Obrolan tentang pandemi bersama remaja - Kalau aja gak ada pandemi
COVID-19 ...
Mungkin saat ini Chi lagi sering menghubungi Keke via telpon atau WA.
Mengingatkan dia untuk jangan pulang kemalaman. Trus, Chi suka
ngomel-ngomel kalau Keke gak angkat telpon atau balas WA dengan cepat.
Padahal dia lebih gercep kalau di-DM lewat Instagram. Begitulah anak
generasi Z hehehe.
Komunikasi Terbuka Antara Orang Tua dan Remaja
Iya, Keke juga seneng banget ke Perpusnas. Dia bahkan suka ngajakin Chi
untuk sama-sama ke sana. Katanya, tempatnya keren dan asik buat belajar.
Tetapi, Chi belum sempat juga ke sana.
Seandainya gak ada pandemi ...
Bisa jadi saat ini Chi lagi gencar mengingatkan Nai untuk tetap disiplin
makan dan istirahat. Bila sesuai rencana, harusnya bulan ini sekolahnya
mengadakan lomba paskibra tingkat nasional. Nai terpilih sebagai ketua
panitia.
Tahun lalu, saat dia menjadi panitia seksi dokumentasi aja udah sibuk
banget. Apalagi kalau dia jadi ketua. Pasti Chi bakal lebih bawel lagi
mengingatkan Nai tentang pola makan dan istirahat.
Berharap Masa Remaja Tidak Hilang
Nostalgia SMA kita
Indah lucu banyak cerita
Masa-masa remaja ceria
Masa paling indah
Indah lucu banyak cerita
Masa-masa remaja ceria
Masa paling indah
Sepenggal lirik lagu jadul dari Paramitha Rusady yang berjudul
"Nostalgia SMA". Ada yang tau atau bahkan hapal lirik lagu itu? Berarti
usia kita sama hahaha!
Masa remaja memang masa yang seru. Bagi orang tua, ketika anak memasuki
masa remaja mungkin bakal merasakan jungkir balik. Anak mulai merasakan
puber, cinta monyet, kenakalan-kenakalan kecil yang sifatnya bukan
kriminal, dan lain sebagainya.
Beberapa kekhawatiran Chi di saat ini memang ada yang berkurang.
Misalnya tentang pergaulan remaja. Suka agak ngeri ya dengan kebebasan
pergaulan zaman sekarang. Nah dengan mereka ada di rumah terus selama
pandemi COVID-19, setidaknya Chi lebih bisa mengawasi.
Khusus untuk Keke, Chi suka khawatir dengan tawuran. Yakin banget kalau
secara pribadi, Keke gak pernah mau tawuran. Selama ini pergaulannya
juga kelihatannya positif. Tetapi, bagaimana kalau terjebak di jalan?
Apalagi siswa laki-laki lebih berisiko. Udah banyak cerita di media,
siswa berseragam jadi korban. Duh!
Saat pandemi melanda, tentu kekhawatiran akan tawuran menjadi hilang.
Ini salah satu yang sebetulnya bisa disyukuri. Ya berusaha ambil sisi
positifnya aja.
Tetapi, ya sedih juga kalau mikirin setidaknya dalam kurun waktu 1-2 tahun ini mereka akan menghabiskan masa remaja dengan cara yang berbeda. Padahal mereka sedang senang-senangnya beraktivitas dan bergaul. Trus, tau-tau seperti berhenti begitu saja. Chi khawatir masa remaja yang seharusnya dijalankan dengan senang menjadi hilang.
Tetapi, ya sedih juga kalau mikirin setidaknya dalam kurun waktu 1-2 tahun ini mereka akan menghabiskan masa remaja dengan cara yang berbeda. Padahal mereka sedang senang-senangnya beraktivitas dan bergaul. Trus, tau-tau seperti berhenti begitu saja. Chi khawatir masa remaja yang seharusnya dijalankan dengan senang menjadi hilang.
