Beberapa Hal yang Bisa Menjadi Biang Keributan di Awal Pernikahan
By Keke Naima - February 20, 2021
Beberapa Hal yang Bisa Menjadi Biang Keributan di Awal Pernikahan
-"Teteh pernah ribut gak sama Kak Arie tentang keinginan punya anak?"
"Kak Arie, Aku tuh masih bingung pernikahan seperti apa. Kira-kira apa
yang Aku dan pasangan persiapin, ya? Kan lagi cari rumah kontrakan juga."
Tepat 8 Februari lalu, Chi dan K'Aie merayakan ulang tahun pernikahan
yang ke-18. Bersyukur masih bisa bersama. Tentu aja sangat berharap bisa
lebih dari 2 dekade, ulang tahun perak, emas, dan seterusnya. Terus
bersama dalam keadaan sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin Allahumma aamiin.
Chi sempat beberapa kali ditanya tentang tips pernikahan. Bagaimana
caranya supaya tetap langgeng? Seringkali Chi hanya jawab dengan senyum.
Kadang-kadang masih belum begitu percaya diri kalau ditanya tips seperti
ini.
18 tahun usia pernikahan, rasanya masih banyak banget yang harus
dipelajari. Apalagi kalau dikaitkan dengan anak. Rasanya setiap kali anak
mengalami fase tertentu, maka ada pula pelajaran yang didapat. Ya meskipun
bisa mencapai angka 18 tentu gak bisa dibilang singkat juga.
Insya Allah, salah seorang sepupu Chi akan menikah dalam waktu dekat.
Semakin mendekati hari pernikahan, dia suka bertanya-tanya tentang dunia
pernikahan ke kami.
Benarkah 5 Tahun Pertama Usia Pernikahan Merupakan Masa Tersulit?
Banyak yang mengatakan kalau usia 3-5 tahun pertama pernikahan merupakan
masa tersulit dan rawan perceraian. Teman-teman setuju dengan hal ini?
Chi udah coba googling tentang usia pernikahan terawan (baca: paling
rawan. Bukan tentang nama seseorang, ya 😁), tetapi belum dapat datanya.
Tetapi, dari beberapa artikel yang dibaca, beberapa alasannya memang masuk
akal.
Tahun-tahun pertama pernikahan adalah masa beradaptasi. Adaptasi dengan
pasangan, mertua, ipar, dan lain sebagainya. Belum lagi beberapa hal lain
yang akan ditemui setelah menikah.
5 tahun pertama memang bukan patokan mati. Gak otomatis rumah tangga jadi
adem ayem setelah melewati masa yang dianggap tersulit ini. Karena memang
kembali ke situasi kondisi masing-masing. Ada yang sejak awal baik-baik
aja. Tetapi, ada yang terus berkonflik hingga bertahun-tahun.
Sepupu Chi sempat galau akan hubungan pernikahan karena merasa gak
melewati proses pacaran dengan calon suaminya. Chi bilang ke sepupu kalau
sebetulnya masa pacaran juga gak bisa dijadikan tolok ukur.
Chi sendiri berpacaran cukup lama dengan K'Aie. Hampir 8 tahun. Tetapi, setelah menikah tetap akan menemukan berbagai hal baru. Gak ada lah pernikahan yang mulus terus. Tetap ada masa turun naiknya. termasuk di awal pernikahan.
Chi sendiri berpacaran cukup lama dengan K'Aie. Hampir 8 tahun. Tetapi, setelah menikah tetap akan menemukan berbagai hal baru. Gak ada lah pernikahan yang mulus terus. Tetap ada masa turun naiknya. termasuk di awal pernikahan.
[Silakan baca:
Bukan Pasangan Romantis]
Beberapa Pemicu Masalah di Tahun-Tahun Pertama Penikahan
Biduk pernikahan itu gak melulu diisi dengan kisah percintaan. Salah besar
kalau setelah menikah hanya diisi dengan kisah romantis seolah-olah dunia
hanya milik berdua. Sedikit banyak tetap akan ada masalah. Namanya juga
hidup ya, kan.
Perbedaan Kebiasaan
Suka sebel gak kalau pasangan sembarangan meletakkan handuk basah?
