Sekarang udah mulai bs bw lagi, jadi tunggu kunjungan Chi. Halah *minta ditimpuk :p Masuk ke topik utama, ah :)
1 minggu lalu, tepatnya Sabtu 6 April 2013, sekolah Keke dan Nai mengadakan seminar Parenting tentang pendidikan karakter. Pembicaranya adalah Prof. Dr. Arief Rachman, Mpd.
Banyak hal-hal menarik dan penting yang disampaikan oleh pak Arief, tapi kali ini Chi mau bahas tentang UN dulu. Karena lagi pada UN, kan?
Pada sesi tanya-jawab, ada salah seorang ibu yang bertanya tentang masalah UN. Dimana dalam pendidikan karakter, yang paling utama itu seharusnya pendidikan spiritual. Dengan adanya UN, pendidikan akal jadi lebih diutamakan, sehingga akhirnya menciptakan momok yang menakutkan bagi banyak pihak. Orang tua, para pendidik, dan terutama murid semuanya stress.
Jangan menentang UN! Itu jawaban pak Arief. Pendidikan di negeri kita yang lebih mementingkan akal, itu memang betul dan bikin miris. Tapi setuju atau tidak, UN adalah peraturan pemerintah yang harus dipatuhi. Menentang UN hanya membuat siswa rugi.
Lalu, bagaimana menyiasati masalah UN dan beban pelajaran lainnya supaya siswa tidak stress? Tugasnya sekolah dan orang tua untuk melakukan kreativitas terhadap metode belajar. Buat para siswa mengerti pelajarannya dengan cara menyenangkan.
Nah! Bukan Chi bermaksud untuk merasa benar, tapi apa yang disampaikan pak Arief itu sangat Chi setujui. Selama ini Chi dan K'Aie terus mencari metode belajar yang tepat untuk Keke dan Nai. Juga berusaha 'menyajikannya' dengan cara yang menyenangkan. Sambil disisipi juga pendidikan spiritual lainnya. Jadi kalo pemerintah membebani para siswa dengan pendidikan akal, kita para pendidik dan orang tua harus bisa menambahkan supaya pendidikan spiritual tetep yang utama.
Bukan hal yang mudah untuk membuat pelajaran jadi terasa menyenangkan. Ibaratnya kita diberi banyak bahan makanan yang semuanya harus dimakan oleh anak, sementara anak kita itu picky eater. Tugas kita sebagai orang tua atau para pendidik (lebih bagus, sih, dua-duanya) untuk meramu semua bahan makanan tersebut sedemikian rupa hingga anak mau makan dengan lahap tanpa paksaan.
Chi bersyukur, Keke dan Nai bersekolah di sekolah yang metode belajarnya menyenangkan buat mereka. Guru-gurunya pun terbuka untuk diajak diskusi kapanpun oleh orang tua. Tapi cara nge-check yang paling efektif itu lewat Keke dan Nai. Chi dan K'Aie selalu tanya ke mereka, gimana di sekolah? Pelajarannya sulit gak?
Chi pikir kalo mereka terlihat lesu ketika bercerita tentang sekolah itu artinya ada yang gak nyaman di sekolah. Alhamdulillah sejauh ini sih belum. Kalopun mereka ada sesekali cerita pelajarannya lagi sulit, Chi lihat dulu kesulitannya karena apa?
Yup, seperti yang Chi tulis diatas kalo ini jadi tugasnya orang tua dan para pendidik untuk meramu edukasi menjadi menyenangkan. Mungkin istilahnya bisa diganti jadi edutainment, ya. Tapi buat Chi yang paling penting itu orang tua yang pegang peranan. Karena di sekolah itu kan terdiri dari berbagai macam karakter anak dengan berbagai masalahnya. Chi sih ngerasain aja, punya anak 2 dengan karakter yang berbeda, rasanya udah pusing. Bayangkan kalo guru harus memahami beberapa puluh murid karakter murid yang harus dididik. Kayak apa, ya, pusingnya? :)
Jadi gimana, masih mau menentang UN? Kalau Chi dan K'Aie, sih enggak, ah. Ikutin aja apa kata pemerintah (walopun dalam hati kurang sreg). Nanti apapun kekurangannya, biar jadi tugas kami dibantu dengan para pendidik untuk meramunya menjadi enak.