Kalau menurut
Saskhya Aulia Prima M.Psi, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, di
saat pandemi ini Generasi Z rentan terkena stress. Memang tetap bisa
berkomunikasi dengan teman secara virtual. Tetapi, tetap aja rasanya ada
yang berbeda. Perlu melakukan sesuatu supaya kesehatan mental mereka tidak
terganggu.
[Silakan baca:
NIVEA Lip Crayon - Mengatasi Kecemasan Gen Z Saat Pandemi]
Meningkatkan Bonding dengan Anak Selama Pandemi
Di saat Keke dan Nai mulai sibuk dengan kegiatan di luar rumah, Chi
sempat baper banget. Jam sekolah mereka semakin panjang. Udah gitu masih
ditambah lagi dengan berbagai kegiatan. Sehingga mereka gak langsung
pulang ke rumah setelah sekolah usai.
Baper banget lah Chi jadinya karena merasa kesepian. Tetapi, lama-lama
mulai bisa menerima bahkan menikmati. Meskipun tetap ada rasa khawatir
kalau semakin lama bonding dengan anak semakin longgar.
Ya karena semakin jarang ngobrol bareng. Meskipun teori idealnya kan yang penting quality time, bukan quantity. Tetapi, tetap aja kekhawatiran itu timbul.
Insya Allah pandemi akan berakhir. Meskipun gak tau kapannya. Tetapi, mungkin ketika sudah berakhir, anak-anak akan kembali sibuk beraktivitas.
Ya karena semakin jarang ngobrol bareng. Meskipun teori idealnya kan yang penting quality time, bukan quantity. Tetapi, tetap aja kekhawatiran itu timbul.
Insya Allah pandemi akan berakhir. Meskipun gak tau kapannya. Tetapi, mungkin ketika sudah berakhir, anak-anak akan kembali sibuk beraktivitas.
Makanya di saat pandemi ini, Chi berusaha memaksimalkan lagi bonding
dengan anak. Merasa dapat dikasih kesempatan banget bisa setiap saat sama
mereka. Seperti ketika anak-anak masih pada kecil.
[Silakan baca:
Begini Cara Berkomunikasi dengan Remaja]
Belajar Memahami Dunia Generasi Z di Saat Pandemi
Meningkatkan bonding dengan anak itu prosesnya gak instan. Ada kalanya
juga turun naik. Sehingga kami harus tarik ulur. Meskipun kadang-kadang,
Chi terbawa emosi juga.
Di awal pandemi, Keke sempat berontak. Merasa kebebasannya jadi
terbelenggu. Alhamdulillah, sekarang dia mulai enjoy. Eh, giliran Nai yang
mengalami masalah karena ambisinya.
[Silakan baca:
Nai dan Ambisinya]
Berkomunikasi dengan mereka masih menjadi salah satu cara yang paling
efektif untuk memahami. Berkomunikasi dengan anak remaja, tentu berbeda
dengan saat mereka masih anak-anak.
Harus semakin banyak mendengarkan. Bahkan kalau perlu dipancing untuk menemukan solusinya. Karena kadang-kadang mereka sebetulnya udah tau kok solusinya seperti apa. Hanya mungkin saja masih ragu, pengen dipahami, atau ada alasan lain.
Harus semakin banyak mendengarkan. Bahkan kalau perlu dipancing untuk menemukan solusinya. Karena kadang-kadang mereka sebetulnya udah tau kok solusinya seperti apa. Hanya mungkin saja masih ragu, pengen dipahami, atau ada alasan lain.
Bunda: "Dek, dulu kan Adek bilangnya betah belajar di rumah. Sekarang,
malah pengen balik belajar di sekolah?"
Nai: "Sebetulnya Ima lebih betah belajar di rumah, Bun."
Bunda: "Trus, kenapa waktu itu bilang gak suka ma PJJ?"
Nai: "Ima cuma kangen sama ekskul."
Bunda: "Kangen sama temen-temen?"
Nai: "Ya temen-temen, ya ekskulnya."
Bunda: "Tapi, Adek masih suka ngobrol ma temen-temen kan lewat medsos atau
apa gitu?"
Nai: "Masih. Cuma kan tetap aja beda."
