Apakah Istri Harus Bisa Masak? Hmmm ... harus gak, ya?
Akhir-akhir ini, salah seorang sepupu Chi bertanya apakah perempuan ketika
menjadi istri itu harus bisa masak? Masalahnya dia gak bisa masak sama
sekali. Di kosan pun gak pernah masak karena tempatnya gak memungkinkan.
Jadi, dia lebih sering order makanan.
"Tips belajar masak untuk pertama kali tuh belajar bedain bumbu dapur aja
dulu."
Sepupu sempat gak percaya ketika diceritakan Chi gak bisa masak sama
sekali sebelum menikah. Membedakan merica dan ketumbar yang masih
berbentuk butiran aja gak bisa. Makanya Chi kasih tips seperti itu.
Sepupu cerita kalau dia antara pengen dan tidak untuk menikah. Dia enggan
menikah karena takut dapat ibu mertua yang galak. Apalagi dia gak bisa
masak. Dia sering membaca bagaimana nyinyirnya ibu mertua ketika
menantunya gak pandai memasak.
Kali ini, giliran Chi yang ternganga. Sepupu Chi ini termasuk orang yang
super duper cuek, lho. Anaknya selalu kelihatan happy dan easy going. Di
saat banyak teman dan sepupunya udah pada menikah, dia terlihat santai
aja. Gak baperan kalau ditanya 'kapan menikah'. Malah kadang-kadang dia
duluan yang suka mancing-mancing supaya status jomblonya dibecandain.
Bisa jadi penyebabnya karena saat ini dia sedang dekat dengan seseorang
yang kelihatannya serius. Di satu sisi sudah membayangkan indahnya
pernikahan. Tetapi, di sisi lain ngeri sendiri membayangkan kalau sampai
gak akur dengan ibu mertua.
Punya Ibu Mertua yang Luar Biasa Baik
Chi memang pernah beberapa kali membaca atau mendengar cerita tentang
konflik mertua vs menantu. Alhamdulillah, Chi gak mengalami seperti itu.
Almarhumah mamah mertua itu sosok yang luar biasa baik. Sepanjang ingatan,
rasanya Chi belum pernah diomelin sama mertua.
Mamah mertua juga gak pernah ikut campur urusan parenting. Bukan berarti
cuek juga. Malah sering nanya-nanya. Tetapi, selama melihat cucunya bisa
terurus dengan baik, buat mamah udah cukup banget. Gak pernah
menilai-nilai apalagi sampai menghakimi.
Sebagai menantu, Chi bener-bener bisa menjadi diri sendiri. Saat menginap
di rumah mertua, gak pernah berusaha jaim. Misalnya mendadak jadi bangun
pagi dan rajin beberes demi pencitraan. Padahal kalau di rumah sendiri gak
serajin itu. Gak pernah! Pokoknya asik-asik aja hubungannya hehehe.
Cara Supaya Bisa Akur dengan Mertua Meskipun Menantu Gak Bisa Masak
"Anak saya baru umur 7 tahun aja udah bisa nyalain kompor dan goreng
telur sendiri, lho. Masa' ini ada perempuan usianya di atas 20 tahun
menyalakan kompor aja gak berani, Ih! Gak mau deh nanti saya punya menantu
kayak gitu!"
Beberapa hari lalu, Chi membuka salah satu grup di FB. Sebetulnya gak
bergabung, tetapi tetap bisa membaca seluruh isinya karena grupnya open
public.
Ada netizen yang menulis cerita fiksi tentang seseorang yang bisa memasak.
Chi gak baca seluruh captionnya. Lebih seru baca komen-komennya wkwkkw.
Banyak aja yang berpendapat seperti di atas. Bahkan ada beberapa yang
lebih ketus. Nyinyir karena ada sosok yang usianya mendekati 30 tahun,
tetapi menyalakan kompor aja gak bisa. Trus, ngebanding-bandingin sama
anaknya yang udah bisa masak meskipun usianya masih anak-anak.
Kalau baca komen-komennya, pantesan aja sepupu jadi takut untuk menikah.
Pada galak-galak banget komennya hehehe. Chi juga jadi membayangkan
rasanya punya mertua seperti itu.
