Tentang Cerita Pandemi di Tahun 2020
- "Optimis banget sih menghadapi tahun 2021?"
Ada beberapa orang yang berkata kurang lebih seperti itu. Seketika Chi
langsung mikir, 'apa iya begitu?'

Kalau dipikir lagi, kadang-kadang merasa down juga. Marah, sedih, galau, dan berbagai perasaan lainnya juga suka hadir. Sama halnya dengan perasaan gembira, bahagia, dan lain sebagainya.
Tentua aja kita harus berpikiran positif, tetapi gak boleh sampai
berlebihan. Jatuhnya nanti toxic positivity. Berusaha sewajarnya aja
merasakan semua emosi. Kalau pun tetap ada rasa optimis karena agar tetap
ada semangat untuk hidup.
Baidewei, tahun 2020 itu kan katanya jumpalitan banget.
Alhamdulillah tetap dapat merasakan hikmahnya. Apa aja sih hikmah di balik
cerita pandemi?
Happy Time Bersama Keluarga
Ini udah Chi ceritain di postingan sebelumnya, ya. Di tahun 2020,
kebersamaan dengan keluarga tuh melimpah. Memang gak selalu berjalan
mulus. Tetap ada dramanya.
Tetapi, Chi merasa kebersamaan keluarga ini sesuatu hal yang disyukuri
banget. Jadi berasa semakin dekat bondingnya. Alhamdulillah.
[Silakan baca: 2020 Tahun Kebersamaan Keluarga]
[Silakan baca: 2020 Tahun Kebersamaan Keluarga]
Ujian Keimanan
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah : 155)
Di postingan sebelumnya, Chi cerita kalau tahun 2019 itu penuh cobaan sampai lelah lahir batin. Menjelang akhir tahun, mulai agak enak kondisinya. Makanya, Chi bertekad di tahun 2020 mau lebih banyak bersenang-senang.
Tetapi, begitu pandemi datang, amarah Chi jadi memuncak. Kok, kayaknya
cobaan gak selesai-selesai? 2019 udah dibikin capek, tahun berikutnya
datang pandemi. Adil gak sih ini?
Bener-bener marah di awal pandemi. Pandemi memang sangat menguji keimanan.
Apakah kita akan tetap terus bersabar atau malah menjadi gak peduli?
Alhamdulillah gak berlarut-larut marah dan sedihnya. Ketika membaca
Al-Quran, banyak ditemukan ayat-ayat yang menyejukkan. Terutama tentang
sabar menghadapi ujian dan bersyukur. Ayat-ayat yang memang Chi butuhkan
dalam kondisi terpuruk.
'Alhamdulillah tahun 2019 bisa dilalui dengan baik, begitu pun di tahun
2020.' Begitu lah yang tertanam di pikiran Chi. Bahwa sesulit apapun tetap
bisa dilalui dengan baik. Tetap diberi kesehatan dan kebahagiaan bersama
keluarga tercinta.
Itu lah alasan Chi tetap bisa optimis menjalani tahun ini. Bukan kah Allah
SWT juga gak ingin hamba Nya berputus asa?
Gak berani juga mengklaim kalau sekarang Chi udah beriman banget. Tetapi, bersyukur dengan segala cobaan ini jadi bisa re-charge keimanan. Banyak hal yang sudah mulai kendor, coba dikencangkan lagi. Paling enggak, kalau lagi dikasih banyak cobaan jangan sampai juga malah nambah banyak dosa. Naudzubillah min dzalik.
Gak berani juga mengklaim kalau sekarang Chi udah beriman banget. Tetapi, bersyukur dengan segala cobaan ini jadi bisa re-charge keimanan. Banyak hal yang sudah mulai kendor, coba dikencangkan lagi. Paling enggak, kalau lagi dikasih banyak cobaan jangan sampai juga malah nambah banyak dosa. Naudzubillah min dzalik.
Gak Merasa Sendiri
Di saat pandemi ini, bukan hanya Chi yang merasakan ujian. Rasanya hampir
seluruh masyarakat dunia merasakan hal yang sama. Buat Chi merasa gak
sendiri tuh pengaruh banget. Paling gak bisa memilih circle yang sama-sama
menguatkan. Kalau yang masih cuek, mendingan dijauhkan aja, deh.
Mengelola Emosi dan Informasi
Di awal pandemi rasanya horror banget. Selain tidur gak nyenyak,
memandang ke luar jendela aja kayaknya serem. Deg-degan aja gitu
bawaannya. Meski pun ada rasa nyaman juga karena kami semua ngumpul di
rumah.
