Cerita Tentang PJJ Saat Pandemi COVID-19
- Bagaimana kegiatan belajar dan mengajar selama pandemi COVID-19? Yup!
Gak hanya tahun ajaran 2020/2021 ini aja PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)
dimulai. Tetapi, sejak pandemi masuk ke Indonesia.
Kalau di Jakarta ya sekitar awal Maret. Berarti udah sekitar 4 bulanan
kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) berjalan. Tentunya libur kenaikan
kelas gak dihitung, ya.
Segudang Masalah Saat Pembelajaran Daring
Gak ada yang berharap pandemi datang. Tetapi, lebih gak berharap lagi
kalau wabah COVID-19 ini.
Kedatangan pandemi yang tidak diundang ini menimbulkan segudang masalah
di saat kegiatan belajar mengajar berubah jadi daring. Para ibu yang
menadadak menjadi guru, kuota, sinyal internet, gaptek, dan masih banyak
lagi.
Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda. Sebagian bermasalah
dengan kuota, sebagian lagi tidak. Begitu juga dengan masalah lainnya.
Tidak hanya anak yang bersekolah formal. Mereka yang homeschooling
kegiatan belajar pun kabarnya juga terkena imbas.
[Silakan baca:
Menimbang Homeschooling di Masa Pandemi COVID-19]
Chi berusaha berusaha berempati dengan masalah yang terjadi oleh orang
lain. Tetapi, untuk masalah yang terjadi dengan kami, sebisa mungkin
dinikmati. Ya abisnya siapa juga yang siap dengan pembelajaran daring?
Semua terjadi tanpa persiapan. Sekalinya Chi ngomel paling tentang
koneksi internet.
Untung aja selama pandemi ini baru 2x mengalami kejadian mati internet
hingga berjam-jam. Malah yang pertama hampir 24 jam. Kalau yang pertama
kejadian di saat hari itu Nai mau ujian bahasa Inggris di tempat kursus.
Keke juga ada bimbel. Makanya Chi ngomel.
Kejadian kedua beberapa hari yang lalu. Memang sih kejadiannya di malam
hari. Tapi, ketar-ketir juga kalau sampai 24 jam dan mengganggu kegiatan
anak-anak belajar mengajar keesokan hari. Berarti harus isiin kuota
mereka. Hadeuuuhh! Hari gini 'kan Chi lagi perhitungan banget hehehe.
Kelucuan di Saat PJJ Berlangsung
Memang kalau udah koneksi internet bermasalah, Chi suka kurang santai,
deh. Apalagi di saat pandemi begini kebutuhan internet lagi
tinggi-tingginya. Ditambah lagi biaya berlangganan paket dari provider
yang satu ini termasuk yang lumayan. Makanya sewot aja gitu kalau
koneksinya bermasalah hehehe.
Tetapi, untuk hal lain tentang PJJ masih bisa disikapi dengan
tertawa-tawa. Bahkan ketika wali kelas Nai di kelas 9 ini mengatakan
kalau kemungkinan besar targer kurikulum di masa pandemi ini hanya bisa
tercapai 50%, juga Chi tanggapi biasa aja.
Malah memang sejak awal PJJ pun Chi sudah menurunkan ekspektasi
pendidikan Keke dan Nai. Yang penting mereka tetap berusaha belajar udah
bagus. Kesewotan Chi paling ketika urusan PPDB yang berubah jadi seleksi
umur hahaha!
Chi sadar kalau perjalanan menghadapi pandemi ini bisa (sangat) panjang.
Makanya mending mencoba mewaraskan diri dengan mencoba gak mudah baper.
Dianggap lucu aja karena mungkin aja kelak hal seperti yang bakal bikin
ketawa-tawa di saat pandemi sudah berlalu.
Ngebangunin Keke Setiap Pagi
Bukan bermaksud ngebanding-bandingin anak dalam artian jelek lho, ya.
Tetapi, ngebangunin Keke setiap pagi di hari sekolah memang lebih banyak
dramanya ketimbang Nai.
Kalau Nai justru tertib bangun sendiri. Beberapa kali, Chi baru bangun
malah Nai udah di kamar mandi, pakai seragam, atau malah udah duduk
manis di meja belajar.
