Tips Menjelaskan Pandemi Virus Corona Kepada Remaja - "Silakan kalau
memang mau main. Tapi, jangan pernah pulang ke rumah sebelum pandemi
selesai!"
Waktu Pemprov DKI membuat keputusan anak sekolah libur selama 2 minggu, Chi pernah marah besar seperti itu ke Keke. Kalau gak salah di hari ke-2 atau 3 gitu, deh.
Waktu Pemprov DKI membuat keputusan anak sekolah libur selama 2 minggu, Chi pernah marah besar seperti itu ke Keke. Kalau gak salah di hari ke-2 atau 3 gitu, deh.
Contents
Apa itu artinya Chi kejam ke anak?
Hmmm .... sebelum Chi akan jelaskan di postingan ini. Bahwa menjelaskan pandemi virus Corona kepada anak remaja itu ada dramanya juga. Di sini Chi akan coba berbagi tips tentang hal ini, ya.
Wajarkah Remaja Memberontak?
Sumber infografis:
School of Parenting
Keke sebetulnya sudah mengerti tentang pandemi COVID-19 ini. Bahkan, begitu Presiden RI, Joko Widodo, mengabarkan bahwa sudah ada 2 orang yang positif terkena Corona di Indonesia, Chi langsung mengumpulkan anak-anak pada hari itu juga. Chi mengajak Keke dan Nai berdiskusi tentang perjalanan panjang di berbagai negara yang terkena dampak wabah ini.
Setelah itu, Keke pun libur sekolah sekitar 2 minggu karena kelas 12 ujian. Kalau sedang libur, biasanya Keke sering bermain dengan teman-temannya. Tetapi, karena sudah mulai ada wabah di Indonesia, Chi jadi agak menahan. Meminta Keke lebih banyak di rumah.
Keke pun patuh. Dia hanya minta dizinkan sekali jalan-jalan malam sama teman-temannya di hari ulang tahunnya. Dia ingin mentraktir teman-temannya. Dengan agak berat hati, Chi pun mengizinkan. Itupun dengan banyak sekali syarat supaya tetap aman.
Ketika liburan sekolah hampir usai, Gubernur DKI, Anies Baswedan, mengumumkan kalau seluruh sekolah di Jakarta diliburkan. Nai bersorak gembira karena beberapa hari sebelumnya ngiri lihat kakaknya libur, sedangkan dia tidak. Tetapi, Keke langsung terlihat tidak senang.
Dia bukan tidak mengerti tentang dampaknya wabah Corona. Tetapi, pemberontakannya dia karena bosan. Hampir 2 minggu di rumah. Kemudian harus lanjut lagi 2 minggu berikutnya. Bisa dibilang hampir selama bulan Maret, dia gak sekolah.
Keke berontak ingin bermain dengan sepupunya. Ya memang Chi pernah bilang kalau mau bermain ke rumah sepupu aja yang memang dekat rumah. Tetapi, waktu itu kan Chi belum tau kalau wabahnya akan sedahsyat itu di Indonesia.
Makanya Keke marah ketika Chi dengan tegas melarang. Sampai akhirnya Chi mengeluarkan ancaman tersebut.
Kami sebetulnya termasuk orang tua yang lebih suka mengajak anak-anak berdiskusi. Membolehkan mereka mengungkapkan isi pikiran. Mengritik orang tua pun gak apa-apa.
Tetapi, untuk beberapa hal, kami juga harus tegas banget. Sesekali bersikap otoriter. Mengeluarkan peraturan tanpa kompromi.Tentu tujuannya demi kebaikan anak.
Menghadapi anak remaja bisa bikin jungkir balik. Mereka sudah mulai lebih berani mengeluarkan pendapatnya. Bahkan seringkali merasa benar sendiri karena egonya memang lagi besar.
Menurut artikel dari School of Parenting, masih wajar kok kalau anak remaja memberontak. Ada beberapa faktor penyebabnya. Salah satunya faktornya adalah peningkatan perbedaan dengan orang tua.
Yup! Jadi jangan langsung mudah menghakimi anak remaja yang sedang memberontak, ya. Memang bisa jadi sedang masanya. Meskipun tetap harus ada solusinya.
Back to Content ↑
Menjelaskan Pandemi COVID-19 Kepada Remaja
Keke dan sahabat-sahabatnya saat wisuda SMP
Perbedaan pendapat inilah yang memicu keributan antara Chi dan Keke
pada saat itu. Keke merasa selama dia bisa menjaga aturan social
distancing, berarti gak apa-apa dong tetap sesekali keluar. Tetapi,
Chi gak sepakat dengan hal itu.
