Jangan Takut Berbagi, Sebuah Pesan dari Papah

By Keke Naima - May 16, 2019

"Papah sehat, Chi?"
"Alhamdulillah, papah sehat, Tante."
"Kalau papah Chi mah masih kerja, ya."
"Iya."

Masih sangat teringat dengan jelas obrolan Chi dengan tante K'Aie saat kami bersilaturahmi ke rumah om dan tante K'Aie di Bandung (27/4). Saat itu kami baru saja selesai menemani Keke ke acara perpisahan kelas yang diadakan di Clove Garden Hotel.

K'Aie mengajak kami untuk bersilaturahmi ke rumah om dan tantenya sebelum menginap di rumah keluarga saya. Rencananya, keesokan harinya kami akan berziarah ke makam almarhumah mamah K'Aie. Setelah itu, kami balik ke Jakarta.


Berita yang Sangat Mengejutkan


Baru saja beberapa menit kami pamit ke om dan tante K'Aie, telpon Chi berbunyi. Ketika diangkat, suara mamah terdengar menangis sambil jejeritan.

"Ya, Mah."
"CHIIII! PAPAH PINGSAAAAAN!"
"Hah? Kok, bisa?"
"MAMAH GAK TAU. LAGI NGOBROL SAMA MAMAH, TAU-TAU PAPAH PINGSAN."
"Adhi mana?"
"Adhi lagi di Jambi. Rencananya pulang malam ini. Mungkin dia lagi di pesawat."
"Ya udah, tutup dulu telponnya. Chi pulang sekarang juga!"

Dengan gemetar, Chi nelpon mamang (paman), mengabarkan batal menginap di Bandung. Chi pun menelpon Cepi, tukang yang pernah merenovasi rumah mamah-papah, untuk melihat keadaan papah. Chi menghubungi Adhi gak bisa. Di WA cuma centang satu. Ya, sepertinya dia memang masih di pesawat.

Papah udah gak ada ...

Rasanya semua berjalan dengan sangat cepat. Tante K'Aie baru aja menanyakan keadaan papah dan Chi bilang sehat. Selang beberapa menit, dapat kabar kalau papah pingsan. Beberapa menit kemudian, dikabarkan papah udah gak ada.

Ini beneran? Ini nyata atau mimpi? Rasanya masih susah dicerna di otak. Chi berharap mamah hanya panik jadinya salah memberi kabar. Sepanjang perjalanan kadang-kadang Chi menangis, tetapi kadang-kadang diam bahkan masih bisa ngobrol dengan beberapa teman yang langsung menanyakan kabar via telpon.

Ah, Teh, yang bener.

WA masuk dari Adhi. Adik paling kecil yang baru aja landing. Belum juga Chi selesai mengetik jawaban, Adhi udah telpon. Mendengar Chi hanya bisa menangis, Adhi pun menutup telponnya. Dia sudah tau arti tangisan kakaknya.

Chi masih terus menepis pikiran kalau papah sudah gak ada. Chi berharap papah hanya pingsan. Papah hanya sakit. Tetapi, harapan itu pupus setelah Chi menelpon Keke dan memastikan kalau abahnya sudah gak ada. Innalillahi wa innailaihi roji'uun.

Selesai acara perpisahan, Keke memang memilih ikut pulang ke Jakarta bersama rombongan. Di tengah perjalanan, Chi menelpon Keke untuk jangan pulang ke rumah. Chi bilang kalau abahnya pingsan. Jadi, pulang ke rumah abah dan mamah aja.

Untung bukan Chi yang menyetir mobil. K'aie tetap mampu mengendarai mobil dengan tenang. Alhamdulillah perjalanan Bandung-Bekasi sangat lancar. Hanya sekitar 3 jam.

Rumah sudah sangat ramai ketika kami datang. Melihat papah yang seperti sedang tertidur nyenyak, rasanya langsung lemas. Tetapi, Chi gak bisa memeluk karena papah sudah dimandikan.

Setelah suasana mulai sedikit tenang, Chi pun bertanya kronologisnya. Menurut cerita mamah, usai sholat Maghrib, papah hanya bergeser sedikit posisinya untuk berdoa. Saat sedang berdoa, mamah menepuk bahu papah.

"Mau makan, Pah?"
"Masih kenyang, Mah."
"Ya udah, nanti makan sopnya aja kalau masih kenyang. Gak usah pakai nasi."

Setelah mamah ngomong gitu, papah pun bersujud. Mamah sempat berpikir, papah sujud untuk mengakhiri doa. Tetapi, karena agak lama, mamah pun kembali menepuk bahu papah.

"Pah, kenapa? Pusing, ya?"

Papah gak menjawab. Berkali-kali ditanya mamah, tetap gak menjawab. Ketika dibalik posisinya sama mamah, papah seperti orang tidur. Mamah tepok pipinya, dibuka mulutnya, tetapi papah tetap gak bangun. Mamah pun mulai panik.