Sempat kesal dengan Keke karena dia bersikeras ingin main. Untungnya
setelah ngotot-ngototan, dia menurut untuk tetap di rumah aja. Lihat orang
keluar rumah juga rasanya kesel banget. Pengennya semua diam aja gitu di
rumah. Biar COVID-19 gak semakin mewabah.
Tetapi, lama-lama Chi belajar paham. Kita memang gak boleh mengabaikan
pandemi. Tetapi, bersikap lebay juga jangan.
Belajar memahami jalan pikiran remaja tentang pandemi dengan cara
berdiskusi. Karena yang pusing dengan kondisi begini gak hanya orang tua.
Semua generasi bisa terkena imbasnya. Apalagi Gen Z itu sedang masa
produktif. Pandemi membuat aktivitas mereka menjadi seperti
terkekang.
[Silakan baca:
Obrolan Tentang Pandemi Bersama Remaja]
Ketika K'Aie harus ke kantor untuk pertama kalinya di masa pandemi, Chi
rasanya kesel banget. Tetapi, kan memang gak semua kerjaan bisa dikerjakan
dari rumah alias work from home.
Kebetulan di saat pandemi, kantornya juga pindah lokasi. Gak mungkin lah
urusan pindahan dilakukan digital. Makanya K'Aie tetap harus ngantor untuk
ngurusin pindahan. Bahkan ke luar kota juga.
Dari situ, kami belajar bagaimana bisa tetap beraktivitas yang aman di
masa pandemi. Kami setuju kalau sebaiknya tetap di rumah aja. Tetapi, bila
harus ke luar rumah, tentunya harus tau cara yang aman. Jangan malah
bereuforia merasa bisa beraktivitas sebebas-bebasnya.
[Silakan baca:
New Normal Bukan Berarti Euforia Kebebasan]
Lagipula di rumah terus juga gak menjamin 100% aman. Kan kita gak tinggal
dalam gelembung yang benar-benar terkunci dari siapa pun. Bisa aja
tertular dari tamu, paketan, atau lain sebagainya.
Jadi memang harus dipahami seperti apa cara hidup yang aman di saat
pandemi. Kalau pun masih juga tertular, setidaknya kita sudah berikhtiar
maksimal. Bukan karena mengabaikan segala protokol kesehatan.
Belajar memahami ini bagian dari mengontrol emosi dan informasi. Gak semua
informasi ditelan mentah-mentah. Nanti malah kesel sendiri. Padahal
menghadapi pandemi adalah sebuah perjalanan panjang. Harus dihemat-hemat
energinya. Jangan sampai darting melulu bawaannya.
Hempaskan semua yang toxic, termasuk toxic positivity. Gak apa-apa kok
bersedih. Semua rasa tetap harus punya ruang asalkan dikelola. Chi tau
prosesnya gak mudah. Sampai sekarang pun masih harus banyak belajar.
Manusia Beradaptasi
"Jangan khawatir, Bun. Manusia bisa beradaptasi."
Chi tuh suka kasihan sama Keke dan Nai. Di saat mereka sedang
aktif-aktifnya beraktivitas, tau-tau jadi serba terbatas. Padahal masa
remaja kan biasanya juga lagi seru-serunya main sama teman. Eh, udah
hampir setahun ini gak ketemuan sama sekali. Tetapi, justru Keke yang
bilang supaya jangan khawatir karena manusia itu makhluk yang beradaptasi.
Benar juga apa yang dikatakan Keke. Awalnya memang kayak 'terpenjara'. Ya
meskipun tetap lebih enak bersosialisasi langsung seperti saat normal.
Tetapi, beradaptasi membuat di rumah aja tidak terasa terlalu jelek.
PJJ yang awalnya jungkir balik karena banyak drama. Terutama, dari
guru-guru yang gaptek. Lama-kelamaan mulai lebih teratur.
[Silakan baca:
Cerita Tentang PJJ di Saat Pandemi COVID-19]
Di rumah aja juga bisa tetap hepi-hepi. Mereka yang kreatif mulai
menemukan jalannya untuk tetap bisa berkreasi tanpa harus ambil risiko
menambah jumlah pasien COVID-19.
Kangen banget kumpul dengan keluarga besar. Tetapi, tetap bahagia saat
kopdar virtual. Generasi yang lebih tua belajar untuk gak gaptek. Seseruan
di saat Lebaran hingga malam
tahun baru
bersama keluarga bisa tetap asik meskipun secara virtual.
