Tantangan Memiliki Anak Remaja
- "Mbak Myra mah enak, anak-anaknya udah pada gede. Udah gak repot kayak
saya yang ke mana-mana masih diikutin anak."
Lumayan banyak juga yang bilang kalau hidup Chi sekarang enak karena
anak-anak udah pada gede. Malah ada juga yang menyarankan untuk punya anak
lagi. Alasannya kami dianggap masih muda. Masih sanggup lah direpotin ma
bayi atau anak kecil lagi.
Bersyukur dulu deh kalau memang dibilang hidupnya enak. Berarti terlihat bahagia hehehe. Setelah itu, kadang-kadang Chi menjelaskan panjang lebar. Kalau lagi agak malas,
menjawab singkat aja. Tetapi, sering juga cuma nyengir 😄.
Punya Anak Remaja Itu Asik dan Seru
Beberapa waktu lalu, Chi diajak KEB untuk ikut #KEBNgobrol live IG.
Temanya adalah "Mendidik Anak Remaja Pusing Ngga Sih?" Mak Efi Fitriyah
yang menjadi host pada malam itu menanyakan tentang mengatur waktu
antara mengurus keluarga dan hobi.
Chi jawab kalau saat ini justru lebih fleksibel mengatur waktu. Berbeda
dengan ketika Keke dan Nai masih kecil. Di mana pusat dunia mereka adalah
bundanya. Kemana bunda pergi selalu diikutin, termasuk ke wc. Para ibu
yang punya anak kecil biasanya merasakan hal sama, deh hehehe.
Tidak hanya itu. Ketika mereka remaja, banyak hal yang sudah bisa dilakukan
sendiri. Chi gak perlu lagi nyuapin, mandiin, bahkan menemani mereka
bermain. Jadi Chi pun punya waktu me time yang lebih banyak selain
mengatur waktu lebih fleksibel.
Ngobrol dengan anak remaja juga udah dengan banyak topik. Bisa lebih seru
obrolannya. Kadang-kadang kami satu frekwensi. Tetapi, kadang-kadang juga
bisa berdebat.
Ketika Keke dan Nai mulai remaja, Chi juga sering jalan-jalan berdua ma
K'Aie. Awalnya agak baper karena merasa ada yang hilang kalau jalan tanpa
anak. Tetapi, lama-lama asik juga. Berasa jadi pacaran lagi hehehe.
Tuh! Memang asik kan punya anak remaja. Makanya mungkin itulah kenapa suka
banyak yang bilang kalau hidup Chi sekarang udah enak. Karena anak-anak udah
pada remaja. Sehingga bundanya terlihat santai dan gak rempong lagi.
Padahal yaaaa ... Di masa remaja inilah justru Chi merasakan jumpalitannya
sebagai orang tua 😂.
Pola Asuh Anak Remaja itu Berat!
Chi menulis ini bukan bermaksud untuk mengeluh, ya. Tetapi, sebagai
catatan bagi diri sendiri, kalau memiliki anak remaja itu tidak sekadar
asik. Juga penuh tantangan.
Remaja itu fase di mana sedang mencari jati diri. Di satu sisi, mereka
merasa sudah bukan anak kecil lagi. Kadang-kadang jadi suka sulit diberi
nasehat. Merasa dirinya paling tau dan paling benar. Padahal, di sisi lain,
mereka masih perlu banyak sekali arahan.
Apalagi, sekarang pengaruh bisa dari mana-mana. Beda ma zaman Chi dulu.
Sekarang buka internet aja bisa dapat ribuan bahkan jutaan sumber yang
bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku kita. Itu baru dari internet, belum
dari tv, teman, dan lain sebagainya. Kebayang kan seperti apa efeknya kalau diri sendiri gak mampu memfilter pengaruh sebanyak ini?
Berbagai permasalahan kerap timbul ketika mereka mulai puber. Bahkan banyak
yang mengatakan kalau usia remaja rentan mengalami depresi. Bisa menjadi
tantang yang berat bagi orang tua yang memiliki anak remaja.
[Silakan baca: Masa Puber Bikin Baper]
Masalah yang Sering Dialami Remaja
“Fase perkembangan anak memang punya tantangan masing-masing. Tidak bisa dikatakan kalau anak pada masa balita lebih mudah diurus dibandingkan anak-anak yang masuk pada usia pra-remaja. Hanya saja, memang menghadapi anak-anak yang mulai masuk pada usia pra-remaja ini lebih banyak tantangannya, karena mereka sudah memiliki keinginan sendiri. Berbeda dengan anak balita, yang memang mudah mengikuti keinginan orangtuanya." ujar Vera Itabiliana K. Hardiwidjojo, Psi.
Sumber: Bagaimana Menghadapi Problem Pra-Remaja
Yup! Setiap fase memang memiliki tantangan masing-masing. Nah, sekarang
apa aja sih masalah yang kerap dialami remaja?