Konflik melulu sama mertua bisa berpotensi membahayakan pernikahan.
Diskusikan dengan calon suami dan ceritakan apa adanya diri kita
Chi menyarankan untuk menceritakan tentang diri sendiri apa adanya ke calon suami. Ngaku aja kalau memang gak bisa masak. Sebetulnya gak hanya tentang masak-memasak. Apapun baiknya dibicarakan sebelum menikah. Jangan ada dusta di antara kita hehehe.
Tanya juga seperti apa tipe menantu idaman versi mertua. Kalau misalnya
dia bukan termasuk tipe menantu ideal, sikap pasangannya akan bagaimana.
Sikap pasangan itu sangat penting, lho. Tentu bukan berarti kita harus
selalu dibela bila ada konflik dengan mertua. Nanti malah bisa merusak
hubungan mertua dengan anaknya. Malah mungkin mertua akan sakit hati.
Tapi, harapannya adalah pasangan akan bisa menjadi penengah. Tidak selalu
menjadi anak mama dan terus menyalahkan istrinya. Juga gak terlalu membela
istri dan melawan orang tua. Sesuai proporsi aja dan tergantung
masalahnya.
"Teh, kalau misalnya calon Aku gak masalah punya istri yang gak bisa
masak. Tapi, begitu udah menikah trus dia berubah pikiran gimana?"
Menurut Chi, kalau perubahannya secepat itu berarti pasangan sudah
berbohong. Ya kembali ke diri kita masing-masing. Semoga masih bisa
dibicarakan baik-baik dan ambil keputusan bersama yang win-win solution.
Tetapi, bila masing-masing bersikeras, silakan diputuskan apakah
dipertahankan atau enggak. Pernikahan kan bicara jangka panjang. Apa bakal
betah ketemu ketemu perkara yang sama terus-menerus?
Pernikahan Tetap Langgeng Meskipun Gak Bisa Masak
"Gue gak bisa masak. Tetapi, tetap gue yang memastikan menu harian untuk
keluarga. Tetep kasih gizi yang terbaik dengan rasa yang enak, lah.
Salah seorang teman Chi pernah ngomong begitu. Teman Chi yang lain pernah
bilang kalau dia setiap hari order makanan. Dia punya banyak nomor telpon
resto maupun catering. Gak pernah masak sama sekali.
Chi memang punya beberapa teman yang seperti itu. Sudah berumah tangga,
tetapi gak pernah masak sama sekali. Alasannya pun beragam. Ada yang gak
bisa masak hingga punya banyak kesibukan.
Tentu yang mereka lakukan sangan bertolak belakang sama Chi. Tetapi, gak
perlu juga kan menilai-nilai apalagi menghakimi. Gak perlu menasehati
tentang kenikmatan memasak bagi keluarga bila tidak diminta. Apa yang
menjadi standar kenyamanan buat diri sendiri dan keluarga kita, belum
tentu sama bagi orang lain.
Buktinya lagi rumah tangga teman-teman Chi yang pada gak bisa memasak juga
pada langgeng sampai sekarang. Jadi, bisa memasak atau enggak buat Chi
bukan tolok ukur kalau rumah tangga akan bahagia dan langgeng. Semua akan
punya caranya sendiri.
Pernikahan ideal menurut kita belum tentu sama dengan yang lain.
Jangankan dibandingkan dengan teman. Ideal menurut anak belum tentu
menurut orang tua, lho.
Ada suami yang merasa gak masalah istrinya gak bisa masak. Tetapi,
mungkin mertuanya yang gak sreg. Nah, mendingan diobrolin intern, deh.
Sebaiknya memang sebelum menikah.
Usia pernikahan Chi memang baru 17 tahunan. Masih kalah jauh lah
pengalamannya sama yang udah puluhan tahun. Tetapi, yang namanya
pernikahan itu mengelolanya jangka panjang.
Kebayang gak sih gimana gak enaknya kalau setiap hari cuma ribut urusan
bisa masak atau enggak? Itu baru 1 cerita. Sedangkan dalam pernikahan ada
banyak suka duka yang datang silih berganti. Kalau bisa sih banyak
sukanya. Makanya hal-hal seperti ini memang enaknya diomongin sejak awal.
