang inginnya ke sastra, kenapa pilih Indonesia? Kenapa bukan Sastra Inggris, Jepang, atau negara mana aja selain Indonesia? Keke bersikeras kalau dia hanya tertarik dengan Sastra Indonesia. Dari sisi akademis, sejak dulu memang dia kuat di pelajaran bahasa. Terutama Bahasa Inggris, tetapi pelajaran Bahasa Indonesia juga termasuk bagus nilainya.

Apakah itu artinya sudah menjadi keputusan final?

Belum. Selama dia belum lulus SMA, keputusan masih bisa berubah. Ya begitu hasil tes keluar aja, dia sempat bersikeras ingin jurusan Seni Musik lagi.


FISIP

ambisi orang tua vs minat dan bakat anak

Ada satu lagi jurusan yang Chi masih harus cari informasi banyak, yaitu FISIP. Keke belum pernah bilang tertarik dengan jurusan ini. Tetapi, Chi coba menganalisa sendiri aja dari banyak diskusi dan perilaku sehari-hari.
Dia mulai kritis dengan berbagai isu yang terjadi di tanah air maupun media. Bagus, sih. Tetapi, Chi juga kerap mewanti-wanti dia bila beropini di media sosial. Kalau sama orang tuanya, silakan aja kalau dia mau berdiskusi panjang bahkan berbeda pendapat tentang berbagai isu. Pernah ikut demonstrasi juga 😅

Dengan kekritisannya ini, Chi kadang-kadang berpikir bagaimana kalau suatu saat Keke ingin serius kuliah di jurusan politik bahkan berkarir di bidang tersebut. Apalagi kalau dari hasil tes, FISIP ada di urutan tertinggi ke-3. Nah, ini yang bikin Chi masih galau.

Jangan lah kita sampai buta politik. Tetapi, kalau berkarir di bidang ini, Chi masih berat. Itulah kenapa Chi masih ingin cari tau lebih banyak tentang jurusan FISIP. Siapa tau pemikiran Chi selama ini kurang tepat. Masih butuh banyak informasi tentang FISIP, nih!


Ekonomi

Chi beberapa kali menyarankan dia mengambil jurusan ini saat kami berdiskusi. Tentu sama dengan lainnya. Chi mempertimbangkan berdasarkan banyak hal. Apalagi saat ini Keke sedang getol belajar saham.

Dia membaca berbagai buku tentang saham. Juga rutin ikut simulasi saham. Tetapi, Keke pun sampai sekarang masih bersikeras kalau dia hanya tertarik belajar saham. Dia gak tertarik kuliah di jurusan ekonomi.


Hukum

Dari beberapa jurusan yang pernah dilontarkan oleh Keke, jurusan Hukum menjadi pilihan yang paling bertahan sampai saat ini. Dia sudah mengutarakan ini sejak SMP.

Awalnya karena kagum dengan guru PKn. Menurut Keke, gurunya ini asik banget kalau lagi ngajar. Gak bikin bosan dan mudah dimengerti, Sejak itu deh dia bilang tertarik belajar hukum dan ingin masuk jurusan ini.

Chi pun sempat galau *kayaknya lama-lama dikeplak pembaca nih karena galau melulu hahaha*. Abisnya bayangan Chi tentang dunia hukum tuh serem. K'Aie malah mendukung banget kalau Keke kuliah di jurusan ini. Ditambah lagi, dari hasil tes, minat dan bakat Keke di bidang hukum berada di urutan pertama. Klop banget, deh!


Semoga Jangan Sampai Salah Pilih Jurusan


minat dan bakat anak ditentang orang tua

"Santai aja, lah. Dulu juga saya kuliah di jurusan teknik, eh malah kerjanya di bank."

Pernah gak mendengar kalimat seperti itu?

Chi sering hehehe. Ya, jalan hidup memang kita gak tau. Kuliah di jurusan apa, karirnya di bidang apa. Dan gak perlu juga semuanya disesali.

Tetapi, kalau bisa sih jangan salah pilih jurusan. Pengennya dari mulai sekolah, kuliah, hingga berkarir sudah sesuai dengan apa yang menjadi minatnya. Apalagi katanya 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Insya Allah, Keke dan Nai termasuk di usia produktif pada masa itu. Yup! Kami cukup serius memikirkan tentang ini.

