Cerita Keluarga KeNai di ID Photobook -
Setelah lulus SMA, Chi pernah kepikiran mau ambil kuliah di Jurnalistik.
Sebetulnya bukan karir wartawan yang diinginkan. Tetapi, kegiatan
memotretnya yang diincar. Pikiran sederhana Chi saat itu adalah kalau jadi
wartawan bakal sering memotret. Padahal karir jurnalistik kan luas juga,
ya hehehe.
Chi pengen banget kuliah photography. Tetapi, mamah dan papah berharap
banget anak pertamanya ini bisa kuliah di fakultas teknik. Ketika, Chi
memilih fakultas ekonomi pun reaksinya terlihat kurang antusias.
Sayangnya, Chi juga bukan tipe anak yang terbuka. Chi gak berani bilang
mau kuliah di photography. Makanya sempat kepikiran ke jurnalistik.
Tetapi, tetap gak berani ngomong juga.Fakultas ekonomi dipilih sekadar
merasa ini jalur yang aman karena sedang tidak ingin belajar eksak.
Meskipun di SMA masuk jurusan IPA.
Fotografi Selalu Menarik
Foto K'Aie waktu di Everest. Berarti ketahuan 'kan siapa yang mempengaruhi kami sekeluarga jalan-jalan di alam terbuka.
Enggak, Chi gak sedang menyesali nasib. Apalagi kesel sama orang tua,
kok. Kejadian itu udah lama sekali berlalu dan Chi merasa baik-baik aja.
Cukuplah dijadikan pelajaran, untuk menjadi orang tua yang mau memahami
passion anak. Setidaknya sering berdiskusi dengan anak.
Di postingan ini, Chi ingin bercerita kalau sejak dulu hingga sekarang
dunia fotografi memang selalu menarik. Meskipun gagal kuliah di jurusan
ini, Chi coba untuk belajar secara otodidak. Selalu menyisihkan uang jajan
untuk beli majalah fotografi.
Gak hanya beli majalah fotografi. Chi juga sering beli roll film hingga
cuci
cetak foto dengan
menggunakan uang sendiri. Dari dulu sampai sekarang, sering bawa kamera ke
manapun.
Chi dan K'Aie pernah membuat kumpulan foto dari lahir hingga menjelang
pernikahan. Foto-foto tersebut kemudian ditampilkan di big screen melalui
projector saat pernikahan kami. Seneng banget melihat perubahan penampilan
kami dari masa ke masa. Hingga akhirnya ke pelaminan.
Sekarang, minat Chi untuk belajar fotografi gak sebesar dulu. Paling yang
gak berubah tuh hobi motretnya. Tetap aja masih suka bawa kamera ke
mana-mana.
Seneng banget ketika Keke memilih ekskul fotografi di sekolahnya. Bahkan
terpilih menjadi ketua angkatan. Sebelum pandemi, dia pernah menang salah
satu lomba foto. Hadiah uangnya lumayan banget. Terbayar deh usaha dia
menerjang banjir besar Jakarta di awal tahun ini untuk hunting foto.
Bahkan besoknya sampai sakit hehehe.
Dari selembar foto memang bisa memiliki banyak kenangan. Sejak punya anak,
Chi semakin sering motret, terutama motretin anak-anak. Seneng banget
melihat tumbuh kembang mereka melalui foto. Melihatnya saja udah
menimbulkan berjuta kenangan.
Cetak Foto di Era Kamera Digital
Di era kamera digital ini, mengumpulkan foto jauh lebih mudah. Tinggal
jeprat-jepret, gak perlu mikirin berapa banyak uang yang dikeluarkan. Beda
banget 'kan dengan zaman masih roll film. Isi 36 tuh disayang-sayang
banget.
Gak mungkin deh kayak zaman sekarang yang untuk 1 pose aja jepretan
fotonya bisa puluhan sampai ratusan. Kalau dulu tuh posenya harus
dipastikan pas dulu biar gak buang-buang roll film. Mahal, uy!
Bakalan puas banget kalau semua hasilnya bagus. Tetapi, nyengir garing dan
pasrah aja kalau fotonya ngeblur, kebakar filmnya, atau gayanya gak pas.