Ngebangunin Keke gak cukup sekali. Bisa 2-3 kali. Di tahun ajaran lalu,
para guru seringnya cuma kasih tugas. Itupun gak ada batasan waktu yang
ketat. Tapi, tiap pagi semua anak harus isi daftar hadir. Nanti wali
kelas akan kirim laporan ke WAG orang tua. Bakal ketahuan deh siapa aja
yang terlambat.
Nah, biasanya Chi minta Keke untuk bangun dulu sekadar isi kehadiran.
Setidaknya gak kelihatan telat, lah. Meskipun abis itu dia tidur lagi
hahaha.
Pernah beberapa kali Chi bablas. Biasanya kalau lagi kecapean banget
sampai suara alarm pun gak kedengeran. Udah gitu, Keke juga suka gak
pasang alarm. Jadi kami sama-sama terlambat hehehe. Tetapi,
lama-kelamaan Keke mulai pasang alarm.
Malah dia menulis di selembar kertas (foto paling atas) yang dia tempel
di pintu kamarnya. Ya malah bagus, deh. Chi jadi gak ada tugas bangunin
Keke. Meskipun setelah isi daftar hadir, teteuuupp Keke lanjut tidur dan
bangun sekitar pukul 10 pagi hahaha!
Di tahun ajaran baru, kebiasaannya agak berubah. Chi kembali bangunin
dia. Tetapi, kali ini belum ada cerita lanjut tidur karena udah mulai
ada kegiatan belajar melalui zoom. Gak sekadar dibagiin tugas. Ya
meskipun seringkali kamera dan speaker di-off sama Keke.
Kalau Nai sih gak ada perubahan. Dia masih tetap disiplin bangun dan
menyiapkan segalanya sendiri.
Kamera dan Speaker Dimatikan
Bunda: "Dek, kameranya kok gak dinyalain? Itu temen-temen pada
kelihatan wajahnya."
Nai: "Ayah sama Bunda ngapain dari tadi di belakang Ima? Makanya gak Ima nyalain kameranya."
Nai: "Ayah sama Bunda ngapain dari tadi di belakang Ima? Makanya gak Ima nyalain kameranya."
Jadi ceritanya laptop Nai gak bisa dipakai untuk Google Meet. Dia pun
pinjam komputer ayahnya. Karena hari itu pertama kalinya dia pakai
komputer ayahnya, kami pun menemani. Gak sadar kalau kami terus ada di
belakang Nai hehehe.
Ketika kamera dan speaker dimatikan, anak-anak bisa belajar sambil
sarapan. Keke malah kadang-kadang sambil sambil gitaran. Beberapa kali
juga sambil tiduran.
Dulu, Chi beberapa kali dapat laporan dari walas sejak dia TK sampai
SMA. Seringkali Keke seperti tidak memperhatikan guru yang sedang
mengajar. Sebetulnya, Keke bukan gak memperhatikan. Tetapi, gaya
belajarnya memang auditori alias mengandalkan pendengaran. Jadi meskipun
pandangan matanya seperti tidak fokus, yang penting dia mendengarkan.
Nah, di saat pandemi, ada keuntungannya juga buat Keke. Apalagi kalau
gak ada kewajiban menyalakan kamera. Gak ketahuan kalau kan kalau dia
belajar sambil melakukan hal lain hehehe.
Gaptek
Nah ini lumayan sering kejadian. Pernah waktu lagi rapat orang tua
murid dan wali kelas, ada seorang ibu yang kedengeran marahin anaknya.
Si ibu sepertinyagak sadar kalau speakernya belum off. Walas sebagai
moderator pun gak mute speaker peserta.
Chi anggap memang kami semua gaptek aja. Chi juga gak kepikiran untuk
mengingatkan walas karena memang jarang banget pakai zoom. Jadi gak
keingetan fitur ini. Untungnya bukan marah yang kasar atau gimana, sih.
Sekadar bawel ala emak-emak aja hehehe.