Remaja Mulai Memperhatikan Penampilan
Sejak masa pra-remaja biasanya mulai suka memperhatikan penampilan.
Secuek apapun karakternya. Perubahan secara fisik anak yang mulai puber
bisa menjadi salah satu pemicunya.
Keke pernah kebingungan ketika pertama kali mimpi basah. Nai pun sempat
gak mengerti bagaimana caranya menggunakan pembalut waktu pertama kali
haid. Perubahan-perubahan seperti ini juga bisa mempengaruhi penampilan
mereka. Mulai membandingkan fisik diri sendiri dengan idola atau teman
sebaya.
Untuk beberapa anak, juga bisa bikin insecure. Apalagi kalau kemudian si anak dibully. Pada melakukan body shaming.
[Silakan baca:
Ketika Anak Laki-Laki Mulai Mimpi Basah]
Keke dan Nai mulai milih-milih skincare apa yang tepat untuk kulit mereka.
Pokoknya urusan penampilan mereka udah punya selera sendiri. Mulai ada
rasa gak percaya diri kalau penampilan gak sesuai yang mereka
inginkan.
[Silakan baca:
Nai dan Haid Pertama]
Bullying
Masalah bullying dan senioritas juga biasanya mulai dialami saat fase
pra-remaja. Chi pernah membaca obrolan Keke dengan beberapa temannya saat
baru masuk SMP tentang susahnya berbaur. Masalahnya karena mereka berasal
dari sekolah swasta. Udah langsung ada cap 'anak borju'.
Padahal mereka sebetulnya ingin sekali bisa bergaul dengan banyak orang.
Tetapi, stigma itu kerap menghalangi. Butuh proses panjang hingga akhirnya
bisa berbaur.
Selalu ada alasan bagi seseorang untuk melakukan bullying. Bullying dan dibully sebetulnya sama-sama korban. Anak yang suka menindas orang lain bisa jadi karena terpengaruh dan lama-lama jadi kebiasaan.
Mulai Merasakan Jatuh Cinta
Chi pernah bilang ke anak-anak kalau bisa jangan pacaran dulu. Tetapi,
kita gak bisa melarang orang untuk jatuh cinta, kan? Yang bisa dibatasi adalah menjaga dan mengelola hawa nafsu.
Bagi orang tua, rasa cinta anak remaja mungkin dianggap cinta monyet.
Tetapi, dalam sudut pandang mereka bisa jadi sesuatu yang serius. Mereka
akan bisa merasakan bahagia ataupun patah hati.Sama halnya seperti orang
dewasa yang sedang jatuh cinta.
Bila pergaulannya kurang tepat, mereka juga bisa ikut arus pergaulan bebas dengan alasan cinta. Duh! Ngeri banget 'kan kalau begini.
Beban Pendidikan yang Berat
Pelajaran zaman sekarang menurut Chi jauh lebih sulit daripada dulu. Di
saat pandemi ini, banyak orang tua yang mengeluh karena kesulitan harus
mengajarkan anak-anaknya. Makanya, lebih merasa nyaman saat anak-anak
bersekolah daripada harus PJJ. Karena tugas mengajar menjadi tugas guru di
sekolah atau bimbingan belajar.
Tetapi, bagi anak-anak, mau itu sekolah tatap muka ataupun belajar dari
rumah, mereka tetap harus belajar. Siapun pengajarnya dan seperti apa
suasana. Kewajiban mereka ya belajar.
Merekalah yang hampir setiap hari menghadapi pelajaran semakin sulit.
Ditambah lagi dengan faktor lain dari pendidikan, misalnya suasana dan
pengajarnya. Dan, semakin tinggi tingkat pendidikan, bisa jadi semakin
sulit bobot pelajarannya.
[Silakan baca:
Cerita Tentang PJJ Saat Pandemi COVID-19]
Tekanan Pertemanan
Salah satu kekhawatiran Chi ketika anak-anak masuk SMP adalah bila
dianggap tidak punya solidaritas terhadap pertemanan bila menolak suatu
ajakan. Misalnya, ketika diajak untuk tawuran. Bisa jadi si anak tau kalau
tawuran itu salah. Tetapi, karena khawatir dianggap gak solider, dimusuhin
teman, atau bahkan dibully jadinya terpaksa untuk ikutan. Padahal
kebutuhan untuk bersosialisasi bagi generasi Z sedang tinggi-tingginya.
Tidak hanya permasalah tawuran aja, lho. Narkoba, pergaulan bebas, dan
lain-lain mulai menjadi cobaan di saat anak-anak mulai remaja.
Kadang-kadang permasalahan di kalangan remaja ini awalnya datang dari tekanan pertemanan.
Tips Menghadapi Remaja dan Permasalahannya

Di atas adalah beberapa problematika yang bisa terjadi di dunia remaja.
