Minat dan Bakat Anak vs Keinginan Orang Tua - Apa cita-cita mu?
Chi pernah membaca satu pendapat kalau anak yang masih kecil sebaiknya jangan ditanya tentang cita-cita. Anak mana ngerti. Nanti yang ada malah ibunya kerepotan menjelaskan ketika anak bertanya, "Cita-cita itu apa?"
Menurut pendapat Chi, memang ada benarnya. Anak kecil belum tentu mengerti cita-cita. Makanya, kalimat bertanyanya yang harus diubah. Disesuaikan dengan pemahaman anak.
Chi pernah membaca satu pendapat kalau anak yang masih kecil sebaiknya jangan ditanya tentang cita-cita. Anak mana ngerti. Nanti yang ada malah ibunya kerepotan menjelaskan ketika anak bertanya, "Cita-cita itu apa?"
Menurut pendapat Chi, memang ada benarnya. Anak kecil belum tentu mengerti cita-cita. Makanya, kalimat bertanyanya yang harus diubah. Disesuaikan dengan pemahaman anak.

Masih ingat itu lirik lagu apa? #YouSingYouOld 😂
Keke dan Cita-Citanya yang Berganti-Ganti

Tulisan Keke waktu dia masih bercita-cita jadi Kopassus
Beberapa artikel psikologi yang pernah Chi baca berpendapat, idealnya melakukan tes minat dan bakat anak itu di usia 14-15 tahun atau ketika memasuki jenjang SMA. Di usia itu, anak dianggap semakin terlihat minatnya. Sedangkan, bila masih kecil kemungkinan besar berubah-ubah.
Chi setuju dengan pendapat tersebut. Kalaupun pernah beberapa kali bertanya tentang cita-cita, tujuannya untuk lebih mengenal anak. Apa sih yang dia lagi suka sekarang? Bagaimana pendapatnya dia bila ditanya seperti itu. Dan berbagai alasan lainnya.
[Silakan baca: Menanggapi Cita-Cita Anak]
Waktu masih balita, Keke pernah bilang pengen jadi tukang becak kalau dia udah besar. Saat itu, Keke memang paling suka kalau dinyanyiin lagu 'Naik Becak'. Di benaknya, kalau bisa jadi abang becak, bakal makin sering jalan-jalan.
Lantas Chi bilang kalau abang becak itu tenaganya kuat, makanya harus rajin bergerak. Motivasi itu berhasil! Tau sendiri lah ya, anak-anak sekarang godaan magernya tinggi banget. Tapi, karena saat itu Keke pengen jadi tukang becak, dia jadi anak yang banyak bergerak. Bahkan ketika sedang melakukan gerakan tutup mulut alias susah makan pun, Chi bisa memotivasi melalui cita-citanya.
"Kalau susah makan, nanti lemes. Kalau lemes, jadi gak kuat kayak abang becak, deh."
Selama susah makannya bukan karena sedang sakit, biasanya kalimat seperti itu bisa memotivasi. Kemudian pelan-pelan Chi tingkatkan semangatnya. Chi saranin dia supaya jadi bossnya aja, biar punya banyak becak. Makin semangat deh dia. Pokoknya Chi berusaha menanggapi cita-cita anak dengan santai.
Cita-citanya terus berubah. Dia pernah bercita-cita ingin jadi pemadam kebakaran. Alasannya pengen madamin api neraka. Kasihan di neraka banyak mainan yang gosong, begitu katanya hahahaha!
[Silakan baca: Mau Madamin Api Neraka]
Pernah juga bercita-cita jadi polisi. Kalau menjadi pemadam kebakaran dan polisi itu karena dia senengnya main mobil-mobilan. Tiap kali beli mainan, pasti pilihnya die cast. Hampir gak pernah mau beli yang lain. Makanya cita-citanya pun gak jauh dari sesuatu yang ada mobilnya. Polisi dan pemadam 'kan punya mobil khusus.
Cita-cita yang sempat bertahan lama saat dia SD adalah menjadi Kopassus. Sampai Chi sempat agak yakin kalau kelak dia memang akan masuk TNI. Tetapi, secara perlahan cita-citanya ini memudar ketika mulai memakai kacamata.
Kapan Perlu Melakukan Tes Minat dan Bakat?

Ada yang berpendapat tes ini penting. Ada juga yang enggak. Perlu atau tidaknya juga sudah Chi tulis di postingan sebelumya.
[Silakan baca: Perlukah Tes Minat dan Bakat untuk Anak?]
Chi berpendapat perlu atau enggaknya itu tergantung dari kondisi masing-masing keluarga. Secara pribadi, tes minat dan bakat memang membantu pertimbangan kami. Menjadi saling melengkapi dengan pengamatan kami.
Chi juga sependapat dengan beberapa artikel yang pernah dibaca kalau tes ini sebaiknya dilakukan saat anak memasuki usia remaja. Ketika anak mulai masuk SMA sudah dihadapkan dengan pilihan mau masuk jurusan IPA atau IPS.