Lagian daripada terus mengeluh dan ngedumel dengan apa yang diputuskan pemerintah, mendingan melakukan aksi supaya Keke dan Nai gak terbebani belajarnya.Jangan sampai kita terlalu sibuk menentang UN, tapi kita sendiri lupa untuk mendidik anak kita. Malah bikin si anak jadi tambah stress. Padahal kunci utama justru orang tualah yang pegang peranan dalam hal pendidikan :)
Semoga langkah yang kami ambil ini tidak salah. Aamiin :)
Keke dan Nai lagi bikin GA nih. Ikutan, ya! Silakan klik "1st Giveaway : Jalan-Jalan Seru untuk Keke dan Nai"
atau
Mau ikutan menulis buku bareng-bareng? Silakan klik "Buku Kumpulan Cerita Parenting
34 comments
Wah, sepakat sekali mbak Myra. Saya juga hbs menulis tentang UN. Dan sedang menunggu bewenya mbak Myra nih. hehehehe...
ReplyDeletehttp://bundalahfy.blogspot.com/2013/04/menghadapi-ujian-nasional.html
Tulisan itu sekalian buat komen buat postingan mbak Myra ini aah... :D
sy udah bewe ke sana dan setuju. Selamat UN untuk Astri semoga nilainya bagus2 ya, Mbak :)
DeleteUN adalah sebuah wacana bagi pemerintah untuk mengevaluasi hasil kinerja para pendidik dan murid atas kurikulum yang diberikan pemerintah.
ReplyDeleteKenyataannya, masing-masing sekolah memiliki sarana dan prasarana yang berbeda, tapi diberikan ujian yang sama! adilkah?
Sekolah pemerintah saja, dari pemerintah...tapi kenapa sarana dan prasarananya tidak di standarkan?
Kembali ke masing-masing murid dan orang tuanya, untuk lebih berkreatif menyiasati hal tersebut.
Chi, ini yang masih menjadi pertanyaanku, kegamanganku *kenapa pemerintah tidak menyamakan sarana dan prasarana tiap sekolah, dan UAN yang diberikan sama.
Tiap ada UAN aku nyesek, nangis dan...
kl mslh knp tdk ada kesetaraan, mnrt sy itu domain pemerintah, Mak. Sy sih cuma berpikir kita belajar aja yg terbaik yg udah para pendidik ajarkan. Dan sy sih selalu berpikir kalo memang bener di daerah byk terjadi ketimpangan, tp buktinya selalu aja ada anak2 yg berhasil dan berprestasi. Nah enak juga tuh belajar dr keberhasilan mereka :)
DeleteHmmm... UN memang sering jadi dilemma...
ReplyDeletedilema tapi tetep hrs dijalanin kan, ya :)
DeleteArief Rachman tu yang diriin labschool kah?
ReplyDeleteUN emang banyak kurangnya, tapi ya gimana, hihihi
Gak tau ah, no komen :P
mantan kepsek labschool setau saya
Deletetapi maus gak mau tetep hrs ikut kan? :D
kebetulan banget 2 anak saya tahun ini akan ber-UN ria. Satu masuk SMA/SMK yg satu lagi masuk SMP. Dari dua anak itu aja, ada 2 karakter yg beda jauhhhh banget. Yg satu dengan mudah mengikuti pelajaran, nah yg satunya lagi asyik dengan kreasi dan kegiatan2 non formal sekolahan seperti sibuk mau buat Buku Tahunan Siswa dll. Balik ke UN, tahun ini stressnya agak kurang karena faktor kelulusan bukan mutlak dari hasil UN koq... so mari kita songsong UN... piss mbak
ReplyDeletesetuju Pak. Terlepas dr segala carut-marutnya segala persiapa UN, yg penting dr kitanya siapa aja dulu. Gak usah ikutan carut-marut juga :)
DeleteHarusnya bisa disikapi dgn lebih santai ya Chi... Bener juga, kalo stress apa pelajarannya bs masuk..?
