Mengajarkan Nai Tentang Pembagian

By Keke Naima - مارس 26, 2014

Mengajarkan Nai Tentang Pembagian - Memasuki semester kedua di kelas dua ini, Nai mulai belajar tentang pembagian. Sebelum belajar tentang pembagian, tentu aja Nai harus belajar perkalian. Alhamdulillah, gak terlalu sulit mengajarkannya perkalian selama dia gak terburu-buru.

Ketika memasuki pelajaran pembagian, Nai mulai mengalami kesulitan. Terutama kalau angka yang harus dibagi sudah ratusan. Misalnya, 153 : 3 = ...

Mengajarkan pembagian ke Nai dengan cara tahapan-tahapan konvensional, bikin dia tambah bingung. Cara yang tepat adalah dengan bercerita. Nai yang gaya belajarnya lebih ke visual dan bercerita memang lebih mudah menangkap sesuatu dengan cara bercerita. Biar, gampang jelasinnya, Chi kasih contohnya, ya..

153 : 3 = ...

Penyelesaian : Ada 1 orang penumpang, ingin naik kereta. Tapi, menurut peraturan, kereta baru bisa jalan minimal kalau ada 3 orang yang naik. Setelah ditunggu, terkumpulah 15 penumpang. 1 gerbong hanya boleh diisi 3 penumpang, kalau ada 15 orang yang naik berarti butuh 5 gerbong kereta.

Setelah kereta pertama jalan, kemudian datang 3 penumpang lagi. Karena jumlahnya sudah ada 3 orang, maka kereta kedua pun bisa langsung jalan dengan 1 gerbong saja.

Jadi, 153 : 3 = 51

Buat Nai, cara bercerita seperti itu memudahkannya untuk belajar pembagian. Malah kalau dia lagi seru, suka ditambahin berbagai dialog seperti layaknya sebuah cerita, misalnya "Aku ikuuuuttt!" atau "Ya, terpaksa menunggu, deh."

Kadang, Chi dan Nai bercerita bersama. Tapi, kadang Nai ngoceh-ngoceh sendiri dengan ceritanya. Gak apa-apa juga, sih, biar gimana kalau di sekolah kan dia gak bakal dibantu sama Chi. Harus ngerjain sendiri.

Cara ini berlaku untuk Nai. Kalau untuk Keke beda lagi. Chi ngajarin biasa aja, mengajari tahapan-tahapan pembagian seperti umumnya. Ya, setiap anak kan memang berbeda-beda gaya belajarnya. Bahkan untuk kakak-adik sekandung pun gaya belajarnya berbeda-beda :)

  • Share:

You Might Also Like

15 التعليقات

  1. Waduuuh... aku gak bisa pembagian, Mak (matematika), harus pake kalkulator. Otakku ini kanan banget :D Panggil Mak Myra aja deh hihihi....

    ردحذف
  2. ini kudu diinget-inget, kelak ajarin Athar..
    Jadi emak, emang kudu pintar2 bikin cerita analogi, ya, untuk ajarin anak.. ^.^

    ردحذف
  3. kalo saya, matematika ayahnya yg turun mak... saya KO kalau pelajaran eksak hehehe...

    ردحذف
    الردود
    1. Wah, kalau saya harus nunggu ayah anak2 bisa2 mereka gak belajar. Karena ayah anak2 pulangnya malam :D

      حذف
  4. Wah.. Hebat sekali contohnya mbak.. Mudah memahami kalo dengan cerita seperti kereta diatas.. :)
    Layak untuk dicontoh.. :)

    ردحذف
  5. oo iya yaa..tiap anak pasti beda metode belajarnya...dengan metode yang berbeda tapi kalo akhirnya anak bisa ngerti kan kitanya sebage orang tua jadi lega ;))

    ردحذف
    الردود
    1. iya, Mbak. Kalau bisa sih jangan paksakan anak untuk belajar yang bukan dengan metodenya :)

      حذف
  6. wah repot juga ya mbak kl hrs pake cerita2 gitu, sebab saya juga kurang mudeng dg cerita yg mbak Myra ceritakan ke Nai, hihii makloom rada lola, hihii.. tp bagus juga sih ya kl anaknya langsung seneng diajarin begitu, jd emaknya ga ikutan pusing nyari cara yg pas :D

    ردحذف
    الردود
    1. sebagai orang tua, demi anak, repot sendiir gak apa2 lah. Malah saya pikir kalau memaksakan dengan metode lain yang bukan tipenya, syaa kana lebih repot lagi karena harus memaksa dia untuk paham :)

      حذف
  7. wah,,,seru juga cara belajarnya nai,,,bisa dicontoh ini ya mak,,

    ردحذف
  8. Saya yang baca tipe cerita malah gak paham, Teh. Ahahaha

    Logikanya Nai yahuuud. Kek Bundanya.

    ردحذف
    الردود
    1. hahah mungkin tergantung gimana cara belajarnya, Dah :)

      حذف

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^