Bagi beberapa orang, mungkin hal ini termasuk sepele yang gak perlu
diributin. Tetapi, bagi kita yang suka dengan keteraturan, kelakuan
pasangannya akan terasa mengganggu. Pada akhirnya bisa menimbulkan
bibit-bibit kekesalan.
Chi dan K'Aie juga beberapa kali ribut dengan berbagai masalah yang
kelihatannya sepele ini. Tetapi, setelah dipikir-pikir lagi, memaksa
mengubah kebiasaan seseorang termasuk hal tersulit.
Sekian belas/puluh tahun pasangan sudah terbiasa dengan kebiasaan tersebut
sebelum bertemu dengan kita. Bahkan mungkin kebiasaan tersebut sudah dari
kecil karena memang didikan di keluarganya seperti itu. Trus, tau-tau
dipaksa berubah? Ya sulit pastinya. Kita sendiri kalau udah punya suatu
kebiasan kan kadang-kadang butuh proses panjang untuk berubah.
Dulu, beberapa hal memang kerap menjadi bahan keributan. Tetapi,
lama-kelamaan, kami berdua udah gak mau terlalu musingin
perbedaan-perbedaan seperti itu. Malah udah banyak ketawa aja kalau dirasa
ada perbedaan pendapat. Udah main jitak-jitakan aja lah mendingan 😂.
Kalau ada perbedaan yang sudah terlihat sebelum menikah, mending dipikir
baik-baik. Apakah akan terus mengganggu atau tidak?
Misalnya, calon pasangan seorang perokok. Padahal kita benci banget dengan
perokok. Sebaiknya berpikir panjang dulu sebelum melanjutkan ke jenjang
pernikahan.
Iya bener kalau merokok memang gak bagus untuk kesehatan. Tetapi, berpikir
bahwa pasangan kita akan sangat mudah mengubah kebiasaannya atas nama
cinta, khawatirnya malah akan berujung dengan kecewa. Bertengkar
terus-menerus dan berisiko bagi keutuhan rumah tangga.
Bukan berarti gak mungkin berubah, ya. Jadi jangan putus asa dulu. Tetapi, jangan sampai dipaksa karena hanya akan menimbulkan keributan. Sebaiknya didiskusikan tentang berbagai hal yang kita dan pasangan suka atau tidak suka. Syukur-syukur kalau kemudian salah satu mau berubah. Kalau pun tidak, setidaknya ada jalan tengahnya. Tidak bertahan dengan ego masing-masing.
Konflik dengan Mertua
Sepupu Chi sempat ragu menikah karena takut berkonflik dengan mertua.
Berbagai status di media sosial tentang ketidakakuran antara mertua dan
menantu memang cukup membuatnya khawatir.
Chi bilang kalau gak semua mertua itu menyeramkan. Alhamdulillah Chi punya
mertua yang luar biasa baik. Bisa dekat banget dengan mamah mertua seperti
ibu dan anak.
Chi memang gak punya pengalaman untuk hal ini. Tetapi, menyarankan supaya
bisa lebih mengenal calon mertua sebelum menikah. Cari tau seperti apa
kedekatan calon pasangan dengan orang tuanya.
Kadang-kadang permasalah terjadi memang karena belum mengenal baik satu
sama lain. Ada orang tua yang terlalu memproteksi anaknya. Sehingga
setelah menikah pun berhak untuk ikut campur terlalu dalam di kehidupan
rumah tangga anak dan menantunya.
Tetapi, ada juga menantu yang merasa, kalau udah menikah berarti pasangan
adalah milik dia sendiri. Gak suka kalau orang tua atau mertua masih
memberi saran/nasehat.
Gak salah juga untuk bertanya sikap pasangannya bila suatu saat terjadi
konflik dengan mertua. Karena jangan sampai kita merasa, pasangan terlalu
membela orang tua. Tanpa melihat duduk permasalahan yang
sebenarnya.
[Silakan baca:
Apa Istri Harus Bisa Masak?]
Perbedaan Pendapat tentang Anak
"Kalau ternyata kita gak dikaruniai anak, sikap K'Aie bakal gimana?"