Mengetahui jenis minat dan bakat anak sejak dini mendingan dengan cara banyakin stimulasi, mengamati perilaku, makin pererat bonding, dan lain sebagainya. Nanti kalau udah remaja, baru deh ikut tes. Karena ketika sudah memasuki usia remaja, masih banyak juga anak maupun orang tua yang bingung minat dan bakat anaknya ke arah mana.
[Silakan baca: Bagaimana Mengetahui Potensi Anak?]
Saat Keke masuk SMA, kami merasa belum perlu melakukan tes ini. Dia udah mantap banget dengan pilihannya. Hanya ingin masuk IPS. Kalau dilihat dari catatan akademisnya sejak kecil memang dia lebih kuat di pelajar sosial daripada eksak.
Diskusi panjang serta mengamati perilakunya sehari-hari juga membuat Chi yakin kalau IPS memang cocok untuk Keke. Analisa kami didukung saat hasil tes keluar. Keke memang cocoknya di bidang IPS. Berbagai bidang IPA justru mendominasi urutan tengah ke bawah.
Dari yang Chi tulis di sini aja terlihat ketika masih kecil, Keke lumayan sering ganti cita-cita. Semakin besar, semakin mengerucut keinginannya. Semakin kompleks juga. Diskusi dan motivasi yang diberikan gak sesederhana seperti saat Keke masih ingin jadi tukang becak.

Lepas dari keinginan menjadi Koppasus, Keke pun bercita-cita menjadi pembalap motor profesional. Dia yang sejak kecil menyukai segala sesuatu tentang mobil. Begitu SMP hingga sekarang malah tertariknya dengan dunia motor.
Melihat minatnya dengan dunia balap motor, ayahnya memasukkan dia ke sekolah balap. Ya daripada nanti malah tersalurkannya di jalan yang salah. Malah ikut balap liar. Mending dimasukin ke sekolah balap yang tepat. Kemudian ikut balap motor yang resmi. Sampai sekarang, Keke masih menggeluti dunia balap motor. Meskipun cita-citanya sudah mulai berubah lagi.
[Silakan baca: Ketika Keke Bercita-Cita Menjadi Pembalap Motor Profesional]
Ya begitulah lah. Cita-citanya masih terus berubah. Tetapi, semakin dewasa semakin mengerucut. Semakin bisa dilihat minat dan bakatnya mengarah ke mana. Diskusi dengan Keke pun masih terus berlanjut hingga sekarang. Tentu saja lebih kompleks. Tidak seperti ketika dia masih bercita-cita menjadi tukang becak.
Menentang Minat Anak Karena Ambisi Orang Tua?

Ketika masih SMP, Keke beberapa kali diminta jadi MC acara sekolah.
Baik itu acara formal maupun santai. Pakai bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris
Setelah Chi punya anak, apalagi sekarang Keke sudah SMA, prakteknya gak semudah itu untuk mendukung. Jadi merasa bersalah juga sempat menyalahkan orang tua dengan sikapnya waktu itu.
Minat dan bakat adalah 2 hal yang berbeda. Chi sudah menjelaskan perbedaan minat dan bakat di postingan sebelumnya. Memang idealnya hasil minat dan bakat itu sama. Tetapi, bila terjadi perbedaan, 2 hal ini sebaiknya saling mendukung.
Dari hasil tes, Keke tidak mengalami perbedaan. Teorinya memang seharusnya menjadi lebih mudah. Tetapi, justru ada perbedaan pendapat antara Keke dan orang tuanya. Ada beberapa hal yang bikin kami keberatan.
[Silakan baca: Hasil Tes Minat dan Bakat Keke]
Kalau dibilang karena ambisi orang tua kayaknya enggak juga, ya. kami gak pernah mengatur anak harus ambil jurusan tertentu. Memang ada berbagai macam diskusi tentang minat dan bakat, bahkan jauh sebelum ikut tes. Tetapi, ya sebatas diskusi.
[Silakan baca: Mencapai Cita-Cita]
Seni Musik

Keke pernah bilang kalau lulus SMA pengen melanjutkan kuliah di jurusan seni musik. Sampai saat ini, kami masih keberatan dengan keinginannya. Off the record lah ya untuk alasannya. Tetapi, yang pasti bukan karena anti musik. Ada alasan lain, hanya kami yang tau, termasuk Keke.

Kami mendukung kalau anak-anak senang dan ingin beraktivitas di dunia musik. Keke pernah kursus drum sejak TK. Bahkan kami membuat ruangan khusus kedap suara karena dia privat drum di rumah. *Nanti diomelin tetangga kalau ruangannya gak kedap suara hehehe.*
Dia berhenti kursus drum karena kesibukannya di sekolah. Jam pelajarannya semakin sore. Belum lagi ada kegiatan di luar seperti renang dan taekwondo. Semakin membuatnya kesulitan mengatur jadwal kursus dengan guru privatnya.