Urusan memasak juga gak harus tugas istri. Adik ipar Chi gak bisa memasak.
Dulu, mereka suka beli makanan. Tetapi, sekarang udah punya asisten rumah
tangga. Adik Chi gak masalah dengan hal ini.
Salah seorang sepupu Chi yang lain bisa memasak. Kemudian, dia menikah
dengan seorang chef. Kalau dari ceritanya, malah suaminya yang selalu
semangat memasak untuk keluarga sekaligus belanja.
Jadi ini gimana kompromi antar pasangan. Bisa aja memsak jadi tugas salah
satu pasangan atau malah keduanya. Bisa juga malah lebih memilih beli
makanan di luar.
Menantu Ideal Bagi Mertua
Gara-gara baca banyak komen tentang standar menantu idaman, Chi jadi
ngebayangin kalau kelak punya mantu bakal jadi mertua kayak apa, ya? Duh!
Mudah-mudahan bisa kayak almh mamah mertua, ya. Akur gitu sama menantu
hehehe.
"Paraaaaah! Bunda Keke memang paraaaah! Setiap hari masaknya enak-enak
melulu!"
Seekspresif gitu kalau Keke udah memuji masakan bundanya. K'Aie juga suka
memuji, tetapi gak seekspresif Keke. Nai malah jauh lebih kalem. Cenderung
diam, tetapi kalau udah makan melulu atau nambahnya berkali-kali berarti
suka banget ma masakan bundanya.
Chi memang senang banget kalau udah dipuji ma suami dan anak-anak.
Jangankan dipuji, lihat mereka lahap makannya aja udah seneng.
Tapi, kayaknya Chi gak akan membuat standar kelak kalau punya menantu
perempuan harus bisa masak, deh. Ya gimana mau bikin standar kayak gitu.
Dulu aja Chi gak bisa masak sama sekali.
Kalaupun Chi sekarang jadi bisa dan suka masak bukan karena paksaan, lho.
Tetapi, memang kepengen belajar masak. Waktu itu ngebayangin kayaknya
seneng aja kalau suami dan anak-anak mau dan suka dengan masakan yang Chi
buat. Sejak itu deh mulai belajar masak.
Memang belum secara detil membayangkan seperti apa calon menantu yang
ideal. Keke dan Nai aja masih remaja. Masih jauh, lah hehehe. Tetapi, ya
standarnya asal mereka bahagia dengan pilihannya.
Bukan berarti sebagai mertua gak boleh punya standar begini-begitu untuk
calon menantu, lho. Boleh banget kok menginginkan calon menantu yang bisa
masak. Tetapi, kalau sampai 'mengamit-amitkan' orang lain yang gak sesuai
standar kayaknya gimana gitu, ya.
Kalaupun memang ada syarat yang saklek untuk calon menantu, mendingan
omongin ke anak sendiri. Bilang aja secara jelas pengennya punya mantu
kayak apa.
Kalau anaknya menurut tentu akan mencari yang sesuai dengan standar orang
tuanya. Tetapi, cinta 'kan kerap kali jadi misteri. Bisa jadi si anak akan
jatuh cinta dengan seseorang yang di luar kriteria orang
tuanya.
Sebagai orang tua akan bersikap seperti apa bila kenyataannya seperti
itu? Menurut Chi harus dibicarakan kekeluargaan. Jangan di depan anaknya
kayak menyetujui. Tetapi, sebetulnya gak suka sama menantunya.
Jadi gimana gimana? Udah siap jadi mertua yang disayang menantu? 😂
42 Comments
Sebenarnya yang lebih bikin gundah saat belum bisa masak itu urusan mertua, ya. Setuju sih sebaiknya fokus cari cara berkomunikasi dengan mertua aja sambil jalan belajar masak.