Sebelum menikah Chi pernah bertanya seperti itu. Sepupu Chi punya cerita
lain lagi. Dia inginnya menunda punya anak setelah menikah. Alasan ingin
pacaran dulu setelah menikah. Tetapi, calon suaminya keberatan. Karena
katanya di lingkungan dia banyak yang seperti itu. Ketika kemudian mulai
ada keinginan punya anak, malah susah banget.
Masalah anak memang kadang-kadang bikin baper juga. Baru menikah beberapa
minggu, udah ada aja yang nanya, "Udah isi belum?"
Dan seringkali yang terjadi bila ada pasangan belum dikaruniai anak, pihak
perempuan yang disalahkan. Memang iya, yang hamil tuh perempuan. Tetapi,
kan butuh kerjasama dari pasangan. Belum tentu juga istri yang gak subur.
Bisa jadi masalahnya di suami. Bisa juga karena memang belum waktunya aja.
Kan penyebab belum dikaruniai anak ada berbagai macam.
Makanya, Chi bertanya seperti itu sebelum menikah. Ketika nanti semakin
banyak pihak yang 'menuntut' kami memiliki anak, gak mau lah disalahkan
sendirian. Dan tentunya Chi tipe yang memberontak kalau dituding begini
hehehe. Tetapi, tentunya perlu banget untuk bertanya itu. Karena
menyamakan pandangan kan lebih baik.
Dalam 5 tahun pernikahan juga biasanya ada yang sudah dikaruniai anak.
Nah, ini juga bisa dibahas sebelum menikah. Idealnya memang suami istri
berperan mengasuh anak. Jangan sampai salah satu pihak merasa mengurus
sendirian.
Tentu ini juga perlu dikompromikan bersama. Pola asuh yang berbeda antara suami dan istri aja udah bisa bikin kesel. Apalagi kalau kemudian ada orang tua/mertua atau pihak lainnya yang ikut campur.
Tentu ini juga perlu dikompromikan bersama. Pola asuh yang berbeda antara suami dan istri aja udah bisa bikin kesel. Apalagi kalau kemudian ada orang tua/mertua atau pihak lainnya yang ikut campur.
[Silakan baca:
Desperate Motherhood - Drama Ibu-Ibu Sekolahan]
Keuangan dalam Rumah Tangga
Beberapa waktu lalu sempat viral kan ya tentang seorang netizen yang
ingin punya pasangan minimal berpenghasilan Rp250 juta per bulan.
Alasannya supaya gak jomplang.
Terserah aja sih kalau memang pengennya seperti itu. Tetapi, pengalaman
Chi pribadi, masalah keuangan rumah tangga tidak hanya tentang jomplang
atau tidak. Ada juga kok perempuan yang lebih sukses karirnya dibandingkan
suaminya dan rumah tangga mereka tetap berjalan baik.
Katanya istri adalah menteri keuangan dalam rumah tangga. Suami menyetor
gajinya ke istri, kemudian nanti dibagi ke dalam beberapa pos keuangan.
Tetapi, gak berlaku untuk semua rumah tangga. Paling tidak, itu gak
berlaku untuk kami.
Awalnya, kami seperti itu. Tetapi, Chi gak betah banget. Suka berasa ruwet
kalau mengatur pos-pos keuangan. Akhirnya malah jadi uring-uringan.
Setelah berdiskusi, peran itu diambil alih oleh K'Aie. Chi hanya
mendapatkan sejumlah uang belanja dan kebutuhan sekolah anak-anak tiap
bulan. Dan kami cocok dengan konsep yang begini. Langsung hilang deh
uring-uringannya hehehe.
[Silakan baca:
3 Tips Bijak Mengelola Keuangan Rumah Tangga]
Komunikasi yang Terbuka dan Belajar Peka
Seringkali seorang istri merasa suaminya kurang peka. Tetapi, di sisi
lain, istri kebanyakan bilang 'terserah'. Hal begini bisa juga berpotensi
jadi konflik, lho.
Chi dulu juga sering kesel karena merasa K'Aie tuh kayak gak peka. Tetapi,
dipikir-pikir lagi, Chi juga suka ngomong 'terserah' kalau ditanya.
Padahal sebetulnya punya mau.
Ketika K'Aie udah tanya kenapa Chi diam aja atau terlihat bersedih, malah
dijawab "Gak kenapa-napa." Tetapi, kemudian jadi suka makin kesel kalau
K'Aie udah kelihatan cuek. Ya padahal dia begitu karena istrinya bilang
gak kenapa-napa.