Tidak Ada Lagi Kirim Tugas Lewat WA
Walas Kelas Nai mengatakan kalau di tahun ajaran ini tidak ada lagi
mengirim tugas lewat WA karena bikin smartphone guru kepenuhan. Seketika
suasana di zoom ramai. Kaitannya sama gaptek. Beberapa orang tua udah
pening duluan ketika dikasih tau tentang Zoho Form dan Google Meet.
Katanya nanti serahkan ke anaknya aja, deh. Iya anak-anak sekarang
memang biasanya lebih akrab dengan dunia digital daripada orang tuanya.
Keke kesenengan banget begitu tau tugas gak dikumpulin lagi lewat WA.
Soalnya kalau WA bikin guru jadi tau nomor hp dia. Kalau terlambat
ngumpulin tugas, bakal dikejar terus lewat WA. Duh Kekeeee! 😂
Daftar Kehadiran 100 Anak
Selama PJJ, model jadwal pelajaran di sekolah Keke ada yang berbeda.
Kali ini satu angkatan di jurusan yang sama mendapat jadwal yang juga
sama.
Biasanya setiap jam pelajaran dimulai, para diminta mengisi daftar
kehadiran melalui Zoho Form. Tetapi, pas pelajaran Geografi, gurunya
memilih mengabsen semua anak. Sekitar 100 anak (gabungan dari 3 kelas
IPS) dipanggil satu per satu. Kaka Keke, "udah setengah jam sendiri
absenin anak-anak, Bun!"
Gurunya Menghilang
Bunda: "Lho, kok udah keluar kamar, Dek? Udah selesai
belajarnya?"
Nai: "Gurunya menghilang, Bun."
Jadi, pas lagi belajar melalui Google Meet, tau-tau gurunya menghilang
dari kelas. Ya mungkin masalah signal atau apalah. Tetapi, ini pasti
hanya akan terjadi selama pandemi. Kalau tatap muka kan gak mungkin
tiba-tiba bisa menghilang hehehe
Tidur Lebih Nyenyak
Bunda: "Keke kok jam segini udah tidur lagi? Keke banguuuun! Ini masih
jam sekolah."
Beberapa hari lalu, Chi ke kamar Keke sekitar pukul 10.30 wib. Lha, dia
lagi tidur nyenyak! Ketika Chi bangunin, dia bilang gurunya gak masuk.
Apa yang biasanya teman-teman lakukan di sekolah ketika guru gak masuk?
Kalau Keke seringnya memilih tidur lagi dibandingkan mengobrol sama
teman-temannya. Di saat pelajaran daring begini, kalau gak ada guru juga
memilih tidur. Malah kelihatannya lebih nyenyak. Karena sekarang kan
tidurnya di kamar sendiri. Ada bantal, guling, dan kasur yang nyaman.
Kalau tidur di kelas kan paling di lantai atau sambil duduk di kursi
hehehe.
Seragam Cukup Pakai Atasnya
Selama PJJ, udah gak pernah lagi pakai seragam bagian bawah. Paling
pakai atasannya aja. Itupun seringkali cuma untuk foto. Kalaupun harus
ikut zoom atau Google Meet juga jarang dinyalakan kameranya. Kalau
kameranya disetting on aja baru dipakai seragamnya.
Suka lupa disetrika juga. Untungya pelajaran online. Gak ketahuan kalau
bajunya lecek hihihi
Keriuhan Saat PJJ

Sumber: IG @sheilasplayground
Jangankan SD, Nai yang udah kelas 9 aja masih ada keriuhan seperti ini
hehehe
Ternyata belajar online pun bisa ada riuhnya. Chi pernah intip kelas
Nai saat sedang belajar di Google Meet.
Ada yang sambil meluk guling. Ada yang tau-tau berdiri, eh ternyata
bawahannya pakai celana pendek. Ada yang sambil lihat Tik Tok. Trus,
tau-tau kedengeran lagu, 'cintaku bukan di atas kertas ....' Berbagai
macam keriuhan lainnya bikin para siswa sesekali ngakak dan suasana
kelas menjadi ramai.
Berulang Kali Bikin Video
"Bundaaa, Keke lagi bikin videooo!"