Keke masih punya waktu untuk mempertimbangkan. Masih ada sekitar 2,5 tahun lagi. Hasil tes tersebut tentu aja jadi pertimbangan. Meskipun bisa jadi pilihannya nanti di luar yang disarankan.

Apapun pilihannya nanti, harapannya jangan sampai ada penyesalan. Menyesal karena salah memilih jurusan. Dengan pertimbangan yang matang, Insya Allah akan mendapatkan pilihan yang terbaik. Aamiin Allahumma Aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

94 comments

  1. Duh senang banget kalo liat anak yang pny minat ke seni. Suka musik adalah satu kecerdasan sendiri

    ReplyDelete
  2. Kalo orang tua bisa support cita-cita dan keinginan anak mudah-mudahan bisa cepat terlaksana keinginan nya.

    Kalo aku kurang paham apa cita-citanya karena dulu yang aku pikirkan agar bisa dapat duit untuk makan saja, karena kehidupan ku agak keras. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah mendingan. Sekarang aku juga belum tanya apa cita-citanya anak karena baru kelas 1 SD, mungkin nanti kalo sudah SMA kali ya kak baru tanya apa cita-citanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya bisa kok ditanya sedini mungkin. Mungkin akan terus berubah-ubah. Tetapi, gak apa-apa untuk didiskusikan supaya anak tau tujuannya. Tentu aja harus disesuaikan dengan gaya bahasa anak sesuai umurnya

      Delete
  3. Keke keren pernah punya cita-cita jadi kopassus :D anak saya pernah ditawari test minat dan bakat tapi karena saya pikr masih terlalu kecil jadi saya gak ikutkan. Mungkin kalau udah agak besaran mau coba test minat dan bakat ini

    ReplyDelete
  4. Jadi teringat cita-cita anakku yang juga berubah sejak TK. Waktu itu dia pengen banget jadi Dokter anak. Katanya pengen nolongin bayi-bayi biar pas di vaksin mereka ga ketakutan. Terus, ganti lagi jadi dokter hewan, katanya biar kalo mpus sakit bisa dia bantu. Sekarang, malah ganti lagi, pengen jadi fotografer katanya x)). Dan tadi, pas ditanya, katanya pengen jadi gamers. Bebas lah nak, yang penting suka dan sesuai kehendak sendiri aja yaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Mbak. Cita anak-anak memang masih bisa berubah-ubah. Tetapi, orang tua sebaiknya mendukung aja kalau memang baik cita-citanya

      Delete
  5. Wah, Keke keren banget ya. Kegiatan yang disukainya benar2 ok dan didukung oleh mamahnya. Iya sih cita2 anak tuh berubah terus, makin lama makin mnengerucut. Anakku aja yang sekarang kelas 9 kepengen jadi dokter yang punya galeri lukisan dan piano. Dia senang hal2 yang berbau seni, orangnya pendiam. Aku mau coba tes STIFIn buat anak2ku nih plus suami. Kalau aku kan udah :) TFS mbak Myra.

    ReplyDelete
  6. Fisip juga banyak banget loh Mba jurusan spesialis nya. Kalo Keke suka ke dunia MC boleh masuk di ilmu komunikasi.

    Kalo udah beranjak dewasa gini, orangtua ikut galau ya Mba memilih jurusan buat anaknya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Galaunya karena gak mau anak sampai salah memilih jurusan hehehe

      Delete
  7. Hehehe ..
    Lucu sih ya emang mba dengernya, jadi tukang becak. Tapi
    Adikku dulu jg punya cita cita mau jadi pembantu mba.
    Tapi menurut dia art itu keren bisa ngelakuin apa aja
    Hahahaha

    Anakku yang sekarang umur 4 tahun kalau ditanya cita cita bilangnya mau jadi Ultraman
    Hahaha

    Tapi bener sih idealnya tes minat bakat di jenjang SMA Jadi dia tau tuh harus melanjutkan kemana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Karena kacamata anak kadang-kadang beda dengan orang tua hehehe

      Delete
  8. aku kadang kalau lagi sama anakku, ngobrol menjelang tidur suka nanya "nanti kalau sudah besar mau jadi apa mas?" kadang jawaban anak kecil suka bikin ketawa loh. Karena dia suka berganti setiap ditanya. Tapi aku setuju banget bahwa anak itu jangan dipaksakan untuk menuruti keinganan kita, biarkan mereka mengasah bakat dan minatnya. Soalnya aku adalah anak yang selalu mengikuti apa yang diinginkan orangtuaku dulu mbak.