Lama-lama Chi mulai membiasakan untuk bicara blak-blakan. Jangan biarkan
suami menebak-nebak. Apalagi kalau tipe yang kurang peka kayak K'Aie, ya
dia bakal kelihatan cuek aja kalau disuruh nebak perasan melulu. Setelah
Chi lebih blak-blakan, K'Aie pun bisa lebih peka. Kalau masih belum peka,
boleh lah diprotes dikit hihihi.
Berarti sekarang udah gak pernah bilang 'terserah' atau 'gak kenapa-napa'
lagi?
Masih, lah. Kebiasaan itu gak sepenuhnya hilang. Pengen juga kan sesekali
K'Aie langsung paham wkwkwkw. Tetapi, pastinya udah jauh berkurang. Lebih
terang-terangan mengurangi konflik. Jadi tau apa yang diinginkan
masing-masing pasangan.
Komunikasi memang masih menjadi salah satu kunci utama. Mau pacaran atau
enggak, tetapi usahakan ada beberapa bahasan dulu sebelum menikah.
Setidaknya ada sedikit bayangan lah seperti apa sosok yang akan menjadi
pasangan kita dan keluarganya.
Bila ada 1 atau lebih prinsip yang gak bisa dikompromikan, sebaiknya juga
ungkapkan di awal. Jangan sampai ketika menikah, prinsip tersebut
berbenturan. Akhirnya menimbulkan konflik-konflik yang semakin besar.
Banyak yang bilang, bila sudah memutuskan untuk menikah sebaiknya
selesaikan dulu masalah pribadi yang masih mengganjal. Pendapat ini ada
benarnya juga. Misalnya kita belum bisa move on dari mantan. Sebaiknya
selesaikan dulu. Jangan sampai nanti malah jadi suka banding-bandingin
pasangan sendiri dengan mantan.
Rasanya gak ada yang punya niatan menikah dengan tujuan bercerai. Apalagi
bila pernikahannya memang dilandasi dengan cinta. Tetapi, modal cinta aja
terkadang gak cukup. Perlu ada komitmen yang kuat.
Merasa khawatir tentu boleh aja. Tetapi, usahakan jangan sampai parno
juga, ya. Pernikahan yang berjalan baik, tidak akan menyeramkan, kok.
Meskipun dalam perjalanannya ada masa naik-turun.
Semoga yang sedang mempersiapkan pernikahan, prosesnya dilancarkan. Dan
yang sudah menikah selalu sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin Allahumma
aamiin.
[Silakan baca:
Sudahkah Menyatakan Cinta untuk Orang Tersayang?]
63 comments
5 tahun pertama itu masa penyesuaian sih yaaa hihihi, walaupun sebelumnya pasti udah saling mengenal di masa pacaran, tetep bakalan beda kalo udah nikah yaaa, semangat buat pasangan yang baru menikah di bawah 5 tahun yaaa
ReplyDeleteIya, pasti tetap akan ketemu bedanya
Deleteiya masalah keuangan di rumah tangga itu biasanya jadi pemicu pertengkaran pertama sih, makanya kudu punya cara berkomunikasi yang baik ya sama pasangan
ReplyDeleteMakanya sebelum menikah, ini salah satu topik yang saya diskusikan
Deletebetul banget mba, namanya hubungan apalagi sudah menikah dan tinggal bareng, pasti akan banyak kebiasaan pasangan yang mungkin sulit untuk diterima ya, kuncinya di komunikasi dan salinng pengertian
ReplyDeleteDan harus terus dibina sampai kapanpun. Sepanjang usia pernikahan
DeleteBener mbak, 5thn pertama rasanya nano2. Yg berat tuh, beradaptasi dengan kebiasaan pasangan. Aku yg rapi dan dia yg berantakan. Hahaha
ReplyDeleteNah hal yang dirasa sepele pun sebetulnya bisa memicu keributa kalau gak saling pengertian hehehe
DeleteKalau aku malah yang dulu punya kebiasaan naruh handuk di ranjang. Dan langsung deh suami bilang kalau ini akan bikin ranjang basah dan bla bla. Maklum, ia sabar menghadapi ku hahahha
ReplyDeleteSalah satu resep awetnya, nuh! Salah satu harus pengertian hahaha
DeleteAku masuk 9 tahun aja masih sering oleng rumah tangganya
ReplyDeletePerkara utamanya di finansial
Tapi bersyukur kami bisa selesaikan.