Singkat cerita, tidak bisa lagi ikut ekskul menjadi sebuah kemarahan buat
Nai. Bisa sangat dimaklumi. Mengingat Nai sangat menyukai paskibra. Lagi
semangat-semangatnya beraktivitas, tau-tau harus berhenti begitu
aja.
Kalau pun saat ini, para siswa sudah boleh masuk sekolah, tetap aja Nai
gak akan bisa ikut ekskul lagi. Kebijakan sekolah kalau udah kelas 9 gak
ada kegiatan ekskul. Makanya Nai menjadi sangat sedih dan marah.
Bunda: "Bunda paham kemarahan Adek. Tetapi, kemarahan gak bisa terus
dipendam. Ya anggap aja berarti udah gak bisa ikut ekskul lagi selama SMP.
Trus, Adek biasanya gimana kalau lagi marah?"
Nai: "Ima nge-design."
Bunda: "Oh, jadi kalau Adek sibuk nge-design itu sebetulnya lagi marah?"
Nai: "Iya."
Bunda: "Kalau baking gimana?"
Nai: "Ima gak pernah baking kalau lagi marah."
Bunda: "Oh gitu. Alhamdulillah. Adek menyalurkan kemarahan dengan cara
positif. Banyak sabar juga ya, Dek. Insya Allah, gak akan seterusnya
seperti ini."
[Silakan baca:
Nai dan Hobi Baking]
Akhir-akhir ini, Nai lagi sering terlihat mendisain. Platformnya
macam-macam misalnya Canva, Power Point, dan lain sebagainya. Dari dulu,
Nai memang sudah senang menggambar dan berkreasi. Tetapi, sekarang lebih
suka berkreasi di dunia digital. Makanya, Chi sempat berpikir, dia
melakukan itu karena memang hobi.
Rupanya hobinya yang satu ini dijadikan penyaluran kemarahan. Tugas
sekolah buat presentasi, dia design dulu. Padahal diketik di Word aja udah
cukup. Kalau lagi gak ngerjain tugas sekolah, dia design menggunakan
foto-foto artis Korea yang lagi jadi favoritnya. *Jangan tanya Chi siapa
artis favoritnya, ya. Gak pernah hapal naman-namanya hehehe.
Buat Chi gak apa-apa lah. Setidaknya penyaluran kemarahan dia itu positif.
Tetapi, tentunya tetap harus diajak ngobrol secara berkala.
Gak harus sama bundanya. Saat ini, Nai lebih terbuka kalau ngobrol sama ayahnya. Gak apa-apa juga. Bundanya harus tahan baper hihihi. Tetapi, yang penting kan dia mau terbuka dengan salah satu orang tuanya.
Bagaimana dengan Keke?
Gak harus sama bundanya. Saat ini, Nai lebih terbuka kalau ngobrol sama ayahnya. Gak apa-apa juga. Bundanya harus tahan baper hihihi. Tetapi, yang penting kan dia mau terbuka dengan salah satu orang tuanya.
Bagaimana dengan Keke?
Sama Keke Chi lebih sering ngobrol dan berdiskusi. Karena dia juga anaknya
lebih blak-blakan. Makanya kami berdua suka dianggap Tom n Jerry sama
K'Aie. Abisnya suka heboh deh kalau lagi berdua. Entah itu ngobrol,
becanda, dan kadang-kadang ribut juga hahaha.
Keke: "Bun, kalau nanti Keke kerja gak berdasarkan passion gak apa-apa?"
Bunda: "Kenapa gitu?"
Keke cerita, sejak pandemi ini dia mulai berpikir untuk tidak jadi orang yang terlalu idealis. Padahal sampai kelas X, dia masih ngotot banget pengen kuliah di jurusan musik. Kalau gak ambil jurusan musik, dia mau kuliah di Fakultas Sastra Indonesia. Alasannya masih ada hubungannya dengan musik. Keke suka menulis puisi. Dia berharap dengan kuliah di fakultas sastra akan menambah skillnya.
Kalau kuliah di Fakultas Sastra Indonesia, Chi gak keberatan. Tetapi, kalau bisa jangan ambil jurusan musik. Meskipun gak pernah melarang kalau kelak dia mau berkarir di dunia musik.