Itulah kenapa Chi bilang menghadapi anak remaja itu jungkir balik. Tetapi,
usahakan jangan sampai parno juga. Tetap bisa kok kita sebagai orang tua
menghadapi remaja
Bonding dengan Anak
Beberapa bulan lalu di FB, Chi pernah nyetatus tentang pentingnya menjaga
bonding dengan anak. Status itu berangkat dari berbagai video orang tua
yang memarahi anak di saat PJJ.
Chi paham kok kalau kondisi saat ini sulit bagi semua. Termasuk bagi orang
tua yang mendadak menjadi guru bagi anak-anak. Tetapi, usahakan jangan
terus menerus melampiaskan kemarahan ke anak-anak. Apalagi sampai
menyakiti fisik.
Keke dan Nai juga masih full PJJ sama seperti siswa lainnya. Tetapi, Chi gak mau terlalu menekan. Mendingan ekspektasi pencapaian akademis sedikit diturunkan. Setidaknya mereka tetap tekun udah bagus.
Bonding itu harganya mahal. Bonding juga gak bisa tercipta secara instan.
Anak bisa merasa enggan dekat dengan orang tua kalau merasa dimarahin
melulu.
Bila bonding sudah longgar, untuk mempererat kembali butuh proses panjang
yang mungkin saja gak mudah. Itulah kenapa Chi katakan mahal.
Chi pernah tanya ke Keke, alasan sampai usia menjelang 17 tahun ini dia
masih mau terbuka dan bebas cerita ke orang tua. "Karena udah terbiasa."
Memang sesederhana itu jawaban Keke. Tetapi, kalau anak merasa gak punya
kedekatan batin dengan orang tua, sepertinya juga tidak akan mudah bisa
terbuka. Malah mungkin akan banyak ditutupi.
Bahayanya adalah kalau orang tua merasa anaknya baik-baik aja. Padahal
sebetulnya orang tua gak tau apa yang anaknya lakukan di luaran. Itu
karena anaknya gak mau cerita. Lebih memilih sering berbohong karena takut
dimarahi.
[Silakan baca:
Begini Cara Berkomunikasi dengan Remaja]
Banyak Mendengarkan Cerita Anak
Seperti yang Chi tulis di awal, usia remaja itu salah satu fase di mana
anak merasa serba paling tau. Egonya lagi tinggi-tingginya. Mereka pun
mulai belajar melawan.
Arti melawan di sini, gak selalu dengan cara langsung. Misanya membentak
orang tua. Tetapi, bisa juga melakukan perlawanan secara diam-diam. Di
depan orang tua kayak yang menurut. Padahal di luar bersikap sebaliknya.
Belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Kadang-kadang mereka tuh
sebetulnya hanya ingin didengar. Ketika ditanya solusinya, mereka udah tau
apa yang harus dilakukan. Dengan merasa orang tua mau mendengarkan, itu
udah jadi salah satu kebahagiaan buat anak.
Jangan hanya mendengarkan ketika mereka punya masalah aja. Dengarkan juga
keseruan cerita lainnya. Siapa yang sedang mereka idolakan, trend apa yang
lagi hits saat remaja, dll.
Ya gak perlu juga ikut-ikutan satu selera. Misalnya Keke dan Nai sekarang lagi gandrung dengan drakor. Chi gak pernah tuh nyinyir sama selera mereka meskipun sampai saat ini belum bisa menikmati drakor apapun.
Tetapi, baik kami selalu mendengarkan kalau mereka cerita. Bahkan sesekali ikut menonton juga. Setidaknya kami tau lah mereka sedang mengidolakan siapa atau apa.
Jangan Menyepelekan Masalah Remaja
Kurang-kurangin deh ngomong, "gitu aja dipikirin." Bagi orang tua
permasalahan mereka mungkin kelihatan sepele. Tetapi, belum tentu bila
dipandang dari sudut remaja.
Permasalahan yang semakin kompleks di masa remaja saat ini juga bikin
mereka mudah depresi. Makanya kalau Keke dan Nai lagi curhat, seringkali
Chi membayangkan menjadi diri sendiri ketika masih remaja.
Lebih suka
diperlakukan seperti apa? Dan, biasanya usia remaja tuh gak suka
disepelekan. Mereka malah jadinya kesel dan menutup diri.
[Silakan baca:
Anak Muda Memangnya Tau Apa, Sih?]
Menjadi Teman yang Berwibawa
Kenapa sih remaja lebih suka curhat ke teman daripada orang tua? Karena
biasanya teman tidak menghakimi, kasih solusi yang asik, dan tidak
menggurui.
Makanya di usia ini anak mulai belajar untuk memilih-milih. Siapa sosok
yang mau mereka dengar/ikuti dan tidak. Ya bagus kalau mereka dikelilingi
oleh lingkungan yang baik. Insya Allah perilaku anak masih bisa tetap
terjaga kalau berada di lingkungan yang baik meskipun kurang merasa dekat
dengan orang tua.
Sederhananya, nih, kalau anak masih kecil dimarahin orang tua paling
nangis dan ngamuk. Tetapi, tetap aja pusat dunia anak kecil adalah orang
tuanya.