Ya okelah Keke memang paham tentang aturan social distancing yang dikeluarkan oleh WHO saat keluar. Tetapi, keluar rumahnya itu bisa saja mempengaruhi beberapa temannya untuk ikutan main juga. Belum tentu juga temannya bisa disiplin untuk tetap aman saat di luar rumah.
Nah itulah kenapa WHO dan banyak pihak berwenang lainnya mengeluarkan himbauan boleh keluar rumah untuk alasan yang penting. Saat ini bermain bersama dengan teman di luar rumah bukan sesuatu yang penting. Jangan sampai remaja menjadi carrier, kemudian menularkan virus ini ke orang tua dan saudara.
Tentu untuk meredam pemberontakan remaja harus ada caranya. Tips ini sebetulnya udah Chi lakukan berulang kali. Tidak hanya saat pandemi sedang terjadi.
Back to Content ↑
Bersikap Tenang
Punya anak remaja, apalagi sedang puber, bisa bikin Chi sering narik napas panjang. Malah kadang-kadang sampai menangis. Pokoknya jungkir balik banget, deh hahaha. Tetapi, memang harus tetap berusaha lebih banyak tenangnya. Kalau enggak, nanti bawaannya emosian dan panikan terus.Ajak Diskusi
Chi sering mengajak anak-anak berdiskusi. Anak remaja sepertinya agak sulit kalau sekadar dikasih tau apalagi diperintah harus begini atau begitu. Mereka mulai ingin pendapatnya didengar. Termasuk tentang virus Corona ini dan segala macam efeknya. Chi pun ajak mereka untuk berdiskusi.Memahami Perasaan
Dalam batas tertentu, memberontak bagi kami memang termasuk wajar. Chi berusaha memahami perasaan mereka. Marah, senang, sedih, kecewa, dll kan memang sebetulnya manusiawi asalkan gak berlebihan.Tegas
Bila ketiga cara di atas sudah dilakukan, ada kalanya harus tegas. Mulai menekankan posisi sebagai orang tua yang wajib dipatuhi pendapatnya. Gak semua bahasan harus diakhiri dengan cara ini, kok.Chi juga lebih suka mengajak anak-anak diskusi. Mendengarkan pendapat dan perasaan mereka. Kalau Chi ngomel malah lebih sering diketawai sama anak-anak, bahkan sama K'Aie. Pada bilang kalau ekspresi dan gaya Chi saat ngomel itu lucu. Berasa banget kan ya sering gak ada wibawanya kalau ngomel hahaha.
Tetapi, meskipun sering diketawain, semua tau kok kapan Chi bener-bener merasa marah. Ya contohnya saat mengeluarkan ultimatum seperti itu. Makanya jangan sampai sering-sering. Hanya dalam kondisi tertentu aja.
Contohnya di saat wabah Corona ini. Memang iya, kami berusaha mendengarkan dan mengerti perasaan anak-anak. Tetapi, bila mereka tetap ngeyel, harus ada ketegasan. Semua dilakukan demi kebaikan mereka. Makanya Chi sampai ngomong kayak gitu ke Keke.
Kalau masih gak nurut juga, lebih baik diam selama beberapa hari. Biar K'Aie yang lebih banyak berinteraksi sama anak. Untungnya kejadian begini jarang banget. Keke dan Nai cenderung menurut setelah diajak diskusi.
Back to Content ↑
Mood yang Turun Naik
Keke main cajon saat wisuda SD
Setelah mengeluarkan ancaman itu, Keke pun berhenti merengek. Memang
gak bikin dia langsung ceria. Wajah murung masih terlihat. Ya gak
apa-apa, lah. Setidaknya dia tidak ke mana-mana dulu. Lebih aman di
rumah.
Hingga memasuki 2 minggu masa social distancing, semua berjalan aman. Nyaris tidak ada lagi drama yang bikin kepala pening. Termasuk tentang tugas sekolah anak-anak. Semua bisa kami jalani dengan santai.
Hingga kemudian Keke terlihat mulai uring-uringan lagi ...
Bunda: "Lagi galau, ya?"
Keke: "Bunda sok tau, ih!"
Bunda: "Ya tau, lah. Bunda kan yang mengandung, melahirkan, dan ngurusin Keke. Bisa kelihatan dari bahasa tubuh Keke hehehe.