Pandemi mulai mengubah pandangannya. Menurutnya, kalau nanti dia lulus kuliah dan dapat tawaran kerja yang bagus bakal diterima. Meskipun bukan passionnya. Nanti kalau udah merasa sukses secara materi, baru deh dia kejar passion. Nah, karena Bundanya ini sering kali bilang pentingnya punya passion, Keke merasa perlu minta izin dulu.
Bunda: "Sebetulnya gak apa-apa, Ke. Ada juga 'kan yang benar-benar memisahkan kerjaan dengan passion. Meskipun katanya sih idealnya itu kerja yang berdasarkan passion itu lebih nikmat. Tetapi, kan prakteknya kembali ke masing-masing."
Kemarahan Keke tentang kebebasan yang terbelenggu karena pandemi bisa
dikatakan sudah mulai reda. Bahkan dia bisa lebih sabar saat hpnya kecebur
dan mati total sampai sekarang.
Bunda: "Keke masih marah dengan pandemi?"
Keke: "Enggak lah, Bun."
Bunda: "Tapi, ini kan belum kelihatan ada tanda-tanda usai. Kalau sampai
tahun depan masih sekolah di rumah gimana?"
Keke: "Keke percaya aja semua bakal berakhir. Cuma, gak tau kapannya.
Lagian manusia tuh harusnya makhluk yang paling bisa beradaptasi. Jadi,
kalau sampai sekarang masih harus di rumah ya gak apa-apa."
Ya Allah, sering kali Chi suka pengen nangis kalau udah ngobrol ma Keke
dan Nai. Chi suka sedih kalau melihat masa remaja mereka harus dilalui
seperti ini. Tetapi, meskipun kadang-kadang mood yang up and down, mereka
tuh dewasa juga.
Bahkan malah Chi merasa suka kurang tegar sebagai ibu. Ya karena melihat kedewasaan cara berpikir dan sikap mereka. Chi jadi suka tertampar sendiri. Sekaligus sangat bersyukur memiliki Keke dan Nai.
Ya alih-alih ingin mengajak mereka berdiskusi supaya bisa lebih memahami dunia generasi Z. Malah kadang-kadang Chi yang jadi banyak bersyukur. Chi bisa lebih memahami dunia remaja. Tetapi, juga merasa dikuatkan oleh mereka. Alhamdulillah.
Bahkan malah Chi merasa suka kurang tegar sebagai ibu. Ya karena melihat kedewasaan cara berpikir dan sikap mereka. Chi jadi suka tertampar sendiri. Sekaligus sangat bersyukur memiliki Keke dan Nai.
Ya alih-alih ingin mengajak mereka berdiskusi supaya bisa lebih memahami dunia generasi Z. Malah kadang-kadang Chi yang jadi banyak bersyukur. Chi bisa lebih memahami dunia remaja. Tetapi, juga merasa dikuatkan oleh mereka. Alhamdulillah.
[Silakan baca:
Tips Menjelaskan Pandemi Virus Corona Kepada Remaja]
78 comments
Kalau masa remajanya enggak melulu harus diisi dengan cinta2an, kayaknya malah jadi makin krearif cari ide kegiatan, ya
ReplyDeletebisa jadi begitu, Mbak
DeleteKeren mbak, pelajaran banget untuk saya selaku ibu baru :)
ReplyDeleteSemoga bermanfaat, ya
DeleteRemaja jaman now memang agak2 extraordinary dan complicated wkwkwkw
ReplyDeleteTapiii memang kita sebagai ortu banyaaakk belajar dari mereka ya Mba.
Semangaattt untuk kita semuaaa
Karena sumber yang mereka dapat pun banyak hehehe
DeleteBetuull banget mba
DeleteKita mendidik buah hati yg bedaaaaaa banget dgn era kita dulu ya
Iya beda banget ^_^
DeleteMemang pandemi ini kesempatan kita ya untuk meningkatkan bonding dengan anak.