Nah, ketika mereka mulai merasa besar, perlawanannya belum tentu menangis dan mengamuk. Bisa jadi mulai kabur-kaburan atau melakukan
pelarian lainnya. Naudzubillahi mindzalik.
Makanya, Chi dan K'Aie berusaha membangun komunikasi terbuka sejak mereka
kecil. Bukan bermaksud untuk mengontrol. Apalagi bersikap otoriter.
Tetapi, supaya tetap bisa mengenali karakter dan dekat dengan anak.
Meskipun demikian, jangan sampai kehilangan wibawa kami sebagai orang tua.
Berusaha menjadi orang tua yang asik supaya bisa menjadi teman bagi anak.
Tetapi, mereka juga harus menghormati kami sebagai orang tua. Jadi, ketika suatu saat kami harus tegas, mereka akan tetap menurut dan hormat.
Beri Kepercayaan dan Tanggung Jawab Kepada Anak
Chi suka bilang ke Keke dan Nai, harap maklum kalau ayah dan bundanya
saat ini masih terdengar cerewet. Terus mengulang-ulang pesan yang sama. Tentu sambil diberikan penjelasan.
Menurut kami, hingga anak-anak SMA adalah kesempatan emas bagi orang tua
untuk memberikan bekal dan mengajarkan tanggung jawab kepada anak.
Hingga mereka SMA, kegiatan masih terukur. Paling pagi hingga siang atau
menjelang sore berada di sekolah. Setelah itu mereka pulang. Kalaupun
terlambat biasanya karena kerja kelompok atau mau main sebentar.
Berbeda dengan nanti kalau sudah kuliah. Mereka akan semakin sibuk dengan
aktivitas. Dan belum tentu bisa sama terukurnya seperti saat masih
sekolah. Tentu orang tua butuh menaruh rasa percaya kepada anak. Yakin
kalau mereka tetap berada di jalur yang benar. Serta anak sudah memiliki benteng yang kuat sehingga tidak mudah terbawa arus.
Memberikan kepercayaan kepada anak ada proses tahapannya. Ketika baru
lahir, anak akan terus diawasi dan didampingi selama 24 jam. Secara
perlahan, orang tua gak mungkin terus-terusan mendampingi dan mengawasi.
Pelan-pelan harus mulai dikasih kepercayaan. Tetapi, tentunya juga
dibekali dengan benteng yang kuat. Jadi, ketika mereka sedang tidak
bersama orang tua, tetap bisa menjaga diri karena benteng pertahanan sudah
kokoh.
Meskipun demikian, anak-anak tetaplah manusia yang bisa saja khilaf.
Sebagai orang tua, tentu gak pernah sedikitpun menginginkan sesuatu yang
gak baik terjadi pada anak. Tetapi, bagaimana bila kemudian terjadi
masalah?
Kami selalu berpesan ke Keke dan Nai, apapun masalahnya orang tua akan
berusaha mendengarkan. Tetapi, bukan berarti setiap permasalahan, orang tua
yang harus membereskan. Mereka juga harus belajar bertanggung jawab. Gak
bisa sedikit-sedikit orang tua ikut campur untuk semua masalah.
Gak hanya tentang masalah, sih. Termasuk juga tentang pilihan. Ajarkan
mereka untuk bertanggungjawab dengan segala konsekuensi yang dipilih.
Orang tua paling mengarahkan, tetapi keputusan tetap ada di tangan
anak-anak. Kecuali, untuk beberapa hal yang prinsipil dan gak bisa
dikompromikan. Tetap ada beberapa hal di mana mereka harus menurut apa
kata orang tua.
Begitupun dengan peraturan. Mereka harus mulai belajar paham aturan,
bukan sekadar mengikuti. Bila sudah paham, biasanya akan lebih tau dan mau
menerima konsekuensinya.
Seru kan punya anak remaja? Asik kok kalau bisa dekat dengan remaja.
Tetapi, harus berusaha siap juga dengan segala tantangan di fase ini.
Insya Allah, anak pun akan melewati masa ini dengan baik-baik aja. Bisa
jadi bekal ketika mereka nanti dewasa.
Noted buat aku baca dan pahami lagi nih Mak, soalnya ilmu untuk memahami perasaan anak apalagi anak remaja tuh penting banget, salah sedikit wes...ambyar...heheheh
BalasHapusHarus dimulai sejak dini karena bonding itu gak instan :)
Hapussetuju mbak, anakku baru 8 tahun sudah berasa nih mood swingnya :( kudu banyak belajar dari mbak Myra yang udah kayak temen sama anaknya
HapusBener banget, bonding itu gak instan. Anak perlu nyaman dan deket biar bisa bonding.