Mamah ke luar rumah, tetapi suasana sangat sepi karena maghrib. Minta tolong ke pos satpam dan tetangga. Tidak berapa lama, banyak pertolongan datang ke rumah. Termasuk dari para jamaah masjid yang baru saja selesai sholat. Ada 2 dokter juga yang menolong.

Papah gak pernah bangun lagi. Papah meninggal dalam posisi bersujud dan (mungkin) masih memiliki wudhu. Innalillahi wa innailaihi roji'uun.


Jangan Takut Berzakat


Jangan Takut Berbagi dompet dhuafa
Papah dan mamah dengan para cucu


Masih banyak yang cerita tentang wafatnya papah. Tentunya Chi sedih kalau mengingat ini. Tetapi, terus berusaha untuk ikhlas. Singkat cerita, hingga proses pemakaman, semua berlangsung dengan sangat lancar. Banyak sekali bantuan yang datang. Bahkan hingga seminggu setelah papah wafat. Alhamdulillah.

Wafatnya papah tidak hanya meninggalkan kesedihan yang sangat mendalam, tetapi juga mengejutkan. Sama sekali tidak ada kepikiran akan ditinggalkan papah secepat itu. Semua serba mendadak.

Tentu saja kami berusaha untuk ikhlas dan saling menguatkan. Kami saling bercerita tentang kebaikan papah. Kami pun berpikir, banyaknya bantuan yang mengalir, mungkin karena papah semasa hidupnya memang senang berbagi. Banyak saudara dan tamu yang datang, bercerita tentang kebaikan papah dalam hal berbagi semasa hidupnya.

Papah tuh sosok yang lumayan pendiam. Kayaknya jarang kasih petuah ini itu. Tetapi, papah lebih suka langsung menunjukkan. Termasuk dalam hal berbagi. Selain senang berbagi, papah juga selalu berusaha memberikan yang terbaik. Ya, sepertinya tentang berbagi ini menjadi salah satu pesan dari papah.


Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba : 39)

Sebagai manusia, kadang-kadang suka khawatir untuk berbagi. Apalagi kalau mengingat biaya kebutuhan hidup sedang banyak-banyaknya. Padahal dalam Islam, jangan takut berbagi. Tentu saja dalam hal ini, berbagi kebaikan.

Banyak manfaat berbagi menurut Islam. Berbagi juga gak hanya tentang materi. Senyuman pun bisa termasuk berbagi. Berbagi juga tidak akan mengurangi harta. Malah bisa menambah rezeki bila kita bersedekah hanya karena Allah. Insya Allah akan diganti dengan rezeki yang lebih baik.

Papah wafat itu sekitar seminggu menjelang Ramadan. Kembali mengingatkan Chi kalau bersedekah di bulan Ramadan itu keuntungannya sangat besar. Termasuk salah satunya membayar zakat. Chi biasanya membayar zakat di Dompet Dhuafa. Zaman digital dan cashless begini, berzakat di Dompet Dhuafa jadi memudahkan karena tinggal transfer.

 
Dompet Dhuafa adalah Lembaga Filantropi Islam bersumber dari dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) dan dana halal lainnya yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (humanitarian) dan wirausaha sosial profetik (prophetic socio-technopreneurship). Dompet Dhuafa akan terus mewujudkan masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan.

Selama 25 tahun ini, Dompet Dhuafa sudah menyalurkan zakat kurang lebih ke 19 juta penerima manfaat. Insya Allah, zakat mampu membantu dunia menangani kemiskinan. Dompet Dhuafa menyalurkan zakat di 4 bidang yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan pengembangan sosial.

Bulan Ramadan adalah bulan yang indah. Bulan penuh ampunan dan berkah. Biar tidak sekadar menahan lapar dan haus di bulan puasa. Sebaiknya memang semangat mencari pahala.

Sebuah pesan yang papah tinggalkan untuk kami sangat indah. Selalu berbagi dan berikan yang terbaik. Kami akan berusaha untuk mengikuti apa yang sudah papah lakukan. Insya Allah dimudahkan jalannya.

Terima kasih banyak untuk pesan indahnya, Pah.

  • Share:

You Might Also Like

22 comments

  1. Pesan YG bagus banget. Moga Chi Dan keluarga ikhlas melepas Papa. Bersyukur atas sosok Papa yang baik

    ReplyDelete
  2. Turut berduka cita, pesan orang tua pasti selalu mengajarkan kebaikan, ya, untuk apa pun itu, berbagi dengan sesama :)

    ReplyDelete
  3. Innalilahi wainaiilaihi rojiun. Aku selalu ikutin gimana perkembangan kondisi kesehatan papa mak cie di stiap status FB atau melalui tulisan di blog. Sampe ada kisah mengenai pembantu laki2 yg bikin geregetan kuingat banget hehee

    Sekarang papa udah ga ada tapi kebaikannya dan amal ibadahnya insha Allah tetep ada terus mak. aamiin

    ReplyDelete
  4. Saya turut berduka cita ya, Mbak Myra. Dan baca cerita ininsaya jadi ingat Bapak saya yang meninggal 2008 di tangan saya setelah setahun stroke.