Masuk kelas 5, dia sedang gandrung sama beatbox. Minta izin dibolehin masuk sekolah beatbox. Tapi, kami masih keberatan dengan berbagai alasan. Akhirnya dia belajar sendiri lewat YouTube. Mengejutkan ketika dia perform saat acara perpisahan kelas 6. Soalnya dulu dia suka enggan kalau harus tampil di depan umum.
Saat SMP, dia mulai bikin grup band dengan sahabatnya. Hampir setiap hari sewa studio musik buat latihan. Meskipun sekarang sudah beda-beda sekolahnya, mereka masih suka berkumpul untuk latihan.
Saat SMP, Keke tidak lagi main drum. Dia seringnya pegang bass. Ketika lulus SMP, Keke dibeliin gitar listrik sama ayahnya.
Jadi, kami memang tidak pernah menghalanginya bermusik. Dia mau kursus musik lagi pun, Insya Allah kalau ada rezekinya akan kami dukung. Mau tampil ngeband lagi juga silakan. Tetapi, kalau untuk kuliah di jurusan seni musik, hmmm ... belum keluar izinnya sampai sekarang.
Keke tau banget kenapa masih belum mengizinkan. Tentu melalui diskusi panjang. Lama kelamaan dia mulai menerima untuk tidak mengambil jurusan Seni Musik. Tetapi, begitu hasil Tes Minat dan Bakat keluar, keinginannya kembali mengeras. Diskusi panjang pun dibuka kembali.
"Tuhm 'kaaaan! Bener kata Keke juga. Ini hasil tesnya aja menunjukkan minat dan bakat Keke di musik. Udah lah kuliah di Seni Musik aja."
Sastra Indonesia
Beberapa kali kami juga harus banyak mencari tau. Ketika Keke meminta izin untuk dibolehkan kuliah di Sastra Indonesia, Chi merasa kaget. Alasan utama dia sebetulnya gak jauh-jauh dari musik. Di pelajaran Sastra Indonesia katanya ada Musikalisasi Puisi.Tetapi, gak sebatas itu. Keke justru lebih dulu mencari banyak informasi tentang kuliah di jurusan Sastra. Dari diskusi itu pun Chi baru tau kalau Keke gemar menulis puisi. Ini berbanding terbalik banget dengan ketika dia masih SD. Sampai sempat minta pindah sekolah gara-gara wali kelas sering meminta murid-muridnya menulis. Eh, sekarang dia malah senang menulis puisi.
Karena Chi nge-blank banget dengan dunia sastra, sempat membuat status di FB. Alhamdulillah banyak sekali mendapat respons tentang kuliah di dunia sastra (terima kasih banyak, ya! 😘). Setelah banyak mendapatkan pendapat, Chi malah jadi tertarik dengan dunia sastra. Kami mengizinkan Keke bila kelak ingin pilih ke jurusan Sastra Indonesia.
Chi juga pernah tanya, kalaupun memang inginnya ke sastra, kenapa pilih Indonesia? Kenapa bukan Sastra Inggris, Jepang, atau negara mana aja selain Indonesia? Keke bersikeras kalau dia hanya tertarik dengan Sastra Indonesia. Dari sisi akademis, sejak dulu memang dia kuat di pelajaran bahasa. Terutama Bahasa Inggris, tetapi pelajaran Bahasa Indonesia juga termasuk bagus nilainya.
Apakah itu artinya sudah menjadi keputusan final?
Belum. Selama dia belum lulus SMA, keputusan masih bisa berubah. Ya begitu hasil tes keluar aja, dia sempat bersikeras ingin jurusan Seni Musik lagi.
FISIP

Ada satu lagi jurusan yang Chi masih harus cari informasi banyak, yaitu FISIP. Keke belum pernah bilang tertarik dengan jurusan ini. Tetapi, Chi coba menganalisa sendiri aja dari banyak diskusi dan perilaku sehari-hari.
Dia mulai kritis dengan berbagai isu yang terjadi di tanah air maupun media. Bagus, sih. Tetapi, Chi juga kerap mewanti-wanti dia bila beropini di media sosial. Kalau sama orang tuanya, silakan aja kalau dia mau berdiskusi panjang bahkan berbeda pendapat tentang berbagai isu. Pernah ikut demonstrasi juga 😅
Dengan kekritisannya ini, Chi kadang-kadang berpikir bagaimana kalau suatu saat Keke ingin serius kuliah di jurusan politik bahkan berkarir di bidang tersebut. Apalagi kalau dari hasil tes, FISIP ada di urutan tertinggi ke-3. Nah, ini yang bikin Chi masih galau.