Setelah ngomong gitu, Chi langsung ninggalin Keke. Selain harus bersikap tenang, menghadapinya harus tarik-ulur. Kalau dipaksa harus ngaku nanti malah bikin Keke marah.
Chi menganggap Keke sedang galau memang terlihat dari bahasa tubuhnya. Mau ditutupin kayak apa, Chi punya feeling dan merasakan kalau anaknya sedang galau. Diamnya Keke saat galau dan tidak tuh beda.
Selain itu, kegalauannya terlihat saat dia bermain gitar listrik. Volumenya dikencengin dan dia nyanyi sekenceng-kencengnya juga. Biasanya gak begitu kalau moodnya sedang baik.
Kami gak menyuruh Keke menurunkan volumenya. Kecuali saat adzan berkumandang. Setelah adzan dan dia selesai sholat, silakan aja mau gitaran yang kenceng lagi.
Moodnya mulai membaik setelah makan siang. Keke video call sama salah seorang sahabatnya yang juga sama-sama suka musik. Di hari itu, Keke ngegitar trus temennya yang nyanyi.
Udah mulai kelihatan galaunya mereda. Main gitarnya udah gak kekencengan volumenya. Mulai kelihatan ketawa-tawa lagi. Bahkan sorenya, Chi mulai dibecandain lagi ma Keke. Mulai keluar lagi usilnya hehehe.
Tapi, ya gitu. Moodnya lagi turun naik akhir-akhir ini. Pelarian ke alat musik atau mendengarkan lagu dengan volume yang kenceng.
Kami pikir, biarkan aja sejenak dia melepaskan emosi. Selama itu gak sampai keterlaluan. Gak perlu diintervensi sama orang tua.
Biar bagaimana, memang menguji kesabaran banget kan masa self-quarantine ini. Bahkan Chi yang tipe orang rumahan pun rasanya sesekali ingin teriak. Apalagi Keke yang usianya masih remaja. Usia di mana darah mudanya sedang bergejolak.
Bagaimana dengan Nai? Mengingat Nai kan juga sudah masuk usia remaja.
Sampai sejauh ini, Nai lebih tenang. Dia malah betah banget di rumah. Gak mau balik lagi ke sekolah hahaha. Dia juga kangen dengan teman-temannya. Tetapi, dia melepas kangennya dengan cara chatting dan video call.
Nai juga lagi seneng belajar makeup. Di masa physical distancing ini, Chi minta Nai abisin aja stok make up bundanya. Daripada jarang dipakai trus tau-tau kadaluarsa hehehe.
Ya tapi, bukan berarti Keke gak punya kesibukan makanya dia uring-uringan. Keke juga di rumah tetap berkegiatan. Cuma memang lagi bosen aja. Apalagi dia kan juga senang main di luar.
Ya begitulah serba-serbi dunia remaja. Meskipun sebetulnya sudah mengerti, kadang-kadang emosi mereka masih suka lebih gede. Makanya harus diingat terus secara konsisten. Tentunya dengan cara yang bertahap. Kalau langsung dikerasin malah bisa-bisa mereka semakin berontak.
Satu hal lain permintaan Keke yang belum bisa dipenuhi adalah minta dipasang lagu drum setnya. Tidaaak! Di rumah kami yang sekarang belum dibuat ruang kedap suara. Kalau nekat main drum, bisa-bisa diomelin tetangga hahaha.
Lagian di rumah juga udah ada cajon. Biar aja Keke main cajon kalau kangen sama alat perkusi. Gak bakal diomelin tetangga meskipun mukul alatnya kekencengan hehehe.
Back to Content ↑
75 Comments
Kupikir remaja senang kalau libur mba hihi. ternyata ga juga yaa.. anak2ku masih 5 tahun ke bawah semua. itu aja si kakak nanyain terus kapan masuk sekolah lg :')
ReplyDeleteKarena lagi seneng-senengnya main di luar. Tetapi, sekarang jadi betah banget di rumah :)
DeleteMasa remaja atau puber ini biasanya memang ditandai munculnya sikap 'memberontak' (saya lebih sreg menyebutnya mengekspresikan diri).