HapusKita sama-sama belajar ya, Mbak Winda :)
HapusMakanya harus selalu dijalin dan dijaga ya, Mbak Nia :)
HapusMenurutku yang mantan anak remaja, anak usia segitu memang lagi aktif dan banyak eksplor dunia luar. Kalau anak kecil agak bisa diatur. Udah belasan tahun tuh punya selera sendiri. Setuju sama Mqk Myra bahwa kita kudu lebih peduli malahan
BalasHapusYup! Kalau udha remaja mulai melakukan perlawanan
HapusYes, betul banget. Sebenarnya bukan maksudnya ngelawan sih. Lebih ke ngeluarin pendapat yang berbeda yang sering bertentangan dengan orangtua
HapusIya karena remaja sudah lebih bisa mengemukakan pendapatnya
HapusMumpung anak masih kecil, mari menciptakan bobding yang baik. Semoga nanti anak anakku kalau beranjak remaja, dewasa masih bisa curhat dengan asik.
BalasHapusMakasih ya mak Chi tips tipsnya, buat bekal aku :)
iya karena bonding gak bisa dibentuk instan. Butuh proses panjang
HapusNah meski anakku masih TK, tapi suka khawatir juga nih soal circle pertemanan. Takut anak nggak bisa sosialisasi, takut anak egois, takut anak malah dibully. Beneran never ending journey of learning ya, mak, punya anak tuh
BalasHapusHarus terus belajar kalau mau jadi orang tua hahaha
HapusAhh, Chi menuliskan isi hatiku juga yang punya anak remaja, kadang gampang2 susah. Buatku menjadikannya sahabat lebih asik deh, kadang tak jadiin assisten juga buat jadi tukang poto hahaaa.
BalasHapusSemoga saja kita bisa menjadi ortu terbaik buat anak2 kita dan selalu dekat dengan mereka. Mkasih loh sharing2nya ..
Untuk usia remaja memang asiknya memposisikan sebagai sahabat. Tetapi, tetap harus menghormati posisi kita sebagai orang tua
HapusWah pas banget ini, bergizi banget bacaan ini buatku, karena anakku yang pra remaja umur 10 tahun ini sudah mulai memasuki fase ini ,dan semua yg di tulis mbak myra ini sudah mulai terasa
BalasHapusUmur 10 tahun juga mula masuk pra-remaja. Anak sekarang cepat gedenya :D
Hapusanakku masih pra remaja.. penting banget memiliki informasi parenting terkait remaja begini, sayang aku missed nih IG live nya
BalasHapusNanti saya coba tulis beberapa, ya :)
Hapusyess, give trust each other, ini etrlihat mudah tapi susah apalgi kalo ingat bahwa dia anak kita ortu, padahal ngadepin anak remaja gak bisa kayak atasan dan bawahan ya
BalasHapusiya, Mbak. Harus mulai kasih kepercayaan ke anak
Hapuswah klo anak anak da remaja, tantangannya beda lagi ya mbak...dan benar banget, saat anak remaja orang tua baiknya bisa berperan jadi teman terbaik anak ya mbak
BalasHapusyup! Tantangan yang bikin jumpalitan :D
HapusJadi bekal aku buat menghadapi masa remajanya nanti nih.
BalasHapusMemang tiap periode umur anak itu punya tantangannya masing-masing.
Buat aku yang punya anak balita, memang lebih ke fisik dan penanaman nilai-nilai.
Usia anak remaja, fokusnya lebih ke emosi. Betul mba, anak remaja memang lebih ingin dimengerti dan didengerin bukan dibantah.
Kasih pengertiannya pun, harus pelan-pelan supaya mereka mau terima.
Aku salut sama mba Chi yang bisa deket terus sama anaknya sampai remaja.
Semoga aku juga bisa jadi orang tua sekaligus teman yang baik buat anak-anak sampai dewasa nanti. Amin
iya, Mbak. Ada fasenya masing-masing. Dengan tantangan yang berbeda-beda pula
HapusTerkadang aku ingin tau juga nih perasaan mamah papahku pas aku dan adikku udah remaja dan dewasa. Pasti berat banget ya mbaaaa ada rasa gejolak juga
BalasHapusMamah saya pernah bilang ketika anak-anaknya masih remaja, terutama yang laki-laki, sampai bikin mamah saya kurus hahaha
HapusSetiap fase tumbuh kembang anak memang berbeda-beda, ya. Dulu waktu kecil ya dramanya sering nangis, susah diajak diem dan sebagainya. Sekarang sudah remaja, beda lagi permasalahannya.
BalasHapusIya, anak remaja memang egonya lagi tinggi-tingginya. Kita sebagai orang tua kadang perlu 'mengalah' mendengarkan mereka berkeluh kesah mengutarakan isi hati.
Soal hati memang gampang-gampang susah. Tapi anak SMP sekarang, pengaruhnya kan banyak ya. Belum lagi kalau bener-bener jatuh cinta, dipaksa jangan cinta ya malah bisa berakibat fatal.
Setuju banget, orang tua memang mengarahkan, semuanya ada di tangan anak. Biar mereka juga belajar tanggungjawab. Kecuali tentang prinsip atau menyangkut adab, anak harus nurut orang tua.