Sekarang diserang pandemi
Ya begitulah, Mbak. Sebetulnya cobaan akan selalu ada. Gak selamanya mulus
DeleteAku juga sama seperti kak Myra.
ReplyDeleteMasalah mengatur keuangan, suami lebih baik. Jadi aku gak mau ambil pusing. Tinggal keuangan yang simple-simple aja, kaya buat jajanku dan anak-anak.
hihi...sejak pandemi juga suami yang belanjain segala kebutuhan.
Jadi kalo mo masak tinggal nglongok di kulkas aja...mau masak apa?
Kalo males, pesen layanan makanan, hihii...dibuat simple, alhamdulillah.
Toss dulu lah kita heheh
DeleteHal-hal tersebut di atas bisa gak selesai-selesai, jadi biang keributan terus sampai puluhan tahun kalau gak segera diselesaikan ya Mbak
ReplyDeleteBetul banget. Makanya sebaiknya jangan biarkan terus mengganjal. Bahkan untuk hal yang dianggap sepele sekalipun
DeleteYap, pernikahan itu melibatkan mostly cinta, komitmen, dan KOMPROMI :D
ReplyDeleteRasa-rasanya rumah tangga bisa bertahan sejauh ini, karena kompromi (dan terkadang gantian mengalah) yg dilakukan oleh masing2 orang.
Selamat Ultah Pernikahan yg ke-18 ya Mbaaa
Sakinah mawaddah wa rohmah!
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteBetul banget, Mbak. Rumah tangga gak melulu diisi dengan kisah romantisme
Hahahaha urusan ngomel2 gegara handuk basah, aku pun mengalami. Keset basah kuyup apalagi dan drama rumah tanga lainnya. Btw aku ga punta mertua karena mereka sudah berpulang, jadi ga paham juga kayak apa rasanya punya mertua. Soal 5 tahun awal menikah pastilah butuh adaptasi baru saling mengenal.
ReplyDeletePAstinya emmang akan banyak drama di dalam rumah tangga. Nah tinggal bagaimana kita dan pasangan menghadapinya hehehe
DeleteBener semua ini, Mbak. Zaman PDKT masih nampak sempurna, begitu nikah yak terbongkar sudah semua Hal. Hahaha...
ReplyDeleteMemang sebaiknya dibicarakan baik-baik, jaga komunikasi. Lebih sip lagi kalau ikut semacam pelatihan pranikah.
Termasuk untuk hal receh, ya hahaha. Yup! Komunikasi memang koentji!
Deletememang benar pernikahan dan menikah itu adalah ibadah seumur hidup ya mba, saling mengisi, mengerti, memahami, dan menerima kondisi masing-masing pasangan apapun itu
ReplyDeleteBetul banget
DeleteNgerasain banget dong Mbak. Awal pernikahan setahunan lah, sedang manis-manisnya.
ReplyDeletetahun ke dua tuh, mulai deh, perbedaan dan kebiasan yang bertolak belakang, mulai dicibirin, mulai ramai tuh
Dan malah di tahun ke lima ke atas, semua perbedaan itu mulai dong dijadikan pelajaran dan pembahasan, saling ngobrol deh kita, jadi maunya ternyata begini dan begitu. Akhirnya menemui satu kesepakatan
Dan sekarang, duh, kudu itung dulu usia pernikahanku yaaa, karena seiring banyak ilmu, sekarang bukan persoalan beda atau kebiasan yang aneh sih, malah mulai saling tergantung ndak bisa hidup tanpa satu sama lain. karena berpkiran, kita tuh saling menutupi satu sama lainnya.
Harapanku bisa bersama until jannah, seperti Mbak Alm Mbahku, Seperti bapak dan ibu dan seperti banyak suami istri yang terus menebarkan inspirasi. Mbak Myra dan suami juga.
