"Gen Z mana tau sejarah. Gen Z taunya bla ... bla ... bla ..."
Rasanya agak gimana membaca kalimat-kalimat seperti itu. Apalagi Chi punya 2 anak Gen Z. InsyaAllah tahun ini menjadi pemilih pemula. Menurut Chi, tidak semua Millenial dan Gen Z apatis politik.
Rasanya agak gimana membaca kalimat-kalimat seperti itu. Apalagi Chi punya 2 anak Gen Z. InsyaAllah tahun ini menjadi pemilih pemula. Menurut Chi, tidak semua Millenial dan Gen Z apatis politik.
Pada dasarnya, Chi memang tidak suka mengeneralisir untuk hal apapun,
termasuk urusan politik. Tidak semua Gen Z apatis dan buta politik. Ada juga
yang berpikir cerdas dan kritis. Lagipula, faktanya ada juga generasi di
atas millenial yang juga masa bodoh bahkan buta sama politik.
Alhamdulillah, Keke dan Nai tidak termasuk yang apatis politik. Chi lihat di berbagai platform media sosial, terutama X, juga banyak anak muda generasi millenial dan gen Z yang cerdas dan kritis beropini tentang politik.
Alhamdulillah, Keke dan Nai tidak termasuk yang apatis politik. Chi lihat di berbagai platform media sosial, terutama X, juga banyak anak muda generasi millenial dan gen Z yang cerdas dan kritis beropini tentang politik.
[Silakan baca:
Anak Bersikap Kritis, Positif atau Negatif?]
Mengajak Anak Berdiskusi tentang Politik
Karena Keke dan Nai pemilih pemula, Chi jadi pengen tau pandangan mereka
tentang politik. Tapi, Chi gak pernah sekalipun mengarahkan mereka untuk
memilih paslon tertentu. Walaupun seringkali tergoda juga hahahaha.
Chi pernah berada di usia mereka. Usia di mana merasa diri paling tau
segalanya. Terkadang juga suka susah dikasih tau. Makanya Chi sadar banget,
mengarahkan untuk memilih paslon tertentu malah nantinya bisa bikin mereka
kesel.
Lagian Chi lebih tertarik dengan cara pandang mereka. Paling tidak jangan
sampai mereka mudah percaya hoaks. Pendapat mereka harus ada alasan yang
jelas. Mereka sesekali mengikuti perkembangan berita, membaca buku sejarah,
atau menonton juga film dokumenter.
"5 tahun ke depan, insyaAllah, Keke udah kerja. Bahkan mungkin sudah mulai
berpikir menikah. Kalau harga beras masih gak stabil kayak gitu, gimana tuh,
Ke?"
Ya, ngomong politik memang gak harus dengan suasana serius. Kayak ngajak
orang rapat akhir tahun hehehe. Bisa sambil nonton berita, makan siang
bareng, atau apapun lah. Topiknya pun bisa random. Bisa juga disesuaikan
dengan situasi terkini.
Atau beberapa hari lalu, Nai menonton film Eksil. Setelahnya dia cerita
tentang filmnya sambil kami makan malam nasi uduk sekeluarga di salah satu
warung kaki lima. Terkadang gak harus orangtua yang mulai obrolan. Bisa aja
anak-anak duluan, kayak waktu itu pernah berdiskusi tentang Aksi Kamisan.
"Lho ternyata tau tentang Aksi Kamisan?"
Ya, kan, katanya anak zaman now gak pernah tau sejarah. Tapi, Alhamdulillah,
Keke dan Nai seringkali tau juga sejarah tanpa kami sodorin harus baca ini
ini. Mereka aktif mencari tau sendiri.
Tips Agar Anak Mau Berdiskusi Politik dengan Orang Tua
Sebetulnya tipsnya sama aja dengan topik diskusi lainnya. Anak mau
berdiskusi dengan orang tua karena merasa nyaman. Apapun opini mereka, orang
tua gak mudah menghakimi dengan kalimat, "Kamu tau apa, sih?"
Balikin aja ke diri sendiri, kalau kita ngobrol ma orang trus diremehin gitu
juga pasti ilfil, kan. Abis itu gak mau lagi ngobrol ma orang tersebut.
Begitu pun dengan anak kalau selalu diremehin ma orang tuanya.
[Silakan baca: Anak Muda Memangnya Tau Apa?]
[Silakan baca: Anak Muda Memangnya Tau Apa?]
Apalagi di usia segitu, anak lagi seneng didengerin pendapatnya. Kalau pun
dirasa ada yang salah, diarahin pelan-pelan. Perlu juga ajak mereka untuk
berpikir.
Membuat anak mau berdiskusi juga bukan proses instan. Prosesnya bisa dari
mereka kecil dengan terus menjaga bonding. Kayaknya kecil kemungkinan, anak
yang tadinya gak dekat sama orang tua, trus tau-tau mau dan bisa ngobrol
santai dengan orangtuanya.
Tidak hanya berdiskusi, bimbing anak agar senang membaca. Meskipun Keke dan
Nai juga sama kayak kebanyakan anak di usianya yang lebih sