Berkomunikasi dengan Remaja - Ibu vs Google

By Keke Naima - May 13, 2019

Berkomunikasi dengan remaja itu unik! Bahkan jadinya seperti Ibu vs Google ketika berkomunikasi dengan mereka. Kok, bisa? Berikut salah satu contoh komunikasi antara Chi dengan anak yang baru aja terjadi beberapa hari yang lalu.

Bunda: "Adek mandiiiii!"
Nai: "Iya nanti, Bun."
Bunda: "Kapan? Ini udah sore."
Keke: "Tuh, Nai! Sana mandi!."
Bunda: "Keke juga tumben belum mandi, nih!"
Keke: "Malam aja, Bun."
Bunda: "Eh, ga ada mandi malam. Gak sehat."
Keke: "Kalau gitu besok pagi aja. Katanya mandi pagi sehat."
Nai: "Nah, setuju hehehe."
Keke: "Bun, Keke tadi Googling, katanya mandi malam itu gak apa-apa."

Kejadiannya beberapa hari yang lalu saat anak-anak lagi libur. Bukan mau membahas tentang kenapa mereka malas mandi, tetapi coba deh perhatikan jawaban Keke dan Nai. Ada aja alasan supaya gak cepat-cepat mandi. Bahkan di akhir pembicaraan, Keke bilang udah googling tentang mandi malam.

Iya, dia memang beneran Googling. Chi pun jadi ikutan mencari tahu. Ternyata ada 2 perbedaan pendapat. Ada beberapa artikel yang menulis kalau mandi malam berbahaya. Tetapi, ada pula yang berpendapat sebaliknya. Menarik, kan? 

berkomunikasi dengan remaja

"Gak boleh mandi malam, nanti reumatik!"

Dulu, Chi sering dikasih tau seperti itu oleh orang tua atau orang dewasa lainnya. Chi sih nurut aja. Gak tau juga mau membantah dengan cara apa. Dulu kan belum ada Google. Media juga terbatas banget. Channel tv aja cuma TVRI. Trus, mau cari info pembanding dari mana? Buku pintar yang tebal itu? Udah malas duluan buat buka-buka halamannya. 😅

Akhirnya menurut aja. Pokoknya apa yang orang tua bilang anggapannya udah pasti benar. Gitu aja, deh. Daripada coba-coba, trus kena reumatik? Padahal ya dulu Chi gak tau kayak apa penyakit reumatik. Tetapi, udah ngebayangin yang serem aja.

Etapi, bukan berarti Chi menyalahkan sikap orang tua zaman dulu, ya. Enggak gitu juga. Maksudnya, dulu kita menurut karena bisa jadi gak punya sesuatu untuk dibandingkan. Jadi gimana mau dibantah?

Bukan berarti pula sikap anak-anak sekarang yang lebih berani berpendapat itu kurang ajar. Kalau urusan itu sih gimana cara menyampaikannya. Selama masih dalam batas wajar ya gak apa-apa berani menyampaikan pendapat.

[Silakan baca: Begini Cara Berkomunikasi dengan Remaja]

"Pokok nurut aja apa kata orang tua."

Dulu, kata-kata ini termasuk yang ampuh buat Chi. Kalau orang tua udah ngomong begitu artinya diskusi selesai hehehe. Sekarang pun kadang-kadang Chi juga mengeluarkan kalimat pamungkas seperti itu. Tetapi, untuk kondisi tertentu aja.

Ada kalanya kami memang harus tega sama anak. Lebih tepatnya tegas. Tetapi, ada kalanya pula kami memberikan mereka ruang untuk berkomunikasi. Contohnya seperti komunikasi yang Chi tulis di awal postingan ini.

Kesannya memang kayak main-main. Memang iya kami ngobrolnya juga sambil becanda. Tetapi, tetap aja harus dijelaskan. Meskipun gak selalu harus langsung saat itu juga.

[Silakan baca: Debat Kusir dengan Anak? Bikin Cape]

Contoh lainnya yang juga baru aja terjadi adalah ketika membahas tentang PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) online sama Keke. Dia membaca beberapa artikel yang terkait tentang PPDB online. Dengan nada yang ceria, dia bilang kalau PPDB tahun ini penilaian utamanya adalah zonasi.


Keke senang karena kalau sampai PPDB DKI pakai sistem zonasi seperti daerah lain, jadi ada keuntungan. Sekolah yang akan dipilih kan cukup dekat dengan sekolah. Poin dari lokasi bisa lumayan kalau pakai sistem zonasi. Tetapi, Chi juga kasih lihat artikel di salah satu portal berita tentang PPDB DKI yang katanya tetap menggunakan sistem kompetisi. 

Apakah sistem PPDB DKI tahun ini masih akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya atau berubah menjadi zonasi? Chi pribadi berharap masih tetap sama. Kalau di WAG orang tua murid udah mulai ramai membahas tentang ini. Tetapi, karena masih simpang-siur, Chi memilih menyimak aja. Mendingan tunggu nanti dibuka pendaftarannya.

Kembali ke pembahasan tentang PPDB bersama Keke. Chi tetap meminta dia untuk jangan terlalu santai menghadapi UNBK. Segala kemungkinan masih bisa terjadi. Tetapi ya gitu, deh. Kalau ngomong sama anak memang harus ada penjelasan yang masuk akal. Agak susah kalau sekadar diminta menurut tanpa ada penjelasan.

Berkomunikasi dengan remaja memang kadang-kadang jadi bikin Chi merasa seperti berhadapan dengan Google. Kadang-kadang harus cari tau dulu apa yang mau dibahas. Makanya memang kalau bisa jangan sampai kudet.