ReplyDeleteBTW, sama kayak Mbak Chi, saya juga sempat ada pikiran, gimana supaya anak saya tak terjebak tawuran ... apalagi perjalanan pulang dari kampusnya kemarin2 itu melewati beberapa titik kumpul demonstrasi dan ada beberapa demonstrasi yang rusuh huhuhu.
Karena kalau gak ada pandemi, mereka sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing
DeleteIya makchi...
ReplyDeleteMrk para pre teens dan teens ini perlu jg dikuatkan dg bisa kmu dua arah sama kita klo pandemi ini whatsoever ada plus minusnya buat mrk...
iya, Mbak. Makanya harus diajak ngobrol juga
DeleteIya Mbak, aku juga kepikiran, anak-anak ini kasian banget apalagi yang SMP belum kenalan dengan teman barunya. Aku sering nyuruh dia gaul dengan tetangga seumuran, biar nggak terlalu terkurung banget di rumah stres nanti
ReplyDeleteYup! usia mereka kan idealnya lagi banyak bergaul
Deleteseru mba ngobrolin pandemi sama anak yang udah beranjak remaja, pasti ada banyak opini yang out of the box malah bikin baper heheh apalagi kalo anaknya perempuan
ReplyDeleteSama anak laki-laki juga banyak ceritanya hehehe
DeleteAku jadi auto nyanyi lagunya Hivi yang judulnya "Masa Remaja" hahaha
ReplyDeleteKyknya gak cuma remaja mbak, semua org merasa bosan sama aktivitas rutin dan pengen break tapi kalau break kelamaan yo bosan juga hehee.
Masa remaja nih keknya krusial dan butuh pendampingan ekstra yaaa
Yup! Semua punya masalah di saat pandemi. Terkhusus usia remaja, juga saat ini sedang mencari jati diri. Jadi harus diajak ngobrol
Deleteah sudah punya anak remaja ya mbak, lagi menghadapi masa masa seru ya
ReplyDeleteMasa yang bikin jumpalitan hehehe
DeleteKadang dari obrolan yang berujung debat, ada kalimat anak-anak yang malah jadi pembelajaran, mbak. Ucapan mereka kadang menyadarkan kita bahwa anak-anak ternyata bisa lebih dewasa dalam proses pertumbuhannya
ReplyDeleteyup! Kalau gak diajak ngobrol malah kita gak tau, kan
Deleteiyaa aya mba.. aku kalau ngobrol sama anak - anak soal pandemi memang nano nano deh.. kadang mereka suka karena online mulu kadang sebel karena ngga bisa keluar
ReplyDeleteIya itu dilemanya hehehe
DeleteYa emang enak kalau anak tuh diajak ngobrol sih. Jadi inget ibuku dulu, waktu anak2 masih remaja, kami tuh sering banget rumpi2 ama ibu. Smpe kalau ada cowo yang nemabak juga curhatnya ke ibu dulu, bukan ke temen.
ReplyDeleteAnak juga jadi gak merasa sendiri
DeleteSeneng banget aku baca kisah kak Myra mengasuh dua remaja.
ReplyDeleteDan yang unik, karena sepasang, laki dan perempuan.
Pasti makin berwarna diskusinya.
sudut pandangnya beda-beda, ya hehehe
DeleteIyaa...
DeleteDan yang paling seru juga cara berkomunikasinya yaa, kak Myra..
Sama anak perempuan bisa panjaaang ngomongnya...tapi sama anak bujang, bagaimana?
Justru yang anak bujang lebih terbuka hehehe
DeleteSelama pandemi ini anak saya juga nampaknya bosan di rumah, Mbak. Dan dia menyalurkan kebosanannya itu dengan menggambar. Sudah hampir seribu kertas digunakannya untuk menggambar sejak bulan Maret lalu. Semoga pandemi ini segera berakhir yaa. Biar anak-anak bisa ketemu temannya lagi di sekolah. Nai juga bisa ekskul lagi :)
ReplyDeleteMemang membosankan, apalagi kalau selama ini anaknya aktif berkegiatan
Deleteaku jadi diingetin selama pandemi suka marah-marah berantakin rumah soale anak-anak. beberes terus2an gak berhenti-berhenti.