Duh, kenangan yang gak terlupakan banget, ya hahaha!
Saking mudahnya memotret di zaman sekarang, membuat Chi jadi rutin
menyortir. Kalau enggak gitu, nanti penuh kapasitas memorinya. Tentu aja
foto yang dipertahankan adalah yang bagus dan memiliki cerita.
Beberapa foto blur memang ada yang dipertahankan. Biasanya karena foto
tersebut memiliki cerita. Bisa bikin tertawa saat melihatnya dan
menimbulkan kenangan yang indah. Sayangnya gak ada foto yang jelas. Jadi
tetap sayang untuk dibuang.
Chi masih mencetak foto sampai sekarang. Karena melihat berbagai foto di
album jauh lebih asik. Tetapi, gak mungkin juga ya mencetak semuanya.
Terlalu banyak jumlahnya. Makanya, foto-foto yang dicetak bisa dikatakan
best of the best.
Selain best of the best,
photobook yang
dicetak semuanya dikasih judul. Sampai saat ini udah ada 3 album yaitu
- 2007 Jalan-Jalan KeNai
- 2008 Jalan-Jalan KeNai
- KeNai's Family
Memang rencananya Chi mau bikin edisi album foto Jalan-Jalan KeNai
setiap tahun. Tapi, gak sempat melulu sortir fotonya karena jumlahnya
lumayan banyak.
Awalnya, kepikiran untuk membuat berdasarkan destinasi yang pernah
dikunjungi. Misalnya saat keliling pulau Jawa. Tetapi, setelah dipikir
lagi kayaknya enakan bikin per tahun. Pilih beberapa foto jalan-jalan
yang paling berkesan.
Berbagai Kenangan di Album Foto KeNai's Family
Keke waktu masih bayi. Kalau yang baju kuning, itu Nai saat bayi
Album ketiga, Chi namakan KeNai's Family. Udah lama juga ingin punya
rangkuman album tentang keluarga kami.
Untuk album KeNai's Family ini, foto-fotonya mulai dari tahun 2004 s/d
2018. Lumayan juga menyortir kumpulan foto selama 14 tahun menjadi 1
album. Tetapi, Chi puas dengan hasilnya. Ada banyak cerita yang
terangkum dalam 1 photobook ini.
Di halaman awal ada foto Keke waktu masih bayi. Lahir dengan berat badan
3,99 kg memang membuat Keke terlihat besar. Sempat disangka overweigt
oleh salah seorang kerabat. Bahkan Chi sempat dipaksa untuk membuat Keke
diet. Padahal saat itu Keke masih ASI Eksklusif.
Untungnya Chi cuek. Terserah aja lah orang mau ngomong apa. Percaya apa
kata dokter aja. Dan dokter anak mengatakan gak perlu diet selama masih
ASI eksklusif meskipun berat badannya di atas rata-rata.
Melihat perubahan anak-anak dari masih bayi hingga remaja di album ini
memang menyenangkan banget. Tidak hanya itu, beberapa foto perjalanan
juga ada di sana. Semacam mengingatkan kalau kami ini keluarga yang
bahagia. Ya semoga aja akan selalu seperti itu.
ID Photobook Selalu Jadi Andalan
Keke mulai puber. Badannya mulai mengurus
Ketiga photobook yang sudah kami miliki ini dicetak di ID Photobook.
Awalnya, Chi cetak 2 album dulu yang tentang jalan-jalan. Eh, kok, bagus
banget hasilnya. Langsung deh saat itu juga pengen cetak foto lagi.
Tetapi, gak sempat sortir fotonya terus.
Padahal ya kalau udah disortir, tinggal diserahin aja ke ID Photobook.
Urusan design biar mereka yang mengerjakan. Sejauh ini, Chi puas dengan
hasilnya.
Ketika ada keinginan untuk cetak foto lagi, Chi udah gak mau cari-cari
jasa photobook lagi. Langsung aja lah ke ID Photobook. Pengalaman
pertama udah memuaskan.