ReplyDeleteYa mungkin kegundahan mertua saat tau menantunya gak bisa masak tuh karena khawatir anaknya jadi gak terurus urusan makan. Ya memang bagusnya dikomunikasikan aja. Kalaupun punya menantu tetap gak masak, asalkan keluarganya bahagia kan gak masalah seharusnya
Deleteaq nih menantu yang gak bisa masak dan untungnya mertua gak pernah komplen karena mertua pun gak jago masak, hahaha
ReplyDeletePasti tetap akur kan ya kalau begini hahaha
DeleteYa memang sih seorang isteri ga wajib bisa masak. Tapi menurutku sih, idealnya dan bagusnya harus bisa lah. Meskipun masak ala kadarnya ga istimewa yang penting ada niat ya masuk ke dapur bikin apa kek. Pasti suami dan anak2 behagia dan menghargainya. Kalau order mulu tiap hari mah pusing juga keles hahahah :) Kepengen punya menantu nanti yang bisa masak tapi ga mesti yang gimana2 sewajarnya aja :)
ReplyDeletePenilaian ideal atau enggak bisa beda bagi masing-masing orang. Buat Mbak Nurul, istri yang ideal mungkin yang bisa masak. Meskipun hanya ala kadarnya. Karena dianggap bisa bikin suami dan anak bahagia.
DeleteSaya pun termasuk yang pusing kalau tiap hari harus order makanan. Makanan memilih masak sendiri.
Tetapi, saya juga memiliki beberapa teman yang sampai saat ini memilih tidak memasak. Ada yang punya catering langganan. Ada juga yang terus order makanan di resto berbeda-beda.
Usia pernikahan mereka ada beberapa yang lebih dari saya. Dan kelihatannya langgeng aja, sih. Mereka tetap kelihatan bahagia.
Waktu pertama kali jadi istri gak bisa masak juga gpp kok, tapi lama-lama juga bisa kalau menurut aku hehehe.
ReplyDeleteAlhamdulillah mama mertuanya baik & ngajarin masak juga ya & gak suka marah. Dari awal sebelum nikah bener banget mending ngaku lagian kan harus jujur ya
Saya termasuk yang awalnya gak bisa. Trus, lama-lama malah jadi hobi hihihi. Kalau buat saya sih poinnya jangan sampai dijadikan beban. Harus ada kompromi sama pasangan. Dan gak usah saling julid antara menantu dan mertua :D
DeleteTos dulu kita mbak, aku pun masaknya yang gampang-gampang tapi semenjak menjadi istri dan ibu jadi lebih rajin belajar masak. Apalagi waktu menyiapkan MPASI dan pas pandemi gini, mau gak mau masak di rumah lebih sering deh.
ReplyDeleteToss! Berarti kan atas kemauan sendiri ya. Kalau begini memang lebih asik. Belajarnya bukan karena tekanan batin hehehe
DeleteBisa masak itu ga cuma buat istri tapi para laki-laki juga kudu bisa masak hahaha ini komen emak2 julid juga 😆😆😆
ReplyDeletewkwkw sepakat! Waktu saya baru menikah, justru suami yang lebih dulu bisa masak
DeleteKalau aku yang dulu, pasti jawab Istri kudu bisa masak. Aku yang sekarang, kayanya suami deh yang harus bisa masak, minimal yang simpel kaya rebus mie. Kaya Mbak Myra, pas jadi istri akhirnya belajar masak juga kan meski awalnya gak bisa
ReplyDeletewkwkwk jadi gak masalah ya siapa yang bisa masak. Iya, tapi saya juga belajar masak karena keinginan dari diri sendiri. Bukan karena dipaksa
DeleteAduh saya kok jadi inget waktu aku pertama kali masak barengan sama ibu mertua. waktu itu aku disuruh masak ampela ayam. aku rebus aja langsung. suamiku langsung melotot sambil ketawa ngakak. ternyata ampela itu harus dibersihkan dulu isinya ya, gak direbus gitu aja. akhirnya suamiku yang masak deh untung bu mertua gak taau hahaha
ReplyDeletebte menurutku sih enggak harus tapi perlu tahu teknik memasak aja kali ya dan ngerti bumbu bumbu dapur, jangan sampai kelatan bodoh banget di depan suami dan mertua hihihi
Wkwkwk ... tetapi, seringkali kesalahan-kesalahan memasak gitu dibikin ketawa aja. Namanya juga belajar. Iya memang kadang-kadang ada ego kita yang gak pengen terlihat bodoh :D
DeleteAku lebih belajar masak banyak malah ke suami. Mulai dari hal sepele misalnya milih telur yang baik, mana sayur yang apik dll. Padahal sudah pernah dlu sblm nikah ya masak tapi emang setelah nikah makin rajin masak
ReplyDeletePertama kali saya belajar masak juga diajarin suami. Pengen bisa masak sayur kacang merah kesukaannya. Jadi syaa tanya-tanya ke dia hehehe
DeleteSetuju banget, bisa atau nggak bisa masak bukan tolak ukur rumah tangga bahagia. Aku dulu nggak bisa masak sama sekali, nikahpun gitu. Nggak ada modal masak wkwkwk. Jadi tiap minggu kerjaanya telpon ibu tanya resep ini itu, saya catat. Praktekin deh..