    ReplyDelete
  5. Ada kalimat nijak yg berbunyi: "Berbagi tidak perlu menunggu kaya. Andaikan kau tak memiliki apa-apa utk dibagi,"TERSENYUMLAH" karena di dalamnya ada pahaLa yg dilihat oleh ALlah SWT. Subhaanallah.

    ReplyDelete
  6. Pesan Papa saya juga sama dengan Papa Mba Myra. Berbagi meski dengan saudara sendiri itu sangat perlu menjadi perhatian. Papa nggak mau kalau anak-anak yang ditinggalkannya itu pelit berbagi.

    ReplyDelete
  7. Barakallahu fiik, kak Myr..
    In syaa Allah kebaikan yang dilakukan Papa dan diteruskan oleh anak-anaknya, menjadi jariyyah untuk Papa di alam kubur.

    ReplyDelete
  8. Ikut merasakan kesedihan mba Chi....turut berdukacita semoga almarhum papa Husnul khotimah aamiin.... Tapi pesan almarhum papa itu yang luar biasa dalam maknanya. Jangan takut berbagi karena berbagi itu tidak ada mengurangi harta kita, justru Allah akan melipatgandakan rezeki kita...karena dengan berbagi kita pun dapat meringankan beban orang yang membutuhkan....

    ReplyDelete
  9. Keinget banget satu grup FBW waktu itu juga ikutan shocked baca kabar dari Chi. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Semoa almarhum papah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan husnul khotimah ya. Pesan indah papah bisa dijadikan pengingat untuk kebaikan kita semua.

    ReplyDelete
  10. Masya Allah kisah Papah mba Myra bikin saya nangis. Bener-bener selama ini hanya membaca kisah di blog, tiap mengunjungi Papa, ultah beliau, berasa mengenalnya. Saya jadi nangis selama baca kisah meninggalnya almarhum, insyaa Allah husnul khotimah akhir hidupnya, mba. Turut berduka ya, semoga mba Myra dan keluarga diberi kesabaran dengan meninggalnya Papa yang mendadak

    ReplyDelete
  11. Al fatihah utk almarhum papan ok Chi. Semoga Allah tempatkan di sisi terbaikNya. Pesannya ngena banget, mom. Jd pegangan anak anaknya juga cucu cucunya ya..

    ReplyDelete
  12. Sepakaat mbaa untuk jangan takut berbagi. Aku dlu sempat merasa takut berbagi akan mengurangi harta tapi Allah buktikan itu tidak terjadi. Malah makin berlimpah

    ReplyDelete
  13. Berbagi itu menyenangkan, bikin tenang, dan bikin diri merasa berguna. Alhamdulillah, pesan alm. bapakku pun begitu. Jangan pernah pelit sama orang. Sekali pun mereka gak gitu ke kita. Insya Allah, kita bakal dapat banyak kemudahan dari berbagi dengan orang lain itu.

    ReplyDelete
  14. Ibu saya juga selalu berpesan tentang semangat berbagi ini kata Ibu dengan berbagi rezeki kita justru akan bertambah

    ReplyDelete
  15. Turut berduka ya Mba atas meninggalnya ayah Mba. Semoga amal ibadahnya di terima Allah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya ya. AAMIIN :)

    ReplyDelete
  16. mbaaa, aku terharu bacanya. menyentuh banget mba. moga pesan papanya mba, bisa menginsiprasi banyak orang juga ya mba untuk tidak takut berbagi dan berzakat

    ReplyDelete
  17. Dapat hikmahnya ketika kita ditinggal pergi selamanya oleh orang terkasih, karena daku pun merasakannya saat almarhumah mama pergi

    ReplyDelete
  18. Ini yang disebut meninggal itu gak kenal waktu, tempat, usia ya teh. Bacanya sampai gemeter teh. Semoga diberi keikhlasan, ketabahan ya teh. Aamiin

    ReplyDelete
  19. Turut berduka yaa mba. Semoga papanya husnul khotimah..

    Pesan terbaik darinya harus selalu dijaga dan tetap kirimkan doa sebagai bakti anak yang sholehah*

    ReplyDelete
  20. Teteh yang kuat ya Teh. InsyaAllah papah udah tenang di sana, beliau selalu megajarkan kebaikan untuk ters berbagi. Orang baik seperti papah ini memiliki tempat yang baik dan indah di surga kelak. Tetah semangat kembali menjalani dan ingat pesan papah. Untuk berbagi dan teteh kudu tegar lho.

    ReplyDelete
  21. Innalillahi wainnailaihi roojiun :(, inshaallah menjadi ahli surga

    Berbagi memang keharusan entah itu dalam keadaan berada ataupun tidak. Berbagi membuat hati semakin tenang.

    ReplyDelete
  22. Innalilahi wa innailaihi roji'un
    Berat bgt memang mba harus kehilangan keluarga, tetap sabar dan ikhlas ya..


    Berbagi dan Bersedekah dengan hati yang ikhlas akan membawa berbagai kebaikan juga keberkahan.

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^