Gak bisa juga kan kita melarang jatuh cinta? Namanya juga perasaan. Tetapi, kita bisa bilang untuk mengontrol hawa nafsu. Jangan sampai cinta buta dan jadi kebablasan
HapusAnak lanangku juga udah beranjak remaja nih. Agak kompleks juga ya PR nya. Kadang suka roaming juga soal komunikasi haha..Thank insightnya mba. Bisa dipraktekkan.. :)
BalasHapusMemang menarik sih kalau ngobrol sama anak muda. Saya juga harus berusaha update dengan perkembangan hehehe
HapusTantangannya emang selalu ada yaaa, walau udah remaja, ini lebih ke gmn anak2 bisa tetap mempraktikkan prinsip yang selama ini udah kita ajarkan di tengah gempuran pergaulan mereka sama org2 asing/ lingkungannya.
BalasHapusAnakku dah 8 thn dan aku jg deg2an cepet banget, nyampek fase usia segini2 :D
yup! Ibaratnya saat masih kecil tuh kita menanam banyak nilai kebaikan ke anak. Nanti pelan-pelan dikasih kepercayaan
HapusSetuju kalo anak-anak udah remaja itu bakal punya banyak waktu me time untuk diri sendiri dan dengan pasangan. Tapi memang makin nambah usia anak, masalah yang muncul bisa beragam. Bonding yang udah dibiasakan sejak anak-anak kecil jadi modal ya mba.
BalasHapusBonding menjadi salah satu modal kuat yang gak bisa diabaikan
HapusNano-nano ya mbak rasanya punya anak-anak yang beranjak remaja. Ngerasa lebih worry pasti, tapi yang penting anak-anaknya diberi kepercayaan ya. Semoga apa yang ditulis di sini bisa jadi bekal aku kelak punya anak.
BalasHapusAamiin. Iya jadi banyak khawatirnya. Tetapi, juga menyenangkan banget punya anak udah pada remaja
HapusSemoga kita diberi kekuatan kesabaran utk mendidik anak2 kita ya mak..Tantangan jaman now bikin kita gak boleh lengah...
BalasHapusaamiin
HapusSaya pun banyak membaca dan belajar tentang bagaimana menghadapi anak remaja ya dari postingan di blog ini. Kelihatannya kok seru banget lihat gimana Keke dan Nai berkomunikasi dengan orangtuanya. PR banget nih bagi saya, yang beberapa tahun lagi bakal menghadapi si sulung yang masuk usia remaja.
BalasHapusRemaja sudah mempunyai dunia sendiri. Kalau mau tetap bisa berkomunikasi dengan anak memang bagusnya dijalin sejak dini
HapusJumpalitan!!!
BalasHapusiya banget, mbak. Kalo anak kecil dimarahin palingan nangis tapi kalo remaja bisa kabur segala, hiii... kudu makin hati-hati ngomongnya
punya anak remaja berarti harus up-to-date bin gaul. Kalo si anak suka main game, kitanya ikutan cek game-nya seperti apa sih kok dia suka. Bukan hanya marah-marah melarang anak bermain game.
Jumpalitan banget, tetapi seru hehehe. Iya anak remaja udah sulit dilarang gitu aja
HapusDuh seru amat sih ini pembahasannyaaa.. Aku ketinggalan kemarin IGlivenyaaa.. huhu. Sekarang aku lagi ada di masa deg degan una bakal masuk ke masa haid pertamanya, doakan aku ya maaaak
BalasHapusNah harus siap-siap deh, ya. Apalagi kalau udah mulai haid. :)
HapusPunya anak remaja memang gimana gitu ya. Susah-susah gampang. Gampangnya karena kita udah gak terlalu ngurusin ini itu. Tapi beratnya, karena pemikiran dan keinginannya yang udah susah diatur-atur. Setuju banget dengan tipsnya. Aku pun hampir sama seperti itu ke dua anak remajaku. Walopun ya, terus belajar aja. Soalnya tiap waktu ada saja hal baru yang ditemui. :D
BalasHapusFisik kita udah gak terlalu capek ngurusin anak. Tetapi, pikiran yang mulai lebih banyak bekerja hahaha
HapusPunya anak remaja itu rasanya kaya naik roller coaster, Mbak Chi hehehe. Di satu sisi emang udah lebih santai, tapi di sisi lain kayanya capek pikiran. Makasih tipsnya, Mbak. Aku PRnya masih di komunikasi karena anakku tertutup banget. Jadi berusaha mencari celah komunikasi yang enak dan efektif di antara kami baiknnya gimana.