Sortir Pertemanan
Chi berusaha memahami tentang berbagai aktivitas yang tetap harus
dilakukan saat pandemi. Gak mau langsung generalisir kalau semua itu
salah. Tetapi, tetap aja ada yang termasuk Covidiot. Pandemi udah berjalan
hampir setahun. Tetap aja ada yang gak peduli. Mengabaikan segala protokol
kesehatan. Dikasih tau malah ngeyel.
Covidiot tuh ngeselin banget. Chi masih santuy kalau lihat ada pro kontra
apa pun di dunia maya. Tetapi, kalau ada yang koar-koar gak percaya wabah
corona, trus dia ke sana-sini dengan mengabaikan protokol kesehatan tuh
rasanya ... eeerrrgghh!
Untungnya di keluarga gak ada yang begini. Kalau pun sempat ada
sebar-sebar hoax, masih mau menerima bila ada yang meluruskan.
Di lingkungan pertemanan juga cuma segelintir yang begini. Langsung
dijauhin aja, lah. Capek juga ngasih taunya. Mendingan kasih tau atau
diskusi sama orang-orang yang sama-sama mau belajar. Biar hati juga lebih
adem hehehe.
Aktivitas Menyenangkan Menjadi Self Healing
Siapa yang jadi hobi bercocok tanam sejak pandemi? Udah berapa gelas
dalgona
yang dibikin? Naik sepedanya udah ke mana aja?
Kalau Chi gak pernah bercocok tanam. Berasa punya 'tangan panas'. Gak
telaten juga sama tanaman.
Cuma sekali doang bikin dalgona karena ngeri sama komposisinya. Sepedaan
juga gak Chi lakukan karena memang takut hahaha.
Ketiga aktivitas di atas memang termasuk yang booming di saat pandemi.
Tetapi, kalau kita cocok dengan ketiganya ya gak usah diikutin. Pokoknya
yang penting tetap cari aktivitas yang menyenangkan bagi diri sendiri.
Biar gak keingetan pandemi melulu.
Pentingnya Kesehatan
Adanya pandemi semakin menyadarkan pentingnya arti sehat. Sekarang pilek
dikit aja bikin deg-degan. Jadi agak parno gitu.
Berasa penting deh untuk selalu menjaga iman dan
imun. Insya Allah akan aman.
Salah satunya caranya dengan mengikuti berbagai artikel kesehatan. Tetapi,
jangan ditelan mentah-mentah juga semua berita. Apalagi di saat pandemi
begini tuh banyak banget bersliweran berita. Duh, harus semakin disaring,
deh. Jangan malah nantinya membahayakan kesehatan diri sendiri dan
keluarga.
Langit yang Biru
Setidaknya untuk 3 bulan pertama pandemi, pernah melihat langit Jakarta
yang bersih. Karena PSBB membuat banyak masyarakat tidak keluar rumah.
Polusi pun jauh berkurang.
Gak hanya di Jakarta aja yang begini. Di medsos bersliweran foto-foto di
berbagai belahan dunia tentang dunia yang kembali bersih. Semakin berpikir
dan nyadar kan kalau penyebab polusi memang manusia juga.
Ya walaupun sekarang mulai banyak yang beraktivitas lagi, setidaknya
mulai peduli deh ya dengan lingkungan. Bisa diawali dengan tidak membuang
sampah sembarangan.
Itulah beberapa hikmah yang Chi dapat selama pandemi. Mungkin nanti bisa
ditambah lagi. Semoga pandemi segera berlalu, ya. Aamiin Allahumma
Aamiin
36 Comments
Kita jadi belajar banyak ya di masa pandemi thn 2020. Belajar memaknai arti kesehatan, arti kehadiran anak2 dan suami saat mereka SFH dan WFH di rumah, jadi belajar lebih sabar juga.
ReplyDeleteYah ibaratnya tahun 2020 tahun penuh pembelajaran ya.
Insya Allah, hasil pembelajarannya akan berguna banget ya, Lin
DeleteAamiin. Hahhaaa..jadi teringat awal pandemi tahun lalu, ngedalgona, bikin kue yang viral, berjemur dan rasanya sekarang kalo inget itu senyum2 sendiri ya Chi. Berbagai ujian ternyata bisa kita lewati sampai saat ini alhamdulillah.
ReplyDeleteSAlah satu yg bikin khawatir aku juga , sama melihat anak yang seharusnya beraktivitas di sekolahnya dengan masa mudanya, hanya dilewati kebanyakan d kasur aja.
Semoga kita ga lelah berikhtiar maksimal untuk selalu menjaga prokes, mengabaikan covidiot dan orang2 yang ga percaya kopit, fokus keluarga dan diri sendiri. Kuy!