Selamat ya Mbak, perjalanan panjang, masih terus menunggu untuk dijalani, tetap bahagia dan tetap saling belajar
Ya memang akan ada fase-fasenya. Dan bagaimana kita menyikapinya
DeleteWah, sudah 18 tahun ya pernikahannya Mbak Myra, semoga selalu sakinah mawaddah warahmah, sebumi sesurgaNya. Aamiin.
ReplyDeleteBeda tipis kita, saya tahun ini 19 tahun menikah.
Memang bicara keributan di awal pernikahan individual. Ada yang masalahnya di adaptasi dengan pasangan, masalah aturan soal anak, ga cocok sama ibu mertua dan lainnya.Tapi kalau dilewati dengan sabar dan syukur, Insya Allah bakal lancar dijalani
Kalau ga ada itu semua ga indah kali ya pernikahan, bakalan lempeng aja haha
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteJustru segala drama ini memang jadi satu 'kenikmatan' juga ya, Mbak hehehe
Kak Aie nih type-nya suami yang penyabar dan easy going, sementara Chi type yang manja dan cute hehehehe itu kata akuuuuuh
ReplyDeleteBtw seneng banget bacanya, ini aku share ke keponakan ya, dia baru nikah, dan kayaknya dapat typenya sama nih
Betul banget, Mbak hahaha!
DeleteSamaan kayak aku bersyukur sekali punya mertua yang amat sangat baik. Kayaknya ini bisa jadi penenang dan pengikat ikatan pernikahan :)
ReplyDeleteIya, Mbak. Makanya suka sedih kalau ingat mertua, terutama mamah mertua, udah gak ada. Soalnya sangat baik banget
DeleteCALON PENGANTIN TERWAJIB BACA ARTIKEL INI NIIIHHH!
ReplyDelete*capslock jebol
*saking semangatnya
pokoke, adik2 yg baik hati nan budiman, jangan sampe ngebayangin nikah tuh romantic only dot com.
pastiii dibutuhkan banyak hal yhaaa
kesetiaan, pengertian, kompromi, dll
Wkwkwkw! Sampai jebol, ya
DeleteIya, karena kisah romantis hanya ada di cerita-cerita dongeng wkwkwk. Pernikahan ya banyak ceritanya
Makasih sharingnya, saya baru 4 tahun pernikahan dan setiap tahun rasanya selalu ada pelajaran baru yang dipetik
ReplyDeleteSemoga terus langgeng, ya. aamiin
DeleteBiang keributan di awal pernikahan harus kita pahami akar masalahnya. Ribut-ribut dikit ggak papalah, asal nggak pake lama. Memang harus saling pengertian dan salah satu setidakya ada yang mengalah sih.
ReplyDeleteBetul, Mbak. Ribut sebetulnya gak apa-apa. Asalkan tau aja bagaimana mengontrolnya
DeleteAmin....
ReplyDeleteSetuju banget dengan yang Mbak Myra tulis soal hal-hal yang jadi biang keributan. Kemarin sih baru ada kasus yang intinya si Istri gak mau tinggal sama mertuanya. Nah soal tempat tinggal gini juga wajib diomongin sebelumnya. Kudu sama-sama sepakat apalagi seringnya Istri ikut suami
Yup! Semua hal harus dikomunikasikan
DeleteMakin kesini udah makin lebih bisa memahami pasangan ya Mba, karena juga udah bertahun2 tahu kebiasaannya dan tahu juga apa yang nggak dia sukai, plus sebaliknya jadi bisa lebih enjoy kalau sekarang
ReplyDeleteO iyaaa, 8 Feb kemaren aku juga ulang tahun pernikahan!
ReplyDeleteKan biasanya kita barengan nge-caption di IG yah, tahun ini males posting di IG bhahahahaha. Hepi anniversarry, semoga bahagia teruusss!