Jangan lah kita sampai buta politik. Tetapi, kalau berkarir di bidang ini, Chi masih berat. Itulah kenapa Chi masih ingin cari tau lebih banyak tentang jurusan FISIP. Siapa tau pemikiran Chi selama ini kurang tepat. Masih butuh banyak informasi tentang FISIP, nih!
Ekonomi
Chi beberapa kali menyarankan dia mengambil jurusan ini saat kami berdiskusi. Tentu sama dengan lainnya. Chi mempertimbangkan berdasarkan banyak hal. Apalagi saat ini Keke sedang getol belajar saham.Dia membaca berbagai buku tentang saham. Juga rutin ikut simulasi saham. Tetapi, Keke pun sampai sekarang masih bersikeras kalau dia hanya tertarik belajar saham. Dia gak tertarik kuliah di jurusan ekonomi.
Hukum
Dari beberapa jurusan yang pernah dilontarkan oleh Keke, jurusan Hukum menjadi pilihan yang paling bertahan sampai saat ini. Dia sudah mengutarakan ini sejak SMP.Awalnya karena kagum dengan guru PKn. Menurut Keke, gurunya ini asik banget kalau lagi ngajar. Gak bikin bosan dan mudah dimengerti, Sejak itu deh dia bilang tertarik belajar hukum dan ingin masuk jurusan ini.
Chi pun sempat galau *kayaknya lama-lama dikeplak pembaca nih karena galau melulu hahaha*. Abisnya bayangan Chi tentang dunia hukum tuh serem. K'Aie malah mendukung banget kalau Keke kuliah di jurusan ini. Ditambah lagi, dari hasil tes, minat dan bakat Keke di bidang hukum berada di urutan pertama. Klop banget, deh!
Semoga Jangan Sampai Salah Pilih Jurusan

"Santai aja, lah. Dulu juga saya kuliah di jurusan teknik, eh malah kerjanya di bank."
Pernah gak mendengar kalimat seperti itu?
Chi sering hehehe. Ya, jalan hidup memang kita gak tau. Kuliah di jurusan apa, karirnya di bidang apa. Dan gak perlu juga semuanya disesali.
Tetapi, kalau bisa sih jangan salah pilih jurusan. Pengennya dari mulai sekolah, kuliah, hingga berkarir sudah sesuai dengan apa yang menjadi minatnya. Apalagi katanya 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Insya Allah, Keke dan Nai termasuk di usia produktif pada masa itu. Yup! Kami cukup serius memikirkan tentang ini.
Keke masih punya waktu untuk mempertimbangkan. Masih ada sekitar 2,5 tahun lagi. Hasil tes tersebut tentu aja jadi pertimbangan. Meskipun bisa jadi pilihannya nanti di luar yang disarankan.
Apapun pilihannya nanti, harapannya jangan sampai ada penyesalan. Menyesal karena salah memilih jurusan. Dengan pertimbangan yang matang, Insya Allah akan mendapatkan pilihan yang terbaik. Aamiin Allahumma Aamiin.
94 Comments
Duh senang banget kalo liat anak yang pny minat ke seni. Suka musik adalah satu kecerdasan sendiri
ReplyDeleteiya, Bang. Ada kecerdasan tentang musik, ya
DeleteKalo orang tua bisa support cita-cita dan keinginan anak mudah-mudahan bisa cepat terlaksana keinginan nya.
ReplyDeleteKalo aku kurang paham apa cita-citanya karena dulu yang aku pikirkan agar bisa dapat duit untuk makan saja, karena kehidupan ku agak keras. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah mendingan. Sekarang aku juga belum tanya apa cita-citanya anak karena baru kelas 1 SD, mungkin nanti kalo sudah SMA kali ya kak baru tanya apa cita-citanya.
Sebetulnya bisa kok ditanya sedini mungkin. Mungkin akan terus berubah-ubah. Tetapi, gak apa-apa untuk didiskusikan supaya anak tau tujuannya. Tentu aja harus disesuaikan dengan gaya bahasa anak sesuai umurnya
DeleteKeke keren pernah punya cita-cita jadi kopassus :D anak saya pernah ditawari test minat dan bakat tapi karena saya pikr masih terlalu kecil jadi saya gak ikutkan. Mungkin kalau udah agak besaran mau coba test minat dan bakat ini
ReplyDeleteUsia SMP udah mulai bisa deh ikut tes ini
DeleteJadi teringat cita-cita anakku yang juga berubah sejak TK. Waktu itu dia pengen banget jadi Dokter anak. Katanya pengen nolongin bayi-bayi biar pas di vaksin mereka ga ketakutan. Terus, ganti lagi jadi dokter hewan, katanya biar kalo mpus sakit bisa dia bantu. Sekarang, malah ganti lagi, pengen jadi fotografer katanya x)). Dan tadi, pas ditanya, katanya pengen jadi gamers. Bebas lah nak, yang penting suka dan sesuai kehendak sendiri aja yaaa :D
ReplyDeleteiya, Mbak. Cita anak-anak memang masih bisa berubah-ubah. Tetapi, orang tua sebaiknya mendukung aja kalau memang baik cita-citanya
DeleteWah, Keke keren banget ya. Kegiatan yang disukainya benar2 ok dan didukung oleh mamahnya. Iya sih cita2 anak tuh berubah terus, makin lama makin mnengerucut. Anakku aja yang sekarang kelas 9 kepengen jadi dokter yang punya galeri lukisan dan piano. Dia senang hal2 yang berbau seni, orangnya pendiam. Aku mau coba tes STIFIn buat anak2ku nih plus suami. Kalau aku kan udah :) TFS mbak Myra.