Yup! Pada akhirnya fokus kita semakin mengecil ya. Teh. Abisnya capek juga lihat yang covidiot
DeleteManusia itu mengikuti perkembangan zaman dan situasi. Lebih tepatnya manusia itu beradaptasi akan segala hal yang menimpa diri dan sekitarnya. Pandemi ini telah mengubah kita menjadi stres, waspada, tapi tetap ada bahagianya. Terutama kita bisa kumpul bersama keluarga 24 jam setiap hari itu disyukuri sekali ya.
ReplyDeleteKarena salah satu kelebihan manusia adalah memiliki akal. Jadi memang seharusnya lebih bisa beradaptasi
DeleteSedih - marah - kecewa - campur aduk jadi satu ya Chi. Kadang terselip rasa tidak berdaya sebagai manusia, but di situlah kita ditampar dan diingatkan bahwa kita memang manusia biasa
ReplyDeletemanusia yang emang "ga ada apa apanya" jika tanpa uluran tangan Sang Pencipta!
Di satu sisi,
hikmah di balik pandemi memang juga tak kalah luar biasa. Terhempas hingga pindah usaha, pindah rumah hingga pindah kesukaan! Amazing!
Bersyukur dan positive thinking, bahwa Allah memang sedang "memberi" kepada UmmatNYA, tetap sehat yaaa Chi, peluk erat!
Ketidakberdayaan itu jadinya suka bikin berada di persimpangan. Bodo amat atau menyerahkan ketidakberdayaan itu kepada sang pencipta. Jadi berasa kalau kita tuh hanya seorang makhluk yang kecil
Deletebanyak cerita selama pandemi 2020, ada kisah sedih, putus asa, kecewa, khawatir, kesal, hingga bahagia karena terlalu banyak yang layak untuk disyukuri
ReplyDeleteYup! Bisa mensyukuri itu sebuah berkah
DeleteSaya jadi banyak bersyukur. Kondisi pandemi ternyata berimbas kepada perekonomian rakyat. Sebagai Emak yang tiap bulannya dapat jatah dari paksu merasa Alhamdulillah banget, karena berasa rejeki masih lancar. Kalo udah gini jadi introspeksi diri, jangan selalu merasa nggak puas.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Iya, harus senantiasa introspeksi
Deleteah benar banget mbak, yg paling berat saat pandemi itu adalah mengelola informasi dan emosi
ReplyDeleteaku sempat terkena stres karena di bombardir info info seputar pandemi
meski pandemi belum usai, 2021 harus tetap dijalani dgn optimis ya mbak
Insya Allah, seberat apapun kita bisa melewatinya, ya
DeleteBener bangeett pandemi ini membuat kita kerap melakukan self-reflection dan menyadari hal2 yg signifikan serta sejumlah hal yg tdk penting dalam hidup ya.
ReplyDeletemakasiii artikelnya. Enlightening sangat!
Awal pandemi ketakutan saya juga luar biasa. Awal pandemi melahirkan, terus banyak orang yang mudik dari Jakarta, karena di sana PSBB. Makin takutlah saya. Punya bayi, banyak tetangga mudik. Fix, saya berani keluar rumah hanya jemur baju di samping rumah.
ReplyDeleteTapi memang banyak hikmahnya. Setahun saya enggak liburan. Karena dari Januari perut udah gede. Terus ketabrak pandemi. Yang rencana awal nanti kalau bayi udah bisa begini, begitu mau liburan. Batal total. Hikmahnya saya bisa jadi nabung, uang yang biasa buat hangout atau hal-hal lain yang buat have fun, jadi bisa ditabung.
Plus saya bisa bener-bener ada waktu buat keluarga. Yang biasanya tiap weekend entah ke mana.
Buat bikin diri happy, ya. Coba berbagai resep masakan. Meskipun bikin donat bantat, bikin mie kata adik saya mirip cacing. Bikin bakso terlalu lembek. Tapi bisa ketawa.
Yang kasihan anak remaja. Adik sama memasuki sekolah baru yang harusnya sedang aktif-aktifnya, jadi dibatasi.
Ya, semoga tahun 2021 lebih baik dari tahun kemarin.