Beberapa kali Keke gagal bikin video karena tiba-tiba bunda atau ayahnya
manggil. Gak sengaja sebetulnya. Kami gak tau kalau Keke lagi bikin
video. Kalau Nai jarang gagal karena dia selalu bikin di kamar. Beda ma
Keke yang memang sesukanya dia mau bikin video di ruangan manapun.
Lupa Kirim Tugas
Bunda: "Lagi apa, Ke?"
Keke: "Main PUBG."
Dalam hati, 'Eyaampuuun! Keke nyantai banget ngomongnya. Coba kalau Chi
dulu kayak gitu ngomong ke orang tua. Bisa diomelin seharian hehehe.'
Bunda: "Memangnya udah selesai belajarnya? Kan masih jam
sekolah?"
Keke: "Cuma disuruh bikin biografi salah satu orang tua aja."
Bunda: "Keke menulis tentang siapa?"
Keke: "Ayah."
Bunda: "Kenapa milih ayah? Kenapa bukan Bunda?"
Keke: "Bunda terlalu rumit buat diceritain."
Hahaha! Apakah bunda serumit itu, Ke? 😂😂
Singkat cerita, menjelang makan siang, Keke heboh manggil bundanya.
Katanya dia udah bikin tugas dari gurunya. Dia menunjukkan tugasnya.
Tetapi, lupa klik sent. Makanya ditagih sama gurunya.
Chi pun langsung ngoceh. Ngomel karena gregetan. Ya mungkin itu juga
jadi salah satu alasan kenapa Keke menganggap bundanya rumit hehehe.
Di antara mereka berdua memang yang paling bikin gregetan tuh Keke. Dia
mah memang lebih gak mau diem. Kalau di sekolah pun begitu. Makanya Chi
udah gak heran hehehe.
Apakah Chi pernah marah ke mereka saat pembelajaran daring?
Tentu aja pernah. Chi marah kalau mereka menyepelekan. Memang harus
santai, tetapi tetap harus serius. Boleh aja ngedengerin pelajaran
sambil gitaran atau lainnya. Tetapi, tetap harus ada yang masuk. Dan
semua tugas dikumpulkan dengan tepat waktu. Kecuali kalau ada suatu
kejadian seperti Nai waktu sakit. Makanya gak bisa mengumpulkan tugas
tepat waktu. Ya kalau seperti ini harus dimaklumi, lah.
PJJ Akan Jadi Permanen?
Masih banyak keseruan lainnya selama belajar dari rumah. Alhamdulillah
Chi masih bisa ketawa-tawa. Ini juga supaya anak-anak santai. Karena di
rumah terus kan juga kadang-kadang bikin gak nyaman. Biar bagaimana
kangen juga kan ketemu teman-teman.
Di tahun ajaran baru ini, Chi lihat baik sekolah Keke dan Nai sudah
mulai lebih siap. Sudah ada jadwal pelajaran yang menyesuaikan dengan
masa pandemi. Kegaptekan mulai berkurang. Meskipun memang masih banyak
penyesuaian. Misalnya kayak di sekolah Keke kan juga tadinya pakai
Google Meet. Tetapi, ternyata mayoritas murid dan guru lebih suka Zoom.
Jadi kelas pun berpindah ke Zoom.
Kemudian terlihat wacana PJJ akan dibuat permanen oleh Kemendikbud
Nadiem Makarim. Meskipun setelahnya mas menteri mengatakan bahwa banyak
yang salah mengartikan tentang PJJ permanen.
Kalau menurut Chi, kecepetan kalau sudah membahas tentang PJJ permanen.
Tetapi, Chi juga gak tau kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan.
Mengingat saat ini juga sudah era digital. Hanya saja di Indonesia
permasalahan mendasarnya juga masih jadi PR banget.
Ya gak usahlah bicara yang daerah 3T dulu. Di Jakarta dan sekitarnya aja
masih ada wilayah yang akses internetnya sulit. Kalau pun mudah, belum
tentu semuanya punya biaya untuk kuota atau berlangganan paket internet.