ReplyDeleteSama-sama, Mbak :)
DeleteFisip juga banyak banget loh Mba jurusan spesialis nya. Kalo Keke suka ke dunia MC boleh masuk di ilmu komunikasi.
ReplyDeleteKalo udah beranjak dewasa gini, orangtua ikut galau ya Mba memilih jurusan buat anaknya..
Galaunya karena gak mau anak sampai salah memilih jurusan hehehe
DeleteHehehe ..
ReplyDeleteLucu sih ya emang mba dengernya, jadi tukang becak. Tapi
Adikku dulu jg punya cita cita mau jadi pembantu mba.
Tapi menurut dia art itu keren bisa ngelakuin apa aja
Hahahaha
Anakku yang sekarang umur 4 tahun kalau ditanya cita cita bilangnya mau jadi Ultraman
Hahaha
Tapi bener sih idealnya tes minat bakat di jenjang SMA Jadi dia tau tuh harus melanjutkan kemana.
Yup! Karena kacamata anak kadang-kadang beda dengan orang tua hehehe
Deleteaku kadang kalau lagi sama anakku, ngobrol menjelang tidur suka nanya "nanti kalau sudah besar mau jadi apa mas?" kadang jawaban anak kecil suka bikin ketawa loh. Karena dia suka berganti setiap ditanya. Tapi aku setuju banget bahwa anak itu jangan dipaksakan untuk menuruti keinganan kita, biarkan mereka mengasah bakat dan minatnya. Soalnya aku adalah anak yang selalu mengikuti apa yang diinginkan orangtuaku dulu mbak.
ReplyDeleteItulah alasan saya suka ngobrol ma anak hehehe
DeleteHai mbak Myr, akhirnya kemarin itu kira sempet ketemu langsung yaa. Minat dan bakat anak-anakku belum terlalu kelihatan sih mbak, jadi aku bingung. Hanya saja kalau memang minatnya baik, sebagai orang tua aku pasti akan dukung
ReplyDeleteKalau usia anak memang kerap berubah, Mbak. Dan belum tentu langsung kelihatan. Tetapi, setidaknya kita jadi tau pandangan mereka ^_^
DeleteAamiin Aamiin. Ngga enak banget kalo sampai salah jurusan Mbaak :') menurut aku MBA Myra udah mempersiapkan banget supaya Keke bisa on track sesuai minat dan bakatnya. Btw ternyata beneran cita2 anak kecil itu banyak berubah ya yaa, akupun merasakannya demikian semasa kecil, haha.
ReplyDeleteKarena anak kecil kan sebetulnya belum kompleks mikirnya. Jadi masih bisa berubah-ubah banget
DeleteSemangatCiee buat Keke untuk menekuni bidang musik. Daku takjub dengan orang yang biasa main bass, soalnya dulu daku mau belajar gak bisa-bisa ðŸ˜
ReplyDeleteApalagi saya. Gitar aja gak bisa heheh
DeleteOMG Keke kepikiran banget jadi pemadam kebakaran buat madamin api neraka. Hahahaa. Yap mba cita anak berubah ubah dan kadang keinginan orangtua pun beda Moga yang terbaik demi anak
ReplyDeleteBegitulah pemikiran anak kecil hehehe
DeleteHebat banget kk Keke, mau jadi Kopasus hobby nya balap motor, jago beatbox. Selalu semangat dan sukses untuk Mom sekeluarga..
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
DeleteKeke aktif anaknya ya, Mbak. Berani coba hal baru. Keren tuh!
ReplyDeleteSemoga enggak salah pilih jurusan nanti. Kalaupun salah masih bisa dipakai, kok, malah lebih berwarna hidup. Bosan juga kalau itu melulu
Kayak suamiku kuliah akunting, S2 juga, kerjaan dari pertama sampai kini tentang itu juga. Sampai eneg katanya hahah
Hihihi, bosan mah mungkin ada. Namanya juga fase kehidupan hehehe
Deletehahaha aduh alasannya jadi pemadam kebakaran lucu deh.