Wkwkwk saya juga banyak kejadian errornya, Mbak. Tetapi, masih bisa diketawain bersama. Alhamdulillah banget ya Mbak masih bisa bahagia. Ya mudah-mudahan aja ini jadi bekal buat di 2021 kalau kita semua bisa lebih kuat :)
DeleteInsya Allah tetap semangat menghadapi tahun 2021, karena tahun 2020 sudah banyak mengajarkan kita banyak hal. Terutama untuk ikhlas dan bersyukur
ReplyDeleteAllah juga gak mau hambanya berputus asa. Bismillah :)
DeleteYah 2020 memang mencekam ya.. segala sesuatu terutama aktifitas dibatasi.. Semoga 2021 bisa berbanding terbalik dengan 2020 ya?
ReplyDeleteSemoga 2021 lebih baik, ya. Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteAku masih bingung malah ini di tahun 2021 kaya gimana, tapi tetap berdoa aja untuk yang terbaik ya. Sedih & gembira sewajarnya aja bener supaya gak jadi penyakit nantinya.
ReplyDeleteAlhamdulillah masih ada oegangan ya dengan membaca Al-Quran jadi adem kitanya. Saling menguatkan ya kalau ada apa-apa, tapi jeleknya aku ya semau disimpan sendiri :)
Makasih udah perhartian juga loh kemarin, sebenernya juga lagi ngerasa sendiri & down lah sama situasi sekarang makanya cari kesibukan lain kemarin ini gak ngeblog dll.
Bingung sih pastinya ada. Karena sedetik pun kita gak pernah tau apa yang akan terjadi. Tetapi, saya selalu berharap semoga jangan sampai runtuh keimanan
DeleteBener banget kak...kita harus tetep positive thinking tapi jangan sampai berlebihan juga... Semoga kita selalu sehat ya dan pandemi ini berhasil kita lawan..dia musnah tanpa bekas... Aminnnnn
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
DeletePandemi ini berat bagi sebagian orang. Tapi tidak bagi sebagian yang lain
ReplyDeleteKalau aku pribadi pandemi gini jadi bisa lebih irit. Nggak usah kasih uang saku anak-anak, biaya bensin dan toll JORR si ayah tiap hari juga berkurang. Lumayan hemat. Biaya transportasi dialokasikan ke biaya gizi dan vitamin.
Jujur kami masih berani pergi-pergi dan liburan. Pandemi berani nginap hotel 4 kali. Tapi tetep pakai prokes. Pakai masker dan faceshield. Bawa semprotan kemana-mana. Bahkan pernah juga nginap hotel tapi bawa bantal sendiri. Yang jelas bonding keluarga lebih kuat. Bisa jamaah sehari 4 kali (subuh nggak jamaah) dan makan siang bareng. Hal yang biasanya hanya dilakukan saat weekend di hari normal.
Kalau untuk saya pribadi, gak apa-apa sih liburan. Meskipun saya baru sekali doang melakukannya selama pandemi.
DeleteTetapi, yang saya harapkan itu banyak informasi tentang beraktivitas yang aman, termasuk liburan. Karena kalau lihat di IG lebih banyak hura-hura dengan melanggar prokes. Ngeri sih kalau kayak gitu
Aamiin~
ReplyDeleteAlam membaik dan manusia banyak belajar dari pandemi untuk menjaga alam, menjaga kebersihan dan bersyukur di setiap detiknya akan nikmatnya kesehatan.
MashaAllah~
Indah ya Mbak sebetulnya
DeletePandemi ini memang merubah segala hal, ada banyak sisi sedih, tapi iya betul mba akan selalu ada hikmah seperti langit dan udara lebih bersih, semoga pandemi segera berlalu dan kita bisa beradaptasi serta melewati ini semua, stay safe mba 😙
ReplyDeleteSaya seneng banget tuh pas Jakarta langitnya bersih :)
DeleteBenar benar saya melakukan kontrol emosi di tengah pandemi ini
ReplyDeleteUntungnya anak-anak juga enjoy di rumah
Salah satu kebahagiaan warga ibukota yang sempat hits, motret langit Jakarta yang cerah saat pandemi. Langka ya mak Chi.. Iya sih, kesel banget rasanya sama orang yang nggak peduli sama Covid, keluar rumah nggak pake masker :(
ReplyDeleteyup! Langka banget Jakarta punya langit yang bersih hehehe
DeleteDi awal pandemi aku juga mengalami begitu banyak penyesuaian dengan banyak hal.. terutama karena pekerjaanku kan mobilitasnya tinggi dan banyak bertemu jejaring. Well, Alhamdulillaaaah 2020 berakhir baik. Sekarang optimis di 2021 namun tetap cautious ya karena pandemi belum berakhir
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin. Iya, Mbak di 2021 maish banyak cobaan. Tetap berusaha tegar dan jangan lengah
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^