[Silakan baca:
E-Sabak dalam Sudut Pandang Seorang Ibu]
Untuk saat ini memang masih bisa dimaklumi kalau pun ada kesan
pemaksaan. Ya serba salah juga. Mau melepas anak untuk sekolah offline,
tetapi wabah masih mengintai. Opsi belajar dari rumah memang jadi
pilihan meskipun mungkin gak populer bagi sebagian orang tua karena
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Tetapi, keselamatan tentu
menjadi pertimbangan utama.
Jangan sampai nanti kesannya semua terkesan dipaksakan. Belajar dari
program-program lainnya. Seperti Ujian Nasional yang berubah menjadi
UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer). Memang bagus, tapi gak semua
sekolah punya lab komputer. Kalaupun punya jumlahnya gak mencukupi.
Akhirnya setiap tahun ada permasalah berulang terkait ketersediaan
komputer. Belum lagi yang tiba-tiba sinyal gak ada di saat ujian atau
malah mati listrik. Menambah ketegangan baru bagi anak yang sedang
ujian.
Begitupun dengan PPDB. Sistem seleksinya bagus, kok. Tetapi, tidak
diikuti dengan ketersediaan sekolah yang cukup. Padahal sekarang wajib
belajar udah sampai 12 tahun. Kalau jumlah sekolahnya aja gak cukup, gak
heran kalau akan ada kisruh. Gak semua juga mampu masuk sekolah swasta.
[Silakan baca:
Kisruh PPDB DKI 2020 Jalue Zonasi]
Makanya, Chi sejak awal sebetulnya males-malesan mengikuti wacana PJJ
permanen. Lagi capek hati dengan segala peraturan yang permasalahan
mendasarnya aja masih jadi PR banget.
Apakah media memang salah persepsi atau hanya mengutip sebagian? Gak tau
juga, sih. Kalaupun memang begitu, menurut Chi bagusnya dari Kemendikbud
sendiri membuat artikel tentang wacana ini di situs resminya secara
lengkap sebelum media memberitakan. Harapannya mengurangi keriuhan
pro-kontra masyarakat juga karena di situs resminya sudah ditulis
lengkap penjelasannya. Atau mendingan jangan dilempar dulu ke masyarakat
lah kalau baru sebatas wacana.
Ya udah lah balik ke cerita keseruan tentang PJJ lagi. Teman-teman punya
cerita seru apa aja selama belajar dari rumah?
62 Comments
Nah kalo KK Olip baru mulai PJJ tahun ajaran baru, besok nih 21 Juli, hari ini baru pengenalan guru2.
ReplyDeleteNah sebelumnya Pas pandemic kemaren kan lagi PKL, jd cuma tugas2 aja. Btw akutu suka miris bnget sama buibu yg kadang mengeluh kuota dengan keterbatasannya, ato gaptek ga bisa ngapa2in, padahal anak2 jaman now pada pinter2 yak.
Semoga dilancarkan PJJ ini yaa, tetep semangat buat anak2 kit.
memang sebaiknya jadi orang tua jangan gaptek banget. Biar bagaimana ini udha zaman digital. Anak-anak lebih cepat mengikuti perkembangan ini. Tetapi, setidaknya orang tua bisa belajar memahami, lah. Biar kalau ada apa-apa bis akasih tau.
DeleteSedangkan kalau tentang kuota memang sepertinya lumayan memberatkan. Kalau saya pribadi menggunakan WiFi. Jadi gak berasa ada perubahan di tagihan. Hanya memang penggunaanya jadi lebih banyak.
Berarti yang pakai kuota kemungkinan tagihannya juga akan berlipat. Kasihan juga kalau ekonominya pas-pasan. Mungkin mengeluh menjadi salah satu cara untuk melepaskan kegalauan
rumit sih disaat sistem internet di indonesia blm optimal dan cepat. kendalanya yg sering trjdi,,enak2 online eh frezee atau susah masuk room...atau kasian sm ortu2 yg sulit memfasilitasi anak dlm pjj krn terbentur minimnya fasilitas....oh semogaa ad solusi ya
ReplyDeleteiya suka miris kalau mendengar/membaca yang seperti ini. Bikin dilema juga, ya. Di satu sisi belum siap membiarkan anak ke sekolah. Tetapi, di sisi lain PJJ juga punya masalah sendiri
DeleteSelama pandemic ini kegiatan belajar dan mengajar rasanya emang sedikit beda dan menantang yaa, hubby ku pengajar juga masih via online samapai saat ini
ReplyDeletesekarang kebanyakan masih lewat online, ya
Deleteternyata ada enak engga nya yaa.. kegiatan belajar kayak gini bakal jadi cerita bersejarah untuk anak cucu nanti.. hehe..