Dan, prosesnya masih sama seperti sebelumnya. Cepat, praktis, serta
pelayanan yang ramah. Harga juga menurut Chi masih ramah di kantong.
Malah suka ada promo-promo gitu. Coba deh teman-teman kepoin akun media
sosial ID Photobook.
Pastinya masih pengen cetak foto lagi di sini. Belum pernah
mengecewakan. Untuk album keempat, kayaknya Chi bakal melanjutkan tema
jalan-jalan. Masih banyak foto traveling Keluarga KeNai yang belum
dicetak di photobook.
[Silakan baca:
Menyimpan Kenangan Terindah dengan Cetak Foto di ID Photobook]
24 comments
Ishhh, baguuusss banget poto2nyaaa
ReplyDeleteapalagi dicetak secara eksklusif di ID Photobook.
Keren nian!
Jadi pengen liatin fotonya terus hehehe
DeleteBaru tau cita cita mak chie yg ga kesampean. Tp gapapa ya mak kan bs disalurkan hobi motretnya di ID Photobook. Aku pernah bikin album anak anakku. Seneng aja ya lihatnya kalau didokumentasikan dengan cantik 😍
ReplyDeleteIya, masih tersalurkan hobinya. Terutama setelah menjadi blogger :D
DeleteMakasih infonya, Chi. Membaca ini jadi membuka-buka file simpanan foto juga, terinspirasi ingin menjadikannya album foto jg di photobook, membukukan kenangan.
ReplyDeleteyuk bikin juga, Mbak
DeleteSeru banget yaa punya photo keluarga gini, pasti bisa menjadi kenangan buat anak kalau mereka sudah besar hihi, albumnya juga cantik deh
ReplyDeleteMakanya saya suka cetak foto :)
Deletecakep-cakep photonya,jadi pingin
ReplyDelete#toss mbak, akupun pernah ingin masuk jurnalistik, juga pernah ingin masukpsikologi, tapi kedua fakultas itu dulu mah termasuk madesu :D :D
kepaksa deh masukekonomi yang agak nyrempet eksakta :D :D
Iya, dulu jurusan begini masih dipandang sebelah mata
DeleteGemes banget deh Keke sama Nai di album foto itu. Duh aku kepengen juga deh nyetak foto anak-anak waktu kecil. Udah gak pernah lagi buka file foto lama sih. Kalo dicetak foto album kayak gini kan bisa dilihat kapan pun. Mana tampilannya cantik pula.
ReplyDeleteYup! Itu alasannya saya cetak foto, Mbak
DeleteKalau dicetak fotonya jadi menumbuhkan kenangan bagaimana foto tersebut bisa terjadi dan ada kejadian apa. Dengan cetak foto solusi juga sih biar memori hape nggak penuh hehe
ReplyDeleteSupaya memori hp gak penuh, saya sering pindahkan ke tempat lain
DeleteSaya menggunakan fasilitas ID Photobook untuk Company Profile jenama perhiasan saya (FIBI Jewelry). Hasilnya cantik banget. Foto-fotonya clear dengan sentuhan artistik yang nyeni. Sampai akhirnya diminta oleh Mentri Koperasi untuk dijadikan contoh pas ketemu beliau di salah satu meeting.
ReplyDeleteKeren banget, Mbak!
DeleteBenar ya mbak, sejak ada camera digital dan sosial media, uda jarang cetak foto. Tapi klo dicetak di ID Photobook lucu dan bagus hasilnya, jadi pgn coba
ReplyDeleteSemacam memilih best of the best hehehe
DeleteKualitas gambarnya bagus ya mbak, cocok nih buat mengabadikan momen penting
ReplyDeleteBagus karena ada minimum size kalau mau cetak di sini
DeleteAku juga nunggu punyaku kak, order di IDPhotobook sejak tanggal 16 Oktober jadi nggak sabar 😍😍😍
ReplyDeleteSemoga memuaskan juga, ya
DeleteSama mbak, aq dulu juga pgn kuliah jurnalistik.
ReplyDeleteBtw ID Photobook ini ada g di sby?
Bisa order online, Mbak. Jadi nanti hasilnya dikirim ke rumah
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^