ReplyDeleteJadi pengen ngobrol lama ama anak-anak. biasanya mereka cuma sekedar cerita saja
Selama masih ada anak, susah bikin rumah beres hehehe
Deletekadang saya suka mikir, anak2 skrg yg mengalami pandemi akankah punya cerita menarik bersama teman2nya? saat perpisahan sklh aja mereka harus melakukannya secara virtual 😪
ReplyDeleteYa mungkin setidaknya pengalaman menghadapi pandemi akan menjadi kenangan mereka
DeletePandemi ini memang memperlihatka sekali bahwa betapa hidup generasi Z dan milenial sangat signifikan dalam menggunakan sosial media dan teknologi
ReplyDeleteKalau untuk dunia digital, memang mereka bisa lebih menguasai. Tetapi, meskipun begitu, medsos ternyata belum bisa menggantikan kehidupan sosial mereka sepenuhnya
DeleteSetiap generasi selalu punya tantangan yang berbeda ya.. Galau anak2ku masih kecil2, kita di masanya mreka akandiuji apa ya. Well prepared for being parent
ReplyDeleteYa selalu ada tantangannya masing-masing
DeleteAku jg pengen nanyak sama anak remaja yang punya gebetan di sekolah. Pandemi begini trus ga bisa CCPan ya? mau wa jg sungkan kalau masih PDKT, hahahaha.
ReplyDeletehahaha coba ditanya deh, Mbak. Siapa tau ada jawaban menarik :D
DeleteMasa pandemi ini masa penuh kesabaran ya mba, gak ortunya gak anaknya juga semoga pandemi ini segera berakhir ya
ReplyDeleteAamiin Allohumma aamiin
DeleteMakasih kaak udah berbagi cerita dan pengalaman kak. Luar biasa dan sangat bermanfaat banget kak. banyak hal yang dapat menjadi pelajaran yah kak
ReplyDeleteAlhamdulillah. Semoga bermanfaat, ya
DeleteBuat saya, menemani anak melewati masa remaja bener bener harus deh kita HARUS banyak sabar. Trus nanganin anak perempuan ama anak laki ya beda. Aku udah melewati masa remaja dua anak. Sisa satu yang udah mulai tanda tanda. Tapi emang intinya anak harus nyaman ngobrol ama kita
ReplyDeleteBetul banget, Mbak. Justru saat remaja nih harus semakin diperhatikan.
DeleteAku gak tau lagunya Paramitha Rusadi Itu hehehe. . Alhamdulillah dengan lebih banyak di rumah, jadi hubungan anak-anak bersama ortu lebih dekat ya.
ReplyDeleteBerarti beda angkata nih kita hahaha
DeleteMasa remaja tuh yaaa....penuh dengan lika liku yang sulit dimengerti wakakaka..tp meskipun begitu pasti remaja akan survive dengan caranya d masa pandemi ini, yg ptg ortu selalu mendampingi :)
ReplyDeleteYup! Masa remaja memang akan penuh dengan cerita. Termasuk di saat pandemi ini
Deletepandemic ini emang membawa banyak banget perubahan yaa, terutama mungkin buat para remaja yang bahkan belajar pun harus melalui online, berharap semoga bisa segera normal kembali
ReplyDeleteInsya Allah, remaja akan beradaptasi seperti kata Keke
DeleteBerbicara Santai dengan anak remaja seperti ini semakin membuka kan banyak hal yang mbak apalagi anak-anak diajar untuk berpikir dewasa menghadapi masa pandemi
ReplyDeleteIya, Mbak.
DeleteBeda jauh banget ya kehidupan anak remaja sekarang dengam remaja zaman kita dulu ditambah lagi dengan kondisi pandemi gini
ReplyDeleteRemaja zaman sekarang lebih complicated hehehe
DeleteSungguh menyenangkan ya bisa membersamai anak-anak di saat remaja gini. Rejekiku malah harus berjauhan dengan anakku di saat dia meniti masa remajanya. Hiks, jadi kangen iiihh...
ReplyDeleteDi saat pandemi begini juga tetap di pesantren, ya?