    ReplyDelete
  9. Hai mbak Myr, akhirnya kemarin itu kira sempet ketemu langsung yaa. Minat dan bakat anak-anakku belum terlalu kelihatan sih mbak, jadi aku bingung. Hanya saja kalau memang minatnya baik, sebagai orang tua aku pasti akan dukung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau usia anak memang kerap berubah, Mbak. Dan belum tentu langsung kelihatan. Tetapi, setidaknya kita jadi tau pandangan mereka ^_^

      Delete
  10. Aamiin Aamiin. Ngga enak banget kalo sampai salah jurusan Mbaak :') menurut aku MBA Myra udah mempersiapkan banget supaya Keke bisa on track sesuai minat dan bakatnya. Btw ternyata beneran cita2 anak kecil itu banyak berubah ya yaa, akupun merasakannya demikian semasa kecil, haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena anak kecil kan sebetulnya belum kompleks mikirnya. Jadi masih bisa berubah-ubah banget

      Delete
  11. SemangatCiee buat Keke untuk menekuni bidang musik. Daku takjub dengan orang yang biasa main bass, soalnya dulu daku mau belajar gak bisa-bisa 😭

    ReplyDelete
  12. OMG Keke kepikiran banget jadi pemadam kebakaran buat madamin api neraka. Hahahaa. Yap mba cita anak berubah ubah dan kadang keinginan orangtua pun beda Moga yang terbaik demi anak

    ReplyDelete
  13. Hebat banget kk Keke, mau jadi Kopasus hobby nya balap motor, jago beatbox. Selalu semangat dan sukses untuk Mom sekeluarga..

    ReplyDelete
  14. Keke aktif anaknya ya, Mbak. Berani coba hal baru. Keren tuh!
    Semoga enggak salah pilih jurusan nanti. Kalaupun salah masih bisa dipakai, kok, malah lebih berwarna hidup. Bosan juga kalau itu melulu
    Kayak suamiku kuliah akunting, S2 juga, kerjaan dari pertama sampai kini tentang itu juga. Sampai eneg katanya hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, bosan mah mungkin ada. Namanya juga fase kehidupan hehehe

      Delete
  15. hahaha aduh alasannya jadi pemadam kebakaran lucu deh.

    Saya juga pengen bikin ruangan kedap suara sampai sekarang belum kesampaian, nggak enak juga sama tetangga klo anak-anak udah mulai menggebuk drum

    ReplyDelete
  16. Semoga nanti benar-benar masuk ke jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya ya. Tapi ngeliat Keke bikin aku geleng-geleng, kok banyak benar kemampuannya. Keren amat sih kamu, Nak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memanfaatkan masa muda dengan banyak aktivitas :D

      Delete
  17. Perjalanan merumuskan cita2 memang bisa panjang banget, ya. Apa lagi kalau anak sebenarnya punya banyak minat dan bakat seperti keke. Semoga mendapat pilihan terbaik dan barokah selalu, ya

    ReplyDelete
  18. Gemez banget sih kiki waktu kecil pengen jadi kopassus. Soalnya itu ga lazim kan biasanya kalau anak anak ditanya kalau gede mau jadi apa paling banter dokter atau polisi hihi. Semoga sekua cita cita Keke dan Nai terwujud ya

    ReplyDelete
  19. Aku belajar banyak nih dari artikel ini, tentang menaggapi minat dan cita2 anak jaman sekarang :D

    ReplyDelete
  20. wah keke canggih... hayo banyak gali potensi nanti ketahuan mana yg paling sesuai buat keke.