ReplyDeleteTinggal bgmn orang tua perlu mengarahkannya. Dan kayaknya anak Mba (Keke) punya minat ke bidang musik ya, keren deh.
iya, apapun itu. Mereka memang sedang mencari jati diri
DeletePunya anak remaja emang banyak tantangannya mbak. Waktu balita kita capek fisik ngejar2nya udah remaja bisa capek hati hehe
ReplyDeleteiya hahaha
Deletetantanga tersendiri yaa menjelaskan kondisi ini ke anak remaja yang biasanya lagi seneng main , keponakanku juga nih agak susah dijelaskan apalagi tetangga banyak yang seumuran, jadi lagi seneng2 nya main
ReplyDeleteharus tarik ulur menghadapi remaja
DeleteWhoaaa, ternyata bukan hanya anakku aja yg drama ya mba
ReplyDeleteduh, remajaaa oh remajaaa
apalagi remaja jaman now kan godaan plus distraksinya banyak banget.
ngga heran sering adu opini ama ortu.
orang tua harus siap hehehe
Deletebener ya mbak mengajarkan pandemi ini lebih susah drpd menerapkan ke diri sendiri, apalagi kalau ngasih tau ke orang tua dan balita :(
ReplyDeleteYup! Di situ tantangannya
DeleteWow, mengasuh anak remaja tuh beda ya Mbak?! Kayaknya penuh tantangan. Apalagi mereka pasti sudah punya pendapat sendiri yang belum tentu sepaham sama orang tua. Wah aku kudu belajar juga nih mulai dari sekarang :D
ReplyDeleteBeda banget. Kadang-kadang bikin jungkir balik
DeleteNay tipe Pascal berarti katanya enakan belajar di rumah, bisa cari-cari info sendiri asalkan kuota di rumah memadai gak bosen jadinya. Anak-anak udah remaja harus tarik ulur ya gak bisa memaksakan kehendak orangtua terus, walaupun aku juga kadang begitu apalagi di situasi kaya gini
ReplyDeleteyup! Pokoknya ma anak remaja jangan terlalu diatur, ya
DeletePaham ya anak anak remaja seringkali masih butuh ruang buat bergerak dan menyalurkan energinya. Ada peeistiwa ini, kita juga harus bijak ya menyingkapinya
ReplyDeleteNoted banget nih Mba, anak saya udah mau 10 tahun, udah pandai berdebat, udah lebih peka, memang kudu pandai tarik ulur, nggak bisa dipaksain tarik terus atau ulur terus ya.
ReplyDeleteBisa putus hihihi.
Kalau anak-anak kebetulan memang selalu anak rumahan, jadi penjelasan akan pandemi ini hanya di seputaran kebersihan saat ada barang dari luar atau papinya pulang nggak boleh disentuh dulu sama rajin semprot gagang pintu dan lainnya :D
nanti tegang terus hehehe
DeleteMemberi pengertian buat anak itu susah2 gampang ya mba, apalagi di masa anak lagi fase remaja ngeyelnya pasti bikin sakit kepala, pelajaran buat saya banget nih gimana jadi ortu dan juga jadi sehabat anak kala ia remaja nanti
ReplyDeletekalau menghadapi anak remaja memang harusnya kayak ke teman
DeleteSebagai emak yang pernah pula remaja, kebayang sih gimana galaunya Keke karena berhari-hari terkurung di rumah. Jangan kan yang masih remaja, yang dunia mereka kenal hanyalah dunia bermain, lah yang tua saja bisa uring-uringan juga kalau disuruh di rumah saja. Tapi apa boleh buat. Demi kesehatan kita, lingkungan, dan bangsa kita, semua harus ikut berkorban. Semoga badai ini segera berlalu
ReplyDeletebetul, Mbak. Harus mengendalikan ego kalau mau wabah segera berakhir
DeleteYa begitulah menghadapi anak remaja, seringnya aku lebih diajak ngobrol santai.
ReplyDeleteApalagi masa2 sekarang yang membatasi aktivitas diluar, kudu pinter2 emaknya bikin suasana happy di rumah ya, Chi..
UNtungnya anak2 kita masih bisa nurut kalo di kasih tau.
ehh, Keee coba ya minta hadiah ultah drum aja, kabooorrr
Drumnya udah ada. Tinggal ruangannya yang belum kedap suara hehehe
DeleteAnak2ku usia remaja nih dari no 2 sampai no 5 lumayan harus tarik ulur xixixi alhamdulillahnya sudah gak terlalu bikin cape sudah ga terlalu banyak yg perlu aku turun tangan..
ReplyDeleteMeski melarangnya terkesan gimana smpe anak ga boleh main keluar tapi semua juga demi kebaikan anak dan kluarga ya mbak.