ReplyDeleteWalau tetep sih aku berharap ke depannya UN mgkn bs ditinjau ulang :-D
Hihihi...
Sukses buat kakak2 yg sedang UN :-)
Santai tapi serius
DeleteSetuju, Mbak. Semoga persiapan UN ke depannya lebih baik, ya
adekkku juga lagi un smp mau ke sma juga lagi galau
ReplyDeletehihihi'
semangat aja..
semoga hasilnya bagus2 :D
DeleteUN memang menjadi momok yang menakutkan ya buat para siswa tingkat akhir.. sampe bisa stress loh, saking nervousnya mengira2 soal apa yang bakalan keluar dan bisa atau ga-nya mereka menjawab..
ReplyDeletemoga anak2 kita nanti, bisa menghadapi UN dengan lancar dan ga terbebani yaa..:))
aamiin, semoga anak2 kita nanti bs lebih santai menyikapinya, ya :)
Deletekayaknya better pendidikan jaman kita kecil dulu ya, dgn buku ini budi dan Wati itu..., sekarang beban anak2 berat sekali.
ReplyDeletedulu sederhana bgt ya, Mak :)
DeleteTak perlu di tentang. :) Apapun keputusan pemerintah perihal ketentuan UN, lebih baik dijalani saja. Pastinya pemerintah sudah sangat bekerja keras dalam menyusun hal2 ttg pendidikan (UN), kan, ya.
ReplyDeleteikutan aja, tp kita juga hrs punya persiapan :)
Deletemasalahnya, meskipun kita gak setuju dengan UN, tapi kita gak berkutik....
ReplyDeleteiya kan...
stress sendiri lihat pendidikan kita ya
gak berkutik, tp kl bs jgn sp stress. Kasian nanti anak kl anak2nay jd tambah berat bebannya :)
Deletedi takuti tapi tetap saja sangat penting, karena itu adaaturannya ya kan mbak...sukses selalu pokoknya
ReplyDeleteyup mau gak mau hrs dijalanin :)
Deletenikmati saja menjadi rakyat mbak Mira, seperti halnya saya menikmati paving bolong di depan rumah saya hehehe
ReplyDeletemenikmati tapi jgn sp apsrah dan gak berbuat apa loh, Uncle :)
DeleteSeperti halnya mbak Niken saya juga baru bikin posting tentang share menemani Devon menghadapi UN, sekaligus menegaskan peran dan tugas ortu atas anaknya
ReplyDeletehttp://mediaindara.blogspot.com/2013/04/kekuatan-doa-ibu.html
yup tugas org tua menyuport anak2nya. Kl ada kacau balau ttg mslh UN itu bukan kesalahan org tua dan siswa :)
DeleteIya, sepertinya UN jadi beban para pelajar dan kadang2 hasilnya tidak sesuai dengan kemampuan. Ada yg pinter tapi nilainya jelek begitu juga sebaliknya. :)
ReplyDeletekadang faktor luck juga ada, ya. atau sikon juga mempengaruhi :)
DeleteOrang tua memegang peranan penting dlm hal metode belajar anak yg cocok. Ada anak yg metode belajarnya audio,ada yg visual, ada yg kinestetik. Disini org tua hrs jeli utk bisa melihat tipe/gaya belajar anak yg bisa diterima oleh anak, sehingga belajar utk anak bukan paksaan, tapi kegiatan yg menyenangkan. Sehingga ketika anak hendak mengikuti UN, itu bukan lagi menjadi momok, karena anak sudah dipersiapkan utk menhadapai UN. Betul memang, jangan menentang UN, tapi persiapkan diri utk menghadapi UN, tugas org tua utk bisa mempersiapkan anak degn baik dlm menghadapi UN. Dan yg tak kalah penting, Jangan Menyontek.
ReplyDeletebetul mbak. Org tua harus terus mencari dan mencari
DeleteJalan alternatif ya, Chi :)
ReplyDeleteSistem UN emang bikin stres, sih :)
tp jgn sampe anaknya jd tambah stress, Mak :)
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^