masalah kebiasaan emang bisa jadi sumber pertengkaran sih,
Aku tuh suka susah tidur malem, makanya susah bangun pagi
Sedangkan Abah abis Isya langsung ngantuk, trus belum adzan subuh udah bangun dan berisik banget, di awal pernikahan berantem terus tuh bhahahaha
Sekarang mah udah cuek dan nerima aja sih, yah mau digimanain lagi hahaha
Iya, kita kan sama wedding anniversarynya hahaha. Betul, tuh. Lama-lama menyesuaikan aja
DeleteItulah sebabnya sebelum nyemplung ke pernikahan ya kudu dipikirkan matang2 ya mbak dengan segala risiko enak gak enaknya jg yang mengikuti hehe
ReplyDeleteKyknya gak cuma 5 tahun pertama, tapi brtahun2 proses adaptasi selalu terjadi di antara dua makhluk yg menikah dan memutuskan bersama :D
Yup! Sebetulnya 5 tahun pertama bukanlah patokan mati. Ada yang lebih cepat. Tetapi, ada juga yang membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun untuk bisa beradaptasi
DeleteWow 18 tahun usia pernikahan, kalau manusia, memang udah dewasa ya :)
ReplyDeleteKalau saya 5 tahun pertama enggak terlalu banyak masalah, justru setelah 5 tahun baru kerasanya, "ih dia teh kok gini ya..." Hehehe...
iya pastinya setiap rumah tangga punya cerita berbeda :D
DeleteTerima kasih ya mbak, sudah menulis ini
ReplyDeletebuat yg sudah menikah 18 tahun pasti sudah banyak yg dialami
memang yg paling penting dalam pernikahan itu bisa saling belajar beradaptasi ya mbak
karena nggak mudah hidup bersama dgn orang yg tentu sangat berbeda dgn kita..
Oya, Mbak. Tetap butuh beradaptasi
Deletewah udah hampir dua dekade, semoga harmonis romantis dan bahagia sampe kakek nenek ya, mba :D
ReplyDeletetentang usia 3-5 tahun pertama pernikahan merupakan masa tersulit dan rawan perceraian..menurutku tergantung karakter dan kondisi masing-masing sih. jadi ngga bisa jadi patokan juga. malah menurutku 1-3 tahun ya...karena kalo udah 5 tahun tuh udah settle
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteIya, Mbak. Makanya saya tulis kalau angka 5 tahun bukanlah patokan mati. Jadi memang kembali ke masing-masing rumah tangga
Aminnn selamat ya kak...Semoga menjadi pasangan selamanya sampai di surga kelak... Menikah emmang bukan tentang cocok-cocokan.. Tapi saling menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan ya..
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin. Betul banget, Mbak
DeleteAku sebelum nikah juga cukup lama pacaran, nyaris lima tahun. Dan beberapa obrolan penting kerap mampir. Seperti gimana pandangan calon suami dengan keinginanku yang ingin ngebantu orang tua, urusan punya anak atau ngak bisa punya anak, sampai keuangan. Yang penting komunikasi ya mbak, agar tidak ada miskomunikasi sepanjang usia pernikahan
ReplyDeleteSaya pun hampir 8 tahun pacaran. Tetap[i, emmang tetap aja menemukan sesuatu yang baru. Tetap ada proses adaptasi. Dan tetap ada ributnya hehehe
DeleteMashaAllah~
ReplyDeleteBarakallahu fiikum, kak Myra dan suami.
Selalu senang dengan komunikasi pasangan dan kisah seputar pernikahan. Karena nyatanya, perjalanan ini memang tidaklah mudah, sehingga menjadi penyempurna separuh agama.
Tabarakallahu.
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteGaya komunikasimu dengan Kak Aie kayaknya mirip denganku deh. Dulu suka gitu, bilang gak apa-apa, maunya suami mengerti dan mengalah. Eh malah didiemin. Lha katanya ga ada apa-apa, gitu coba hahahaa... Memang harus bisa saling mengerti dengan benar-benar ya agar semuanya berjalan dengan baik.
ReplyDeleteiya, sekarang mendingan to the poin aja, lah :D
DeleteHappy anniversary, Mak Chie dan Kak Aie. Semoga selalu sakinah mawaddah warrahmah. Aamiin. Menjalani hidup bersama 18 tahun tentu udah banyak suka dukanya ya, Mak. Semoga selalu dikuatkan ikatan cintanya.
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
DeleteTanggal 27 nanti genap 5thn pernikahan kami mba. Dan memang gak gampang alhamdulillah kita bisa melewatinya dengan komunikasi, saling berempati dan tidak menunda menyelesaikan masalah. Itu sih
ReplyDeleteSemoga langgeng sellau, ya. Aamiin
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^