ReplyDeleteLangkah yg mbak ambil udah bener sih. Buktinya sedasyat ini pandrmi corona menyerang Indonesia. Moga cpt pergi biar keke bisa main lagi y mbak
ya kadang-kadang memang harus setegas itu
DeleteDengan perlahan namun pasti memang kita harus jelaskan ini ke anak ya mba. Tak mudah memang tapi anak pasti ngerti. Aalagi di usia remaja ya
ReplyDeletealhamdulillah, sekarang mereka betah banget di rumah :)
DeleteAnakku middle age udah mulai ngeyel juga. Emang salah satunya pressure dari teman. Kalau yang lainya belum. Makanya aku juga mulai tegas Mbak. Kalau untuk seusia Najwa kan belum bisa mengukur risiko, jadi lebih ke kasih aturan untuk ditaati bersama. Aku belajar banyak lho dari parenting ala Mbak Myra. Meskipun tetep ya, sesuaikan sama kondisi keluargaku.
ReplyDeleteKalau udah remaja, pengaruh luar memang lebih banyak
DeleteIya sih, remaja seusia segitu pasti kangen seseruan bareng teman-temannya. Stres juga dia ya terkurung mpe sebulan. Anakku cewek nih mungkin agak lebih mendingan. Meskipun kena lockdown di pondok, tapi dia kan masih rame-ramean bareng santri yang lain. Mungkin tidak setertekan itu ya.
ReplyDeleteSekarang masih di pondok, Mbak?
DeleteWah sudah remaja ya mbak, enggak terasa dengan berbagai karakter anak-anak dan kudu bijak menanggapinya. Aku senang banget kalau anak-anak punya sisi musik yang bagus lho mbak. Wah pasangin drum aja mbak biar makin keren hehe
ReplyDeleteBikin ruangan kedap suaranya dulu. Biar gak diomelin tetangga hehehe
DeleteKebayang kalau anak udah segede Keke kudu bener2 jelasinnya pakai data dan logika supaya "terdengar masuk akal" dll ya mbak. Kalau anak2ku krn masih kecil msh percaya aja dikasi tau ini itu.
ReplyDeleteApalagi kalau sama Keke memang sejak dulu harus detil
DeleteKalau Ponakanku yang seusia Keke aslinya anak rumahan. Kalau main pun paling ke saudara sebelah rumah. Sejak ada Pandemi, udah gak main jauh-jauh. Kalau yang kecil, udah ngeluh bosen. Semoga semua segera membaik ya dan kita semua kuat
ReplyDeleteAamiin
Deletebisa dipahami sih mba. jangankan remaja yang super aktif, aku aja sudah 3 minggu dirumah rasanya bosaaaaaannnnnn banget. tapi mau gimana, mudah mudahan situasi ini cepat membaik ya mba. TFS mba
ReplyDeleteKalo mba Chi ngebilangin anak ya, kalau aku ngebilangin mertua wkwkwk
ReplyDeletesama-sama kadang bisa nurut kadang-kadang ya susah. Namanya juga merawat hehehe
Semangat selalu tapi, Keke keren ya aktif terus anaknya. Sehat selalu sekeluarga ya mba Chi
Hahaha tetap ada tantangan juga, ya
DeleteJelasin soal pandemic ini memang beda-beda ya ke tiap orang. Termasuk ke remaja. Kalo aku, ke anak-anak remaja gak terlalu susah. Mereka banyak baca berita di internet, walopun banyak juga yang harus aku lurusin karena berita yang mereka terima banyak hoax-nya. Nah untuk anak-anak yang kecil nih yang susah. Mereka sering merengek minta jalan-jalan. Untung deh banyak orang kreatif yang bikin iustrasi bergambar, dan video-video interaktif. Mereka jadi sedikit ngerti.
ReplyDeleteBanyakin sibuk biar lupa ma pandemi hehehe
DeleteKita aja yang dewasa merasa jenuh apalagi remaja... Diam di rumah tentunya tantangan besar, setuju dengan poin tegas
ReplyDeleteya kadang-kadang harus ada tegasnya
DeleteKak Myr..mau tanya doonk...
ReplyDeleteApakah remaja itu perlu "dimaklumi"?
Karena pas anak-anak, orangtua sering memaklumi dengan berkata "Maklum laah...masih anak-anak."
Aku aga rancu dengan pemakluman ini.