ReplyDeleteYup! Saya juga kadang-kadang suka tanya ke mamah
DeleteKemampuan memasakku belum meningkat juga nih Mbak, jadinya ya berusaha sebisanya, kadang katering juga kalau memang nggak sanggup masak hari itu..dibawa santai saja lah
ReplyDeleteAsik kan ya kalau dibawa santai. Apalagi kalau semua anggota keluarga termasuk mertua juga mau mengerti
Deleteduu baca kalimat sudah siap jadi mertua yang disayang menantu? jadi mikir nih hihi, walau emaknya gak sempurna tapi tetep berharap anak cowoknya dapat istri yang lebih baik dari emaknya, termasuk dalam hal masak, hehe
ReplyDeletekalau gak bisa bisa belajar, kaya saya yang awalnya gak bisa msak sama sekali ^_^
gak harus jag banget, minimal masak air harus bisa
Biasanya orang tua seperti itu karena berharap kehidupan anak tetap baik setelah menikah.
DeleteAduh, Keke bisa aja nih. Bahagia banget pasti ya, Mbak, dipuji masakannya sama anggota keluarga. Lha, saya juga dulu nggak bisa masak sama sekali. Masuk dapur aja cuma kalau mau minum. Hahaha. Lalu sebelum menikah, ditanya dong sama calon Papah mertua, "Kamu bisa masak?". Duh, Papahnya lho ini yang nanya, bukan Mamahnya. Sungguh unpredictable. Tapi ya sudah jawab jujur saja, sih. "Bisa, masak air sama mi instan." Hahahaha. Sekarang alhamdulillah sudah bisa masak yang bening-bening. Wkwkwk.
ReplyDeleteTapi, papah mertua nanyanya sambil santai, kan? Gak apa-apa sih kalau santuy. Saya cuma gregetan aja kalau sampai ada yang 'mengamit-amitkan' atau julid banget sama menantu yang gak bisa masak. Lha kenapa direstui kalau begitu?
DeleteAku juga ga jago jago banget masak, alhamdulillah mertua cewek ngga cerewet sama sekaliii.. hihi. tapi teteplah ya pengen jago masak biar nambah nilai plus plus yaaaaa.. hehe
ReplyDeleteAlhamdulillah. Saya pun begitu. Mertua gak pernah masalahin waktu saya belum bisa masak sama sekali. Kalaupun sekarang bisa karena memang saya pengen belajar
DeleteKondisional sih ya mba kayaknya ini. Intinya sesuai passion aja. Kalau mmg passionnya bkn masak ya susah. Hihi. Jd mmg komunikasi adk koenjti.
ReplyDeleteTp namanya berumah tangga. Kadang walau awalnya gak bs masak ujung2nya bisa. Krn cewek ini udah insting suka memuaskan anggota keluarga. N faktor ekonomi jg berbicara ttg skill kepepet masak.
Yup! Komunikasi yang baik menjadi kunci. Kalau faktor ekonomi juga relatif, sih. Bagi saya, kalau harus jajan terus memang sayang banget uangnya. Tapi, orang lain belum tentu juga. Kita kan juga gak tau ekonomi masing-masing orang
DeleteAku jadi malu, kak Chi nulis begini.