ReplyDeleteuntung jaman dulu sekolah gak gini yaa.. pusiinggg..
semoga covid cepet pergi biar bisa sekolah normal lagi ya.. Amiiinn.. semangat juga buat mamah2 yang kudu dampingin anak belajar setiap hari.. 😘
Tetap masih jauh lebih enak sekolah formal dengan tatap muka. Harapan saya juga pandemi segera berlalu. Aamiin
DeleteSeru dan heboh banget ya pembelajaran jarak jauh. Jadi bayangin kalau punya anak diusia nai, chi dan keke
ReplyDeletehehehe iya ada serunya
DeleteAhahaha, ngakak aku liat ilustrasi pertama, udah absen, ga usah dibangunin. Banyak cerita ya memang, anak-anak sekarang jadi lebih aware sama dunia digital karena PJJ ini, banyak tantangannya juga buat guru dan ortu
ReplyDeleteSoalnya abis isi daftar hadir, dia lanjutin tidur :D
DeleteAgak sebelnya sama kemendikbud yang ngasih instruktur semua sekolah kudu pjj tapi ga dikasih SOP nya kayak apa. Jadi diserahin ke masing-masing sekolah aja. Padahal ga semua sekolah dan juga daerah siap
ReplyDeletenah itu lah, Mbak. Apalagi sempat ada klaim dari mas menteri kalau PJJ dianggap berhasil. Buat saya masih kejauhan untuk mengklaim berhasil
Deletebeneer mbaaa.. aku juga pusing nih pas PJJ hehehe. Dan sambil kerja begini jadi beban tambahan yaaa hehehe
ReplyDeleteNah, Mbak Indah ibu yang kerja kantoran. Tentunya ada drama sendiri saat anak-anak PJJ, ya :)
DeleteAhahahaha beneran deh mbak aku jd kerasa pusing banget pas anak udah SD, tp untung saat les bimba udah terlatih pakai aplikasi2nya jd anak2 jg lbh mudah menyesuaikan. Tp tiap pagi emang dramanya ada aja, baik dr internal maupun dr WAG kelas hahahaaha, au ah gelap, aku pengen liburan Ya Allah wkwkwkwwkk
ReplyDeletenanti kita puas-puasin liburan setelah pandemi berakhir, Pril hahaha
DeleteAnakku yang pertama baru masuk TK dan ikutan PJJ juga. Tapi ga tiap hari sih, cuma seminggu 2 kali dan itupun skitar 30 menitan aja. Pas PJJ kan lewatnya Zoom, auto ramai deh itu. Namanya juga balita hahaha...
ReplyDeleteSaya jadi ngebayangin bocah-bocah pada nge-zoom hahaha
DeleteHahaha memang gitu ya mbak, pada belajar di rumah atasan mesti rapi kalau bawahan bisa apa aja. Semangat selalu ya nak untuk belajar dari rumah.
ReplyDeleteInsya Allah dilancarkan, ya
DeleteAnakku masih TK Mbak, jadi belum berasa banget, hihihih. Paling dampingi doang sih.
ReplyDeleteAnak cowok ama cewek emang beda ya Mbak, kelihatan dari ceritanya, Keke santuy banget hadapi PJJ ini, Nai serius dan disiplin jalan terus :)
iya, Mbak. Memang tiap anak beda-beda karakternya :)
DeleteAku masih cari ritmenya nih supaya lebih santai lagi selama PJJ. Masalah daftar hadir juga ada ortu yang kesulitan karena gak ngerti. Nah kalau di SD Alvin udah ditentukan pakai aplikasi A, B atau C. Yg susah itu di SMP Pascal yg heterogen soalnya gak semua punya aplikasi itu dan lain-lain masalahnya.