    kalo aa dilshad masih memantapkan hati pilih jurusan kuliah. walo dr ipa n lebih bakat ke kimia, aa pengen pindah ke ips. itu tetep kita dukung. tapi ketika dia milih pengen masuk fisip, serentak aku n suami ga setuju! krna kita berdua dr fisip, udh tahu nanti ke arah mana dan itu ga cocok buat karakter aa yg pendiam n sulit bicara di depan orang :D

    kalo lihat dari hasil psikotes, aa lebih cocok 'kerja sendirian'. jadi pilihan aa yg kita restui sampai skr adl psikologi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga apapun itu menjadi piliihan terbaik untuk aa Dilshad :)

      Delete
  21. Kalau orang tua mengamati dan tahu minat anak ke mana, dan akomodatif bagus. Anak bisa memilih apa yang dia inginkan dan menolongnya untuk konsisten di situ.

    Jadi ingat saya waktu SMA ikut tes minat dan bakat. Tadinya saya pikir itu minat saya jadinya saya mengisi dengan bentuk tertentu.

    Ternyata sebenarnya tak seperti itu karena waktu itu saya sebenarnya belum punya ketertarikan ke arah itu. Malah lama-kelamaan saya malah gak suka :D

    kacau ya

    Jadinya menjelang lulus kuliah SI Teknik (ELektro) baru saya punya minat besar terhadap psikologi, pendidikan praktis, dan pengembangan diri. Sayangnya gak ada kuliahnya dulu itu di kota saya. :D

    Jadinya waktu menjelang kelulusan, saya bagaikan pelita yang hampir padam, memaksa diri buat selesaikan kuliah. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah tetap on track meskipun sempat merasa bagai pelita padam ya, Mbak :)

      Delete
  22. Iya, apapun pilihannya yang penting nanti bisa benar-benar mendukung Keke untuk mengaktualisasi diri dan menyokong masa depannya.

    Aku lulusan FISIP loh Chi, sekarang jadi blogger ahahhaa... becandaaa...

    Sulungku sejak lulus SMP sudah galau mau masuk SMA atau SMK. Dia pengin kuliah hukum kayak ayahnya, tapi pengin juga bisa menapak dunia kreatif melalui jurusan multi media. Alhasil sekarang sekolahnya di kejuruan ambil multimedia. Udah menentukan pilihan dia. ;)

    ReplyDelete
  23. CIta2 anak-anak itu memang berubah-ubah ya. Anakku yang pertama saat mau kuliah juga sempat beberapa kali berubah, akhirnya ambil akuntansi. Kalau anakku yg ke 2 dari kelas 11 sudah mantap untuk kuliah IT, lomba2 yg diikuti juga seputar IT. Nah yg bungsu ini sekarang kls 11, kalau ditanya cita2 apa, mau kuliah jurusan apa, masih belum tau. Semoga memang sesuai minat & bakat mereka. Jangan sampai deh salah jurusan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Sebaiknya memang jangan asal memilih

      Delete
  24. Tapi emang bener sih, efek mengikuti keinginan mamahku aja malahan dulu kuliah dengan konsentrasi ekonomi moneter tapi aku kerjanya bukan di BI malah di media cetak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadinya gak sesuai dengan jurusan kuliah, ya :)

      Delete
  25. Namanya juga anak2 ya mbak cita2 pasti berganti ganti kadang kadang aku sendiri juga sama kayak gt dlu juga gonta ganti minat dan cita cita nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Mereka masih terus mencari. Meskipun nanti semakin meruncing

      Delete
  26. BAper bacanya Mba, bayangin kalau anak-anak saya sudah sebesar Keke, saya bakal jadi ibu yang bahagia banget punya 2 jagoan ganteng-ganteng masha Allah :D

    Selalu suka baca pengalaman Mba MYra di sini, banyak belajar buat menyambut anak saya tumbuh besar :)

    ReplyDelete
  27. Aku ngakak pas baca keke mau jadi tukang becak. Jadi keinget Abang Fi dulu juga mau jadi sopir bus. Biar bisa bantu orang ga telat ke sekolah dan kerja. Saya juga manfaatin buat motivasi dia bangun subuh. Kalau supir bus ga boleh telat bangunnya. Kalau telat nanti semua jadi telat.. hahaha..