ReplyDeleteSaya juga pengen bikin ruangan kedap suara sampai sekarang belum kesampaian, nggak enak juga sama tetangga klo anak-anak udah mulai menggebuk drum
Pemikiran bocah cilik :D
DeleteSemoga nanti benar-benar masuk ke jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya ya. Tapi ngeliat Keke bikin aku geleng-geleng, kok banyak benar kemampuannya. Keren amat sih kamu, Nak.
ReplyDeleteMemanfaatkan masa muda dengan banyak aktivitas :D
DeletePerjalanan merumuskan cita2 memang bisa panjang banget, ya. Apa lagi kalau anak sebenarnya punya banyak minat dan bakat seperti keke. Semoga mendapat pilihan terbaik dan barokah selalu, ya
ReplyDeleteGemez banget sih kiki waktu kecil pengen jadi kopassus. Soalnya itu ga lazim kan biasanya kalau anak anak ditanya kalau gede mau jadi apa paling banter dokter atau polisi hihi. Semoga sekua cita cita Keke dan Nai terwujud ya
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
DeleteAku belajar banyak nih dari artikel ini, tentang menaggapi minat dan cita2 anak jaman sekarang :D
ReplyDeletewah keke canggih... hayo banyak gali potensi nanti ketahuan mana yg paling sesuai buat keke.
ReplyDeletekalo aa dilshad masih memantapkan hati pilih jurusan kuliah. walo dr ipa n lebih bakat ke kimia, aa pengen pindah ke ips. itu tetep kita dukung. tapi ketika dia milih pengen masuk fisip, serentak aku n suami ga setuju! krna kita berdua dr fisip, udh tahu nanti ke arah mana dan itu ga cocok buat karakter aa yg pendiam n sulit bicara di depan orang :D
kalo lihat dari hasil psikotes, aa lebih cocok 'kerja sendirian'. jadi pilihan aa yg kita restui sampai skr adl psikologi :)
Semoga apapun itu menjadi piliihan terbaik untuk aa Dilshad :)
DeleteKalau orang tua mengamati dan tahu minat anak ke mana, dan akomodatif bagus. Anak bisa memilih apa yang dia inginkan dan menolongnya untuk konsisten di situ.
ReplyDeleteJadi ingat saya waktu SMA ikut tes minat dan bakat. Tadinya saya pikir itu minat saya jadinya saya mengisi dengan bentuk tertentu.
Ternyata sebenarnya tak seperti itu karena waktu itu saya sebenarnya belum punya ketertarikan ke arah itu. Malah lama-kelamaan saya malah gak suka :D
kacau ya
Jadinya menjelang lulus kuliah SI Teknik (ELektro) baru saya punya minat besar terhadap psikologi, pendidikan praktis, dan pengembangan diri. Sayangnya gak ada kuliahnya dulu itu di kota saya. :D
Jadinya waktu menjelang kelulusan, saya bagaikan pelita yang hampir padam, memaksa diri buat selesaikan kuliah. :D
Alhamdulillah tetap on track meskipun sempat merasa bagai pelita padam ya, Mbak :)
DeleteIya, apapun pilihannya yang penting nanti bisa benar-benar mendukung Keke untuk mengaktualisasi diri dan menyokong masa depannya.
ReplyDeleteAku lulusan FISIP loh Chi, sekarang jadi blogger ahahhaa... becandaaa...
Sulungku sejak lulus SMP sudah galau mau masuk SMA atau SMK. Dia pengin kuliah hukum kayak ayahnya, tapi pengin juga bisa menapak dunia kreatif melalui jurusan multi media. Alhasil sekarang sekolahnya di kejuruan ambil multimedia. Udah menentukan pilihan dia. ;)
Udah tau apa yang diinginkan, ya
DeleteCIta2 anak-anak itu memang berubah-ubah ya. Anakku yang pertama saat mau kuliah juga sempat beberapa kali berubah, akhirnya ambil akuntansi. Kalau anakku yg ke 2 dari kelas 11 sudah mantap untuk kuliah IT, lomba2 yg diikuti juga seputar IT. Nah yg bungsu ini sekarang kls 11, kalau ditanya cita2 apa, mau kuliah jurusan apa, masih belum tau. Semoga memang sesuai minat & bakat mereka. Jangan sampai deh salah jurusan.
ReplyDeleteIya, Mbak. Sebaiknya memang jangan asal memilih
DeleteTapi emang bener sih, efek mengikuti keinginan mamahku aja malahan dulu kuliah dengan konsentrasi ekonomi moneter tapi aku kerjanya bukan di BI malah di media cetak.