Melarang Keke dan Nai untuk tidak mengenal dunia internet juga buat kami bukanlah solusi. Dilarang di rumah, belum tentu di luar mereka tidak mengenal internet. Apalagi sekarang apa-apa serba digital.

Jadi paling kami lebih memilih mengontrol. Selalu mengingatkan kalau dunia internet ibarat dua sisi mata pisau. Bisa sangat menguntungkan, tetapi juga bisa sangat berbahaya. Salah satu yang sering kami lakukan adalah dengan berdiskusi.

Berkomunikasi dengan remaja di setiap zaman mungkin bisa berbeda-beda. Bagaimana dengan teman-teman? Pernahkah berhadapan degan Google ketika berkomunikasi dengan anak?

[Silakan baca: Tentang Remaja dan Trend]

  • Share:

You Might Also Like

25 comments

  1. Jaman sekarang mah, apa2 langsung searching mbah google, harus hati-hati kalo bicara sama anak jaman now bun hehe

    ReplyDelete
  2. Wah, kalau PPDB pakai zonasi, kayaknya nanti anakku susah dapetnya huhuhu. Sekolah yg dituju jauh euy. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang malah pakai seleksi umur gara-gara pandemi :(

      Delete
  3. Aku lagi menuju fase ini nih, Shakila mulai beranjak remaja jadi kalau menjelaskan apa2 kudu bener, simple dan jelas bagi dia hehehe degdegan juga sih takut salah ngomong atau jelasin sesuatu hal ke dia.

    ReplyDelete
  4. Ngadepin anak remaja zaman sekarang tentunya tidak bisa dibandingkan dengan kita kala masih remaja, ada perbedaan mendasar menyangkut perubahan zaman. Cara berkomunikasi dengan mereka lebih menantang, mereka hidup dengan kemudahan digital kala segala arus informasi mengalir deras. Mereka lebih kritis dalam bersikap. Yang penting tetap bimbing mereka agar bisa punya pondasi yang kuat untuk hidup sebagai insan bahagia yang tetap mampu menjaga etika. Lelah dengan berita tentang sebsgian remaja yang terjebak dalam situasi krisis moral.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena informasi yang masuk ke mereka dari mana-mana

      Delete
  5. Anak remaja memang lebih banyak berdiskusi ya mbak, jadi seperti sahabat yang bisa saling tukar pikiran terhadap suatu masalah. Semoga nanti bisa juga bisa bersahabat dengan anak-anakku mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Mbak. Kalau sama remaja sebaiknya banyak diskusi

      Delete
  6. aku sebaliknya sih mba chi, posisinya aku sebagai remaja kemarin hehehe jadi kalo orangtua ngomong "jangan duduk di pintu nanti pacarmu kawin sama orang lain" tetap aku turutin tapi sambil aku jelasin kata mba google hahahaha ...

    ReplyDelete
  7. Anak remaja sekarang tentu lebih luas wawasannya dibanding jaman kita kecil ya mbak. Anak-anakku juga gitu sih, kalo ada sesuatu yang saya sampaikan kadang jadi diskusi. Saya bilangnya diskusi karena memang mereka suka membandingkan dengan artikel di Google. Itu yang jadi seorang ibu harus bersahabat dengan google, dari pada melarang anak internetan malah kita nggak bisa ikut memantau. Ntar nanya sama temannya yang juga nggak tahu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oleh karenanya orang tua juga sebaiknya jangan gaptek

      Delete
  8. Kalau nonton drama Jepang, para orang Jepang ini juga mandinya malem.
    O-furu shite..?
    Dan paginya malah hanya cuci muka dan sikat gigi aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya mungkin karena beda budaya kali ya, Mbak. Di kita masih sempet buat mandi pagi hehehe

      Delete
  9. Ya mbak tiap zaman beda karakter anak yaaa. Aku jg lg bersiap2 nih menyongsong anak2 tumbu jd remaja. Aku pikir kaalau anak dah gede udah enakan, ternyata lbh kompleks dan kita kudu lbh siap mendampingi haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu, semakin gede justru semakin kompleks. Tetapi, seru juga sebetulnya

      Delete
  10. Tega sama anak sebenarnya bukan dalam artian menyiksa anak ya Mbak
    Tapi lebih kepada mendidik mental dan psikisnya agar lebih baik.

    Saya pun suka tega biarin anak suap sendiri. Kadang dianggap tega sama mbah-nya

    Ntah gimana kalau Salfa remaja kelak. Soalnya ada sepupunya sudah SMA tapi underwear-nya masih dicucikan ibunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup! Tetapi, kadang-kadang masih ada yang menganggap begitu

      Delete
  11. Hahahaa....ini kejadian juga kalau aku bicara dengan sulungku. Apa2 kalau nggak ada penjelasan yang bisa ditelusuri via google pasti akan ditanya terus deh. Hadewww... ibunya harus lebih menguasai materi berarti yaa :))

    ReplyDelete
  12. Toss duluu mba.. aku pun sudah masuk fase ini, di mana Bo et Obi kritisnya luar biasa, apalagi dengan perbedaan budaya yg kerap mereka alami dengan kondisi kami yang pindah2 negara terus. Harus sabar memang.. tapi seruuu

    ReplyDelete
  13. jaman sekarang anak-anak memang sudah tumbuh dgn sendirinya untuk mencari tau berbagai informasi sekaligus recek kebenarannya dari google. Tapi aku sering juga bilang sambil bercanda ke anak anak kalau percaya ya sama Allah aja jangan sama google. maksudnya biar bisa sharing di rumah hahaa

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^