    Bener banget, Mba kalau tes minat bakat itu usia SMA. Tapi walau demikian dr kecil kita kan bisa lihat bakat dominannya apa, jadi bisa diarahkan sebenernya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyees! Itulah maksud saya. Jangan sampai menertawakan cita-cita anak.

      Buat 'kacamata' orang dewasa, menjadi tukang becak atau sopir bus mungkin bukan cita-cita. Tetapi, kan kita bisa jadikan itu sebagai motivasi :)

      Delete
  28. Semangat Kekee, mamaknya keren nih banget suporter nomer satu..aku nih mbak salah jurusan, nggak suka berhitung masuk ekonomi, ngos-ngosaan deh..

    ReplyDelete
  29. Mbak ternyata yang jadi dokter bukan Susan tapi Maissy yang cilukba itu heheh.artikel ini bantu banget ya minat dan bakat anak tidak soal melulu keinginan orang tua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya di dunia nyata, Maissy jadi dokter ya hehehe

      Delete
  30. Keke walau cita-cita berubah sesuai perkembangan usia, ternyata dia selalu punya alasan dengan pilihannya. Keren.
    Semoga nanti semua sepakat dengan cita-cita yang diinginkan Keke dan sesuai minat serta bakatnya. Keke semakin senang menjalaninya, orangtua semakin bangga.

    ReplyDelete
  31. Semangat Keke. Pilih yang terbaik diantara bakat dan minat yang terpendam. Kalau masih ada waktu 2,5 lagi untuk memilih jangan dulu memutuskan cepat-cepat fikirkan hal-hal yang ayah sama bunda Keke pertimbangkan.

    ReplyDelete
  32. Bener banget kadang anak gak ngerti apa sih cita-cita, Malah Pascal dulu maunya profesinya banyak senin sampai minggu beda-beda heheha iyain ajalah.
    Ya Ampun keke bisa punay pikiran madamin api neraka ya, semoga semoa orang bisa berbuat baik kalau gitu ya.
    Tiap orangtua ada keberatan2 tertentu ya, termasuk bundanya keke ini gak mau keke ambil jurusan seni, nah kalau aku gak mau anak-anak jadi tentara dan sejenisnya hehehe gak tau kenapa aneh kan ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya orang tua punya alasan. Dan anak punya alasan lain hehehe

      Delete
  33. Bener bnget mba orangtua tinggal mengarahkan ya.. termasuk aku nih yg salah jurusan kuliah akuntansi tp dpt kerja editor di sebuah majalah

    ReplyDelete
  34. Jadi ingat ponakanku. Aku dulu suka nanya mau jadi apa. Dari yang penari balet, chef, macem-macem. Aku bilangin, pilih yang dia suka dan jangan ikut2 tan teman. Sekarang ini kelihatannya lebih minat ke gambar2. Jadi aku dukungnya pakai hal simpel dulu kaya beliin buku gambar atau pewarna

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perhatian yang simple itu bisa jadi sesuatu yang sangat berharga

      Delete
  35. Marwah juga banyak nih keinginannya, saya jadi harus lebih mengarahkan nih tentang apa yang ia inginkan ya. Harus rajin cek minat dan bakatnya biar bisa menyalurkan dengan tepat.

    ReplyDelete
  36. Semangattt keke aku doain yang terbaik
    Iya mak, kadangvaku gregetan kenapa dulu ga milih jurusan teknik kompi atau hubungan HI atau yang hubungannya ama nulis

    Tapi mungkin ga akan ketemu cucuth kalau ga masuk sini

    ReplyDelete
  37. Nah kayak Dimas tuh, kalau ditanya cita-cita mau jadi apa, eh dia selalu gonta ganti. Kayaknya nanti udah gede dikit harus tes minat dan bakat juga.