DeleteSaya juga punya adek kelas 3 SMA yang PJJ aja di rumah, meski beberapa kali keluar dengan teman-temannya, main bareng tapi kayaknya masih kurang gitu. Apalagi meski PJJ tugas mereka numpuk karena sekolah di kejuruan, hehehe. Kasihan juga kadang melihatnya, alhamdulillah ya Bun punya Keke dan Nai, semoga pandemi segera berakhir amiin
ReplyDeleteKarena masa remaja memang lagi senang bergaul. Pandemi seperti meredam dunia sosial mereka
DeleteAku pun sedih banget Chi lihat anak-anak, harusnya mereka riang masuk sekolah baru, sekarang ngga seperti itu yaa, bahkan untuk main keluar rumah aja awal-awal penuh ketakutan. Remaja sekarang pun sudah pada cerdas-cerdas banget yaa aku seneng deh lihatnya.
ReplyDeleteYup! Anak sekarang lebih punya banyak pendapat
DeleteWah, Keke mau masuk Musik ya. Sama kaya aku dulu, hihi. Komunikasi dengan anak itu memang penting ya. Aku ngerasain banget soalnya, karena ortuku hangat, aku jadi terbuka banget sama mereka :)
ReplyDeleteSempat pengen ke musik. Tetapi, sekarang lagi minat ke yang lain
DeleteAlhamdulillah Chi dikarunia anak yang ngerti banget. Semoga aku juga dikarunia anak yang demikian bisa mengerti keadaan. Alhamduliilah, selama pandemi ini anakku sesekali rewel minta main-main di playground, Chi. Akan tetapi, setiap kali diberi pengertian dia bisa ngeti.
ReplyDeleteAku kalau pas lagi judeg banget, alias banyak pikiran suka baking, Mbak. Rasanya kayak tak ublek-ublek tuh masalah jadi adonan kue. Hahaha.
Alhamdulillah. Iya gak apa-apa anak sesekali rewel. Itu bagian dari emosi. Asalkan kemudian bisa dikasih pengertian
DeleteSalut sama Nai yang bisa melampiaskan kemarahannya dengan cara yang positif dan kreatif seperti nge-design itu. Jadinya sekalian mengasah bakat nge-desain Nai menjadi makin maksimal. Keren!
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Wan :)
DeleteBeberapa tahun ke depan juga anakku beranjak abege nih alias remaja, harus mulai dipupuk daari sekarang sih ya komunikasinya biar bondingnya terus terjaga dan mereka mau komunikasi sama kita
ReplyDeleteiya, Mbak karena proses begini gak instan
DeletePandemi ini membuat bonding keluarga semakin berkualitas, karena kalau aku kebetulan suami wfh dari Maret jadi di rumah anakku happy banget. Bisa ditemani belajar bergantian, makan bersama, sholat berjamaah, dan main bersama. Alhamdulillah sampai hari ini gak bosan dia di rumah jadi aku pun sambil ngasih pengertian tentang pandemi, padahal anaknya pengen ke liburan kayak teman-temannya.
ReplyDeleteyup! Salah satu hikmah ketika pandemi
DeleteKomunikasi itu penting banget ya kak antara anak dan orang tua. Untung saja aku dan mama terutama orangnya terbuka, kalo suka dibilang suka klo ndk suka ya bilang ndk suka. Jadi endingnya akan sama enak dua"nya ndk ada istilah tuh, diakhir kan bigini kan begitu. Dan masa remaja emang butuh perhatian lebih sih dr orang tua mengingat lingkungan sekarang ya sudah mulai "rawan" banget.
ReplyDeleteItulah kenapa saya ingin terus berkomunikasi dengan anak. Zaman sekarang banyak banget godaannya
Deleteterkadang anak anak emang lebih kuat dan lebih sabar menghadapi sesuatu dibandingkan kita ya mbak.. maybe karena pikiran mereka masih lurus belum kena polusi kayak kita hihihi.. sehat sehat yaaa anak anaknya mbak
ReplyDeleteNah iya bisa juga begitu. Sayangnya masih ada yang suka meremehkan anak-anak
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^