ReplyDeleteBerarti Keke sama Pascal sama nih agak susah dibangunin lagi, dia agak santai gak harus isi daftar hadir tiap pagi, kalau Alvin harus pakai seragam segala :-D
Pascal sekolah negeri kan, ya? Itu lah masalahnya pun sama. Enak ya Pascal gak harus pakai seragam hehehe
DeleteBunda terlalu rumit buat diceritain, hahaha. Keponakanku sekolah dan info masih by WA. Belum bisa lah kalau video dan harus on saat belajar. Jadi harus nyesuaiin kondisi ortu murid
ReplyDeleteiya bener. Semua menyesuaikan dengan keadaan
DeleteAnak2ku juga susah bangun pagi. Apa karena kelamaan di rumah waktu itu ga ada tugas setelah wisuda online? hihihihi iya lah masa ada tugas lagi wkwkwkw. Bangunin mereka tuh kudu teriak2 segala. Lucunya nih anakku yg bungsu pakai seragam putih atasannya tapi bawahnya kolor doang hahaha. trus yg cewek pakai jilbab tapi abwahnya celana piyama..tiap mereka zoom dan google meeting :D
ReplyDeleteAnak-anak saya juga cuma pakai atasan aja selama online hehhee
DeletePengen ngakak di bagian ini hihi
ReplyDelete"Ayah sama Bunda ngapain dari tadi di belakang Ima? Makanya gak Ima nyalain kameranya."
Ya ampunn Bundaaa wkwkwk.
Btw memang sih kita perlu menurunkan ekspektasi saat PJJ ya, kalau nggak bisa pusing sendiri.
Kalau sekolah Nai udah bilang kemungkinan target yang tercapai hanya 50%. Ya udahlah
Deletehehehe... Emang wanita itu terlalu rumit untuk diceritakan ya Ke, makanya milih nuliskan tentang Ayah aja.
ReplyDeleteperempuan memang begitu, ya hehehe
DeleteWahahaha seruu ya cerita2 PJJ :)))
ReplyDeleteTapi gimanapun juga, paling assoy belajar tatap muka.
Semoga pandemi segera selesai.
Buibu yg sabaaarrr yaa
memang gak tergantikan kalau tatap muka
DeleteNah anak anakku juga beberapa kali ga nyalain kamera pas online. Aku tanya kenapa, Katanya banyak ga nyalain. Tapi akhirnya ya mau sih nyalain kamera
ReplyDeletemungkin karena kalau gak nyalain jaid bebas, ya :D
DeleteHahaha yg di lakuin ima kayanya di lakuin anakku dan aku juga. Kalo ada meeting ortu atau wrbinar, kamera aku matikan kalo aku ngemil makan2 atau ke wc hihihi
ReplyDeleteSaya juga sellau begitu wkwkwk
DeleteKak Chii...
ReplyDeleteSama banget ih..anakku yang kedua kalau uda bosen awalnya cuma corat-coret di kertas (gambar), tapi karena tau trik matikan kamera sama speaker, dia matiin terus pakai rollerblade, keliling-keliling rumah.
Kalau ditanya, "Kok malah main?"
"Im sorry, Ma...im so boriiiing."
Huufff~
Kalau yang adiknya, bobok cantik.
Haaaa...dua-duanya meuni ga betah sekolah online.
Seru ya drama-drama saat PJJ hahaha
DeleteNgikik-ngikik bacanya Mbak, memang seru-seru heboh ya PJJ inuli menemani dua anakku belajar juga seru..sampai pukul 12 rasanya cape mamaknya hihihi...semoga bisa sekolah tatap muka lagi...
ReplyDeleteiya lah tetap lebih asik tatap muka. Meskipun ya ada serunya juga PJJ
DeleteHahaha,drama PJJ memang seru dan gemes. Ya kurang lebihnya sama dengan saya. Kalau saya adik2 yang tiap hari ada dramanya. Yang SMP ada grup WA per mapel, jadi dia suka ngeluh HPnya lemot.
ReplyDeleteTerus pas pakai zoom, ya gitu, gurunya kadang-kadang tiba-tiba hilang.