Enggak harus, Mbak. Bahkan untuk yang masih anak-anak pun saya gak selalu bilang kalimat pemakluman seperti itu. Saya pernah menulis tentang ini di blog judulnya "Namanya juga Anak-Anak"
DeleteHaturnuhun, kak Myr..
DeleteAku mau jalan-jalan ke blog kak Myr duyuu..
Anak-anak selalu amazing yah...suka tiba-tiba bisa sesuatu atau pengin sesuatu.
Sama-sama, Mbak
DeleteMelihat situasi yang kini makin sulit dan anak-anak kelamaan libur jadi kasihan. Saya merasakan gimana bosannya kalau di rumah terus. Apalagi mereka ya Mbak.
ReplyDeleteiya, Mbak
DeleteJadi ingat masa-masa remaja dulu. Entah kenapa mood dan emosi itu kayak roller coaster mudah sekali berubah. Untuk itu orang tua disarankan untuk lebih sabar dan lebih mendengar ketika anak-anak memasuki masa puber. Tetap semangat ya Bunda Kenai.
ReplyDeleteYup! Sepertinya umumnya remaja seperti itu
Deletesituasi kayak gini memang bisa bikin secara psikis kita terganggu, aku pun juga mengalaminya :(
ReplyDeleteSemua kena, ya. Semoga kita selalu dijaga kewarasannya. Aamiin
DeleteAnakku yang masih 6tahun juga suka nanya dan aku berdua bikin tentang virus corona dari play dough untuk penjelasannya. Jadi dia sekarang udah lebih paham dan ngerti tentang virus ini.
ReplyDeleteyup! Harus dikasih pemahaman sesuai usia
DeleteWaduh anak saya belum remaja tapi udah suka berontak juga... Kemarin marah karena saya larang jumatan sama teman2nya...
ReplyDeleteKembali ke karakter juga kayaknya, Mbak
DeleteAnak- anak pasti bosan di dalam rumah terus yah, mending kalau rumahnya luas dan bisa bereksplorasi huhu kalau rumahnya sempit, kan kasian yah. Perlu ada cara tepat menjelaskan biar anak paham memang.
ReplyDeleteIya, apalagi kayak anak saya yang lagi senneg main hehehe
DeleteJadi inget zaman remaja dulu. Suka banget dilarang mama kesana kemari. Makin kesini makin ngerti dan mrs senang dulu mama termasuk overprotected. Anak aku masih kecil, dan itu pun susah ngasih pengertiannya. Finally, aku suruh aja dia tonton efek corona di youtube. Harus dibuat takut kadang..eww
ReplyDeleteKadang-kadang itu efektif. Tetapi, harus dikasih penjelasan juga, Mbak
DeleteAnakku masih piyik2 mba. Pusing muter ae di rumah teriak2 maen
ReplyDeleteKalau dah gede enak bisa diajak ngobrol....serius begini.
Gak apa-apa yang penting mau diam di rumah dulu
DeleteNah iya video call ma temen membantu ya. Kmrn juga Dema pas kelas online eh gurunya keabisan kuota (huhuhu sad) akhirnya Dema cuma berdua sama temennya jd ngobrol deh. Cukup mengobati kangen dan bikin berhenti bilang bosen setidkanya utk sementara huhuhu
ReplyDeleteSedih kalau begitu ya, Pril
DeleteKalau aku malah kebalikannya Mbak Myra. Anak anak ini sangat sadar bahaya corona. Hampir 3 minggu ini mereka di rumah terus. Bahkan ke indomaret depan komplek aja gak berani. Malah emaknya ini yang tiap hari masih beli sayur atau ke indomaret depan. Trus dicerewetin anak anak deh aku.
ReplyDeleteHahaha tapi, ya mau gak mau kan harus ada keluarnya. Asalkan ikutin standar keamanan aja
DeleteAku tuh suka dengan pengaturan pola asuh dalam keluarga mba Myra, selalu kompak. Dan menyelesaikan dengan diskusi setiap problem padahal bukan perkara mudah untuk bisa 'berdamai' apalagi ketika usia remaja yang cenderung ingin kebebasan
ReplyDeleteIya, Mbak. Harus tetap diusahakan bagaimana pun juga :)
DeleteKalau remaja emosi dan pikirannya memangbmasih belum stabil ya. Jadi kudu benar2 sabar ngadepinnya dan ngasih penjelasan ke dia.
ReplyDeleteiya, harus tarik ulur
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^