BalasHapusKayak Nai, Mbak. Dia juga tertutup anaknya. Saya juga kadang-kadang masih harus cari celah
HapusAnakku dua2nya remaja, Alhamdulillah enak jadi ada teman dan bisa tukeran baju, bisa cerita banyak hal karena mereka deket banget. Gak ada satu pun yang dia rahasiain, bahkan akun sosmed keduanya dikasih tau. Katanya soalnya banyak guru follow juga di akun pertama. Mau posting bercandaan sama teman suka gak enak kalau ada dosen dan guru2 di sekolah lama. Ahaha. Hal2 kecil aja cerita mereka, karena banyak anak yg justru lebih nyaman cerita sama temannya dibanding ibunya, karena sejak awal kurang adanya pendekatan
BalasHapusNah itu lah salah satu yang saya maksud. Kedekatan ini tentunya harus dijalin sejak kecil. Makanya menurut saya bonding itu mahal
HapusNgeri ya mak, Alhamdulillah tiga anakku melewati masa remajanya baik-baik aja. Karena aku atau suamiku punya cara utk selalu komunikasi sm mereka, jd otomatis kalau ada update apapun pasti kita tau. Mereka malah sering nyeritain gimana temennya yg kadang dpt under estimate dr ibunya atau masa bodoh bapaknya. Sedih kan 😢
BalasHapuskomunikasi masih jadi kunci utama ya, Mak
HapusTerkadang aku kangeeeennnn dgn segala kerempongan ketika anak masih bayi/balita.
BalasHapusKarena walopun cranky atau tantrum, balita itu relatif mudah diarahkan.
Kalo remaja?
Yaaaa gitu deh :D Memang ortu dituntut untuk banyak bersabar, selalu mendekatkan diri pd Yang Maha Kuasa, mohon petunjuk dan pertolongan-NYA
Sama, Mbak. Saya seringkali kangen dengan mereka yang masih kecil. Time flies, ya
HapusSetiap masa pertumbuhan anak ada saja hal menakjubkan yg baru diketahui kita sebagai orangtua ya.
BalasHapusDeg-deg an menjadi ibu dr anak remaja beda dgn masa mrk masih anak2.
Dialog sama mereka harus dengan alasan yg kuat.
Beda banget. Ketika anak mulai remaja, kedekatan dan komunikasi semakin diuji
HapusAnakku yang gede juga masuk usia remaja nih mbak, musti pinter pinter ngasih tau/nasehat soalnya anaknya sekarang lebih sensitif...
BalasHapusYup! Karena anak remaja sudah semakin punya pendapat
HapusAku aja pas remaja gak bisa handle diriku sendiri kak #lah
BalasHapusJadi tahu banget betapa pusingnya orang tua di saat anaknya beranjak remaja. Masa transisi sebelum menjadi dewasa.
Nah itu maksud saya. Anak remaja itu biasanya suka merasa udah paling tau segalanya. Padahal sebetulnya masih banyak pelajaran hidup yang harus mereka control. Makanya bisa bikin orang tua jumpalitan ahahahaha
HapusPola pengasuhan di tiap masa perkembangan anak memang mempunyai tantangan masing2 ya.. Trims sudah berbagi ttg pengasuhan anak remaja ini, Chi, insya Allah berguna bagi kita yang baca..
BalasHapusAamiin Allohumma Aamiin
HapusAnakku masih SD dan TK tapi suka kuatir bagaimana menghadapi mereka saat remaja nanti. Itu pun harus dimulai keterbukaan sejak dini ya, mbak. Supaya kita bisa menjadi teman curhat buat mereka.
BalasHapusIya, Mbak. Kedekatan sebaiknya sejak dini
HapusWah senang sekali bisa membaca sharingnya mbak Myra. Iya mbak, kalau masa kanak kanak sudah dilewati bukan berarti tugas ortu udah selesai ya, justru ini adalah tantangan baru lagi. saya juga baru tahu, terntara remaja yang canggung bisa jadi ada masa kanak-kanak yang kurang distimulasi di usia dininya, sehingga ada beberapa aspek perkembangan yang tidak berkembang hingga ke masa remaja. sehingga remaja jadi introvert atau dijauhi teman dianggap tidak bisa atau bodoh. semoga kita bisa mendampingi anak anak dengan baik ya mbak sehingga mereka nyaman berada di dekat kita dan menjadi teman curhatnya
BalasHapusYang saya tau juga begitu. Karakter kita setelah remaja dan selanjutnya ditentukan oleh masa lalu juga
HapusAnak semakin besar, terkesan emang kita jadi lebih nyantai dari segi fisik yah tapi justru malah jadi sering deg-degan sih ehehehe
BalasHapusSetujuuu, penting banget menjaga bonding sama anak supaya bisa tetap dekat dan bisa curhat terus yaaah
Setelah remaja pikiran lebih bekerja hahha
HapusSebetulnya mendidik anak itu yg utama adalah saat mereka kecil kita mau bercape cape berusaha dekat dengan mereka, berusaha memberi yg terbaik saat usia dini nya. Jadi ketika mereka sudah besar kita sdh tidak cape lagi krn sudah bisa saling memahami dan memiliki bounding yg kuat ya..