Terus temen saya yang jadi guru, tapi masih muda. Dia dimarahin ibunya "pagi-pagi udah mulai HP an, gak mau bantuin apa-apa,"
Dan itu terdengar sama murid2nya. Ya udah, langsung dimatiin itu zoom, jelasin ke ibunya dulu.
Gregetan emang ini sekolah jarak jauh.
Ngakak banget yang diomelin ibunya hahaha
DeleteBaru mau mulai baca postingannya, udah langsung dibikin ketawa sama tulisan di kertas putih itu. Wkwkwkw.
ReplyDeleteAnak saya baru mulai PJJ senin nanti, duh..semoga lancar deh prosesnya.
aamiin. Semoga selalu semangat :D
DeleteSeru ya pjj ini, bakal jadi kenang2an tak terlupakan...
ReplyDeleteSoal orang tua gaptek pernah ngalamin pas psikotes ortu, kedengeran ibunya nanya-nanya ke anaknya gimana matiin suara dan video di zoom, hihihi...
wkwkwk kalau dikenang lagi bisa bikin ketawa, deh
DeleteSerba salah juga sih ya mba. Aku sendiri masih sedikit enjoy menjalaninya. Tapi yg kasian itu anak aku. Apalagi dia jenis ekstrovert. Udah kangen betul sm teman2nya. Heu.
ReplyDeleteya, Mbak. Tapi, mau gimana lagi. Di luar belum aman
DeleteJadi tetep ada keseruan yang dirasakan ya Mbak selama proses PJJ itu. Meskipun banyak juga cerita yang bikin baper. Semogaa ilmunya semua menjadi semakin berkah.
ReplyDeleteTetap berusaha mencari keseruannya. Supaya tetap waras, Mbak :)
DeleteHahaha baca tulisannya langsung ngakak: Sudah absen jangan dibangunin lagi! Berarti habis absen langsung tidur lagi ya?
ReplyDeleteEmang deh kebayang gimana repotnya orang tua yang punya anak usia sekolah pada masa pandemi ini. Biasanya guru di sekolah yang mengawasi pelajaran mereka, sekarang tugas guru harus diambil alih orang tua. Tabah ya Mbak Myr. Seperti juga badai, pandemi akan segera berlalu
iya, Mbak. Lanjut tidur lagi setelah absen hehehe
DeleteSuer aku ngakak dan salut sama perjuangan anak anak ya guru ya orang tua. Sama-sama untuk terus bisa belajar meskipun kita sedang diuji coba ya Mbak. MasyaAllah semoga dimudahkan dalam segalanya
ReplyDeleteaamiin allahumma aamiin :)
DeleteHahahahha kayaknya anak2 besar sama aja kerempongannya selama PJJ yaa mba :D.
ReplyDeleteGa tau ini berkah ato musibah, tapi anakku yg pertama kan sekolahnya negri Deket rumah. Naaah, jujurnya masih banyak murid yg ortunya ga terlalu mampu. Jangankan belajar pake laptop dan zoom, lah hp dan kuota aja blm tentu ada :(
Makanya selama PJJ sekolah Fylly ga mungkin untuk belajar melalui zoom. Makanya wali kelasnya memberikan tugas belajar tiap hari ya melalui wa. Itupun kdg ga semua mampu Krn masalah kuota td ato Krn kamera hp burem yg bikin foto tugas jd ga jelas. Sedih sih memang
Tapi setidaknya aku sih berusaha apa yg diminta Bu gurunya selalu dikerjain Ama Fylly dan aku kirim tepat waktu.
Semoga sih pandemi ini cepet berakhir. Akupun udah capek sbnrnya ngajarin anak2 ini, apalagi aku bukan tipe sabar.
aamiin.
DeleteDi sekolah negeri memang siswanya lebih heterogen. Anak-anak saya juga di negeri. Makanya kalau mikir ke situnya sih memang sedih
Serba - serbi PJJ ya heheh, tapi ya dinikmati saja ya mak biar ada cerita dan sejarah berbeda
ReplyDeleteSelain buat dikenang juga untuk menghilangkan stress :D
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^