ReplyDeleteJadinya gak sesuai dengan jurusan kuliah, ya :)
DeleteNamanya juga anak2 ya mbak cita2 pasti berganti ganti kadang kadang aku sendiri juga sama kayak gt dlu juga gonta ganti minat dan cita cita nya
ReplyDeleteYup! Mereka masih terus mencari. Meskipun nanti semakin meruncing
DeleteBAper bacanya Mba, bayangin kalau anak-anak saya sudah sebesar Keke, saya bakal jadi ibu yang bahagia banget punya 2 jagoan ganteng-ganteng masha Allah :D
ReplyDeleteSelalu suka baca pengalaman Mba MYra di sini, banyak belajar buat menyambut anak saya tumbuh besar :)
Alhamdulillah kalau memang membantu :)
DeleteAku ngakak pas baca keke mau jadi tukang becak. Jadi keinget Abang Fi dulu juga mau jadi sopir bus. Biar bisa bantu orang ga telat ke sekolah dan kerja. Saya juga manfaatin buat motivasi dia bangun subuh. Kalau supir bus ga boleh telat bangunnya. Kalau telat nanti semua jadi telat.. hahaha..
ReplyDeleteBener banget, Mba kalau tes minat bakat itu usia SMA. Tapi walau demikian dr kecil kita kan bisa lihat bakat dominannya apa, jadi bisa diarahkan sebenernya.
Iyees! Itulah maksud saya. Jangan sampai menertawakan cita-cita anak.
DeleteBuat 'kacamata' orang dewasa, menjadi tukang becak atau sopir bus mungkin bukan cita-cita. Tetapi, kan kita bisa jadikan itu sebagai motivasi :)
Semangat Kekee, mamaknya keren nih banget suporter nomer satu..aku nih mbak salah jurusan, nggak suka berhitung masuk ekonomi, ngos-ngosaan deh..
ReplyDeleteSama. Saya pun merasa salah jurusan hahaha
DeleteMbak ternyata yang jadi dokter bukan Susan tapi Maissy yang cilukba itu heheh.artikel ini bantu banget ya minat dan bakat anak tidak soal melulu keinginan orang tua.
ReplyDeleteIya di dunia nyata, Maissy jadi dokter ya hehehe
DeleteKeke walau cita-cita berubah sesuai perkembangan usia, ternyata dia selalu punya alasan dengan pilihannya. Keren.
ReplyDeleteSemoga nanti semua sepakat dengan cita-cita yang diinginkan Keke dan sesuai minat serta bakatnya. Keke semakin senang menjalaninya, orangtua semakin bangga.
Semangat Keke. Pilih yang terbaik diantara bakat dan minat yang terpendam. Kalau masih ada waktu 2,5 lagi untuk memilih jangan dulu memutuskan cepat-cepat fikirkan hal-hal yang ayah sama bunda Keke pertimbangkan.
ReplyDeleteIya, Mbak :)
DeleteBener banget kadang anak gak ngerti apa sih cita-cita, Malah Pascal dulu maunya profesinya banyak senin sampai minggu beda-beda heheha iyain ajalah.
ReplyDeleteYa Ampun keke bisa punay pikiran madamin api neraka ya, semoga semoa orang bisa berbuat baik kalau gitu ya.
Tiap orangtua ada keberatan2 tertentu ya, termasuk bundanya keke ini gak mau keke ambil jurusan seni, nah kalau aku gak mau anak-anak jadi tentara dan sejenisnya hehehe gak tau kenapa aneh kan ya.
Biasanya orang tua punya alasan. Dan anak punya alasan lain hehehe
DeleteBener bnget mba orangtua tinggal mengarahkan ya.. termasuk aku nih yg salah jurusan kuliah akuntansi tp dpt kerja editor di sebuah majalah
ReplyDeleteDuh! Saya payah banget sama akuntasi hehehe
DeleteJadi ingat ponakanku. Aku dulu suka nanya mau jadi apa. Dari yang penari balet, chef, macem-macem. Aku bilangin, pilih yang dia suka dan jangan ikut2 tan teman. Sekarang ini kelihatannya lebih minat ke gambar2. Jadi aku dukungnya pakai hal simpel dulu kaya beliin buku gambar atau pewarna
ReplyDeletePerhatian yang simple itu bisa jadi sesuatu yang sangat berharga
DeleteMarwah juga banyak nih keinginannya, saya jadi harus lebih mengarahkan nih tentang apa yang ia inginkan ya. Harus rajin cek minat dan bakatnya biar bisa menyalurkan dengan tepat.
ReplyDeleteIya, Mbak. Orang tua bantu mengarahkan
DeleteSemangattt keke aku doain yang terbaik
ReplyDeleteIya mak, kadangvaku gregetan kenapa dulu ga milih jurusan teknik kompi atau hubungan HI atau yang hubungannya ama nulis
Tapi mungkin ga akan ketemu cucuth kalau ga masuk sini
Semua ada jalannya ya, Cha :)
DeleteNah kayak Dimas tuh, kalau ditanya cita-cita mau jadi apa, eh dia selalu gonta ganti. Kayaknya nanti udah gede dikit harus tes minat dan bakat juga.