ReplyDeleteRasanya pengen nyusruk deeh...karena inget banget, jaman dulu belum dapet "anak"nya si mama (mertua), aku sempet unjuk gigi loo...masak di rumah calon mertua, kala itu.
Begitu menikah, alhamdulillah nya mama gak pernah protes kalau aku mager.
Heuheu....terharu akutu...
Itulah kenapa saya cinta banget dengan mamah mertua. Luar biasa baik. Kalau saya lagi mageran juga gak protes. Malah almarhumah yang suka ajak jajan wkwkwk
DeleteHmm..berhubung anakku perempuan..kayaknya bakal aku ajarin masak deh meskipun yang simpel2 gituh..hehe..Biar kelak dia bisa juga masak untuk keluarganya... Nah kalo anak lakik..ya tetep aku ajarin juga deh...Mantuku nanti aku tanyai juga bisa masak apa aja nih.. haha
ReplyDeleteAsal jangan galak-galak ya hahaha
DeleteHhahaaa..sekarang pertanyaannya, Udah siap jadi mertua yang disayang menantu? Duh bentar lagi bakan punya mantuu eehh..
ReplyDeleteBuatku sebenernya bukan suatu kewajiban untuk bisa masak, tapi jaman now bisa kreatif dan banyak banget info soal resep masakan tinggal gugling asalkan ada kemauan. Ga ada yang ga bisa, yang ada hanya malas aja, hihii.
Setuju untuk yang resep. Sekarang bertebaran banget resep masak. Bahkan peralatan masak pun semakin banyak yang canggih. Mendukung masyarakat yang hanya punya sedikit waktu untuk memasak.
DeleteTetapi, kalau gak bisa masak karena malas mungkin belum tentu juga ya, Teh. Bisa jadi karena alasan lain :)
Aku pikir istri juga nggak papa nggak bisa masak, dulu. Tapi skrang setelah menikah dan punya anak aku jadi sadar kalau istri emang harus punya skill masak walau nggak pinter pinter banget. Karena kalau nggak bisa masak, kita sendiri yang repottt mba. Bingung mau ngasih makan suami sama anak apa, masa jajan terus.
ReplyDeleteSaya pribadi akan berpikir yang sama tentang jajan terus. Pengennya sih suami dan anak lebih sering masak buatan saya. Makanya, saya berusaha belajar masak.
DeleteTetapi, bagi saya kondisi ini gak bisa disamakan untuk setiap orang. Contohnya nih ada seleb yang gak bisa mengupas salak bagi kita mungkin aneh. Tapi, kan kelihatannya rumah tangganya baik-baik aja. Suaminya malah ketawa-tawa hehehe. Jadi kalaupun ada istri yang gak bisa memasak mungkin sebetulnya gak masalah bagi rumah tangga orang lain.
Dan poin saya di artikel ini sebetulnya gak apa-apa punya standar. Tetapi, ketika ada orang lain yang gak sesuai standar kita jangan sampai dijulidin banget. Aoalagi sampai 'diamit-amitkan' :)
Aku gak bisa masak, tapi tetep belajar. Apalagi zaman sekarang mau belajar masak itu mudah bisa cek resep di youtube atau platform media lainnya. Aku rasa zaman now mau bisa masak atau nggak gak begitu berpengaruh kecuali memang mertuanya punya standar tinggi.
ReplyDeleteGak apa-apa juga kalau memang mertua punya standar tinggi. Tetapi, menurut saya memang hatrus dikomunikasikan di awal. Jadi saling tau untuk cari solusinya. Meminimalisir konflik juga setelah menikah
DeleteEntah knp kemaren tiba2 anak sulung saya ngomong, kayaknya sekarang susah ya cari istri yang bisa masak. Kata saya, kamu cari istri apa chef :D
ReplyDeletehihihi itulah salah satu poin pemikiran saya untuk tulisan ini. Ya gak apa-apa juga sih kalau memang punya standar pengen istri bisa masak. Tetapi, jangan sampai memaksakan. Nanti malah jadi prahara rumah tangga
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^