BalasHapusSetidaknya sudah ada yang bisa 'dipetik' meskipun bukan berarti tanpa masalah
HapusKalo saya memang membangun bonding dan membiasakan utk ngobrol sejak kecil sih, semoga kelak anakku mau share sama aku apapun masalahnya
BalasHapusaamiin
HapusMbak chiiii, makasih banyak nih sudah berbagi pengalamannya dalam hal parenting untuk remaja. Paling suka di part anak anak mbak Chi masih suka berbagi cerita bahkan saat sudah menginjak remaja.
BalasHapusTerima kasih banyak, Mbak
Hapusiya bener Myra. Tantangan pada tiap fase pertumbuhan anak tuh beda-beda ya. Nggak bisa diklaim yang satu lebih berat dari yang lain. PErasaan aku juga semuanya berat sebenarnya jadi ya dinikmati aja akhirnya
BalasHapusSetiap fase selalu ada tantangannya ya, Mbak
HapusTiap tahap usia anak ada tantangan masing-masing ya ternyata. Saya ni masih merasa punya banyak PR pengasuhan sampai jadi nggak PD sendiri deh kadang kadang
BalasHapusSaya pun suka begitu. Apalagi yang diasuh ini manusia bukan robot. Buat saya penting berada dalam circle yang saling mendukung
HapusNamanya hidup sudah pasti punya tantangan yang berbeda. Begitupun punya anak, usia bayi dan remaja nggak bisa dibilang enak-tidak enak, semua pasti ada tantangannya.
BalasHapusApalagi yang sudah remaja, bukan tidak mungkin tantangannya makin berat. Anak sudah banyak mau, kebutuhan sekolah besar, belum soal pertemanan remaja. Orang tua yang kudu pinter mencari tau masalah sekaligus pemecahnya ya Mbak
iya, Mbak. Tetap ada serunya. tetapi, siap juga dengan tantangannya
HapusPunya anak remaja di zaman sekarang pastinya bikin deg degan ya Mba, harus jeli sebagai orang tua. Makasih sharingnya Mba
BalasHapusSama-sama. Pengaruhnya soalnya banyak banget :D
HapusAku kalau ngeliat mbak ipar dan anaknya sama-sama bertumbuh udah jadi teman curhat dan gede, bikin envy mbak Seru gitu. Semoga aku lekas menyusul dapet momongan aamiin. Terima kasih mba, aku jadi belajar banyak.
BalasHapusAamiin Allahumma Aamiin
Hapusorang tua yang bisa dekat dan terbuka ke anak-anak itu keren, lebih keren lagi anak-anak yang bisa jadikan orang tuanya tempat curhat terbaik, duuh istimewa banget ya.
BalasHapustapi memang butuh usaha juga tuk orang tua agar bisa membuat anak nyaman dan bisa selalu terbuka, daripada orang tua jadi yang paling terakhir tahu tentang anak sendiri kan itu nyesak banget ya Mbak :(
duuhh, harus banyak belajar nih, apalagi anak-anakku cowok semua, pengennya sih mereka itu bisa jadikan orang tuanya sebagai tempat ternyaman juga untuk segala hal.
Anak saya ynag cowok justru paling terbuka. Insya Allah, anak cowok juga bisa, kok
HapusI know exactly how you feel mbaa.. . My big boy is at senior high school now so we start having this kind of period. It was fun but challenging as well at the same time
BalasHapusYup! Asik ya Mbak punya anak remaja hehehe
HapusYang paling terasa saat anak-anak remaja adalah kita gak boleh too kepo yaa, kak..
BalasHapusSuka lupa kalau mereka butuh privacy.
Dan aku suka banget penjelasan kak Myra kalau cerita tentang komunikasi kepada Keke dan Nai.
Terimakasih insight nya kak Myra..
ya harus mulai belajar menghargai privacy. Agar anak juga belajar hal yang sama
HapusAku ya sedang mengalami nih masa-masa punya anak remaja. Agak khusus juga karena anakku kan tidak berada di rumah. Ketika konflik terjadi karena hubungan pertemanan, dia tak ada tempat mengadu, selain yaaa dengan teman-temannya juga yang ada di pondok.
BalasHapusTentu menarik juga dan ada perbedaan antara pola asuh remaja yang tinggal bersama orang tua dengan yang di pondok
HapusSemoga kelak anak2ku masih mau cerita apa aja ma aku huhuhu
BalasHapusKrn aku sendiri ngalamin males cerita ma. Semoga saat ini pas mereka masih kecil waktunya memupuk bonding sama anak2.
fyuh kirain masa remaja bisa lbh enak ternyata makin beat tantangannya yaa, semangaaaat
Males cerita biasanya berawal dari ketidaknyamanan. Makanya saya pun berusaha menghargai apa yang anak-anak ceritakan
Hapuswaaa seru banget ini pembahasannya deh soal anak remaja hihihi, ilmu yang bermanfaat banget walaupun aku sendiri belum punya anak ehhehe
BalasHapusAlhamdulillah kalau bermanfaat :)
Hapus