    ReplyDelete
  38. Kalau anak saya telah terlihat minatnya yaitu menggambar dan mewarnai. Kegiatan kesenian lebih tertark

    ReplyDelete
  39. jadi terbayang bsok klo dah jadi orang tua gimana kak,, apa bakal jadi org tua yg byk menuntut atau yang lebih mengarahkan aja,, tapi nggak memaksa

    pengennya sih jadi yang kedua, tapi pas bsok udah punya anak gag tau lagi,,, hehe

    makasih mbak , yang masih single jdi bisa belahar

    ReplyDelete
  40. Ngerasain banget dulu dipaksa papaku ikut ujian di STAN padahal aku sama adeku kok yaa dua-duanya gada yang minat sama sekali. Terus jaman dulu suka disuruh masuk PNS, tapi jaman dulu masih belum seoke sekarang kan kalo masuk PNS. Nah, jadi sekarang pas udah punya anak aku belajar lebih jeli liat potensi dan minat anak. Anakku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sekarang berusaha lebih terbuka komunikasinya dengan anak

      Delete
  41. Huhu, aku kasuat-suat lagi deh kalo ngomongin minat anak vs ambisi orang tua. Hehehe... pas si sulung masuk SMA, aku mendapati fakta kalo minat anakku berbeda banget dari yang aku harapkan. Kepengen bisa ke ITB, eh dia ternyata enjoy di Bahasa. Awalnya baper banget. Tapi seiring waktu, anakku bisa nunjukin kalo pilihannya ternyata bener. Dia bisa dengan cepat nguasain bahasa-bahasa yang dia suka. Ya, akhirnya mah, aku cuma bisa dukung dan berdoa semoga dia bisa berhasil di pilihannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi iya minat anak vs ambisi orang tua memang permasalahan klasik

      Delete
  42. Soon waktuku juga tiba nih mba untuk bicara cita - cita dan lanjtan pendidikan untuk Bo dan Obi. bo sempat bilang kaau pengen kembali ke NYC nantinya

    ReplyDelete
  43. Saya masih takjub Keke Nai tumbuh dengan membanggakan orang tuanya
    Saya juga sedang menghadapi permintaan sekolah agar si kecil ikut tes sidik jari supaya ortu mengarahkan sesuai minat bakatnya di usianya masih TK.A
    Yang bikin galau, teman teman saya yang psikolog menyarankan ga usah karena berbagai alasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau masih kecil memang tidak terlalu disarankan, Mbak

      Delete
  44. Aku juga sekarang lagi menghadapi anak remaja yang kadang diarahkan bakat dan minatnya masih aja pake ribut dulu hahahaha

    ReplyDelete
  45. Pas baca artikelnya Mbak Myra ini, aku jadi terpikir, seandainya dulu orang tuaku baca artikel yang beginian, dan mulai mengikutkan anak-anaknya untuk tes minat bakat, alangkah baiknya kami anak-anaknya sekarang ya. Aku dulu "dipaksa" untuk masuk teknik, sementara bakatku dan minatku udah dari kecil ke dunia kepenulisan. Jadinya sempat salah sasaran bertahun-tahun euy. Semoga ya, orang tua sekarang lebih memperhatikan kalau anak-anak punya minat dan bakat masing-masing dan memberi dukungan penuh, bukannya malah memaksakan kehendak dan anak jadi obyek yang bisa mewujudkan ambisi orang tua

    ReplyDelete
  46. MasyaAllah udah bujangan aja nih anak. Mamahnya kalah tinggi
    prestasi Chi keren banget ya Mba, banyak dan bisa semua emang dukngan orangtuanya super keren. Semoga apa yang dicita2kan anak2 terwujud dan dimudahkan Allah ya Mba. Mba juga diberi kekuatan dalam menjaga keluarga.

    ReplyDelete
  47. Lucu banget jawabannya itu, pengen jadi pemadam kebakaran biar bisa madamin api neraka, kasiannya sama mainan. Wkwk. Apapun hasilnya, semoga sesuai dengan minat dan bakat Keke ya. Semoga jadi anak yang sukses ya Keke

    ReplyDelete
  48. Cita citaku dulu jadi dokter
    Ambyar karena ga lolos seleksi
    Diganti dengan Dosen, sama saja
    Makanya aku ga mau anakku ikuti jadi sedari sekarang harus tahu apa minat bakat mereka

    ReplyDelete
  49. Jadi ingat dulu. Adik saya juga cita-citanya jadi tukang becak. Hehhehe... Memang tidak ada motivasinya seperti Chi sih. Karena waktu itu kalau ke Surabaya suka naik becak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu juga bisa jadi sudut pandang seorang anak yang menarik

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^