ReplyDeleteGak apa-apa, Dimas kan masih kecil
DeleteKalau anak saya telah terlihat minatnya yaitu menggambar dan mewarnai. Kegiatan kesenian lebih tertark
ReplyDeleteSemoga terus terasah, ya
Deletejadi terbayang bsok klo dah jadi orang tua gimana kak,, apa bakal jadi org tua yg byk menuntut atau yang lebih mengarahkan aja,, tapi nggak memaksa
ReplyDeletepengennya sih jadi yang kedua, tapi pas bsok udah punya anak gag tau lagi,,, hehe
makasih mbak , yang masih single jdi bisa belahar
Ngerasain banget dulu dipaksa papaku ikut ujian di STAN padahal aku sama adeku kok yaa dua-duanya gada yang minat sama sekali. Terus jaman dulu suka disuruh masuk PNS, tapi jaman dulu masih belum seoke sekarang kan kalo masuk PNS. Nah, jadi sekarang pas udah punya anak aku belajar lebih jeli liat potensi dan minat anak. Anakku
ReplyDeleteIya sekarang berusaha lebih terbuka komunikasinya dengan anak
DeleteHuhu, aku kasuat-suat lagi deh kalo ngomongin minat anak vs ambisi orang tua. Hehehe... pas si sulung masuk SMA, aku mendapati fakta kalo minat anakku berbeda banget dari yang aku harapkan. Kepengen bisa ke ITB, eh dia ternyata enjoy di Bahasa. Awalnya baper banget. Tapi seiring waktu, anakku bisa nunjukin kalo pilihannya ternyata bener. Dia bisa dengan cepat nguasain bahasa-bahasa yang dia suka. Ya, akhirnya mah, aku cuma bisa dukung dan berdoa semoga dia bisa berhasil di pilihannya :)
ReplyDeletehihihi iya minat anak vs ambisi orang tua memang permasalahan klasik
DeleteSoon waktuku juga tiba nih mba untuk bicara cita - cita dan lanjtan pendidikan untuk Bo dan Obi. bo sempat bilang kaau pengen kembali ke NYC nantinya
ReplyDeleteInsya allah, akan kembali ke sana ya, Mbak :)
DeleteSaya masih takjub Keke Nai tumbuh dengan membanggakan orang tuanya
ReplyDeleteSaya juga sedang menghadapi permintaan sekolah agar si kecil ikut tes sidik jari supaya ortu mengarahkan sesuai minat bakatnya di usianya masih TK.A
Yang bikin galau, teman teman saya yang psikolog menyarankan ga usah karena berbagai alasan
Kalau masih kecil memang tidak terlalu disarankan, Mbak
DeleteAku juga sekarang lagi menghadapi anak remaja yang kadang diarahkan bakat dan minatnya masih aja pake ribut dulu hahahaha
ReplyDeletehuahahaha
DeletePas baca artikelnya Mbak Myra ini, aku jadi terpikir, seandainya dulu orang tuaku baca artikel yang beginian, dan mulai mengikutkan anak-anaknya untuk tes minat bakat, alangkah baiknya kami anak-anaknya sekarang ya. Aku dulu "dipaksa" untuk masuk teknik, sementara bakatku dan minatku udah dari kecil ke dunia kepenulisan. Jadinya sempat salah sasaran bertahun-tahun euy. Semoga ya, orang tua sekarang lebih memperhatikan kalau anak-anak punya minat dan bakat masing-masing dan memberi dukungan penuh, bukannya malah memaksakan kehendak dan anak jadi obyek yang bisa mewujudkan ambisi orang tua
ReplyDeleteWah ternyata dulu banyak yang senasib
DeleteMasyaAllah udah bujangan aja nih anak. Mamahnya kalah tinggi
ReplyDeleteprestasi Chi keren banget ya Mba, banyak dan bisa semua emang dukngan orangtuanya super keren. Semoga apa yang dicita2kan anak2 terwujud dan dimudahkan Allah ya Mba. Mba juga diberi kekuatan dalam menjaga keluarga.
aamiin Allahumma aamiin
DeleteLucu banget jawabannya itu, pengen jadi pemadam kebakaran biar bisa madamin api neraka, kasiannya sama mainan. Wkwk. Apapun hasilnya, semoga sesuai dengan minat dan bakat Keke ya. Semoga jadi anak yang sukses ya Keke
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
DeleteCita citaku dulu jadi dokter
ReplyDeleteAmbyar karena ga lolos seleksi
Diganti dengan Dosen, sama saja
Makanya aku ga mau anakku ikuti jadi sedari sekarang harus tahu apa minat bakat mereka
Iya, harus mengenali apa maunya anak
DeleteJadi ingat dulu. Adik saya juga cita-citanya jadi tukang becak. Hehhehe... Memang tidak ada motivasinya seperti Chi sih. Karena waktu itu kalau ke Surabaya suka naik becak.
ReplyDeleteNah itu juga bisa jadi sudut pandang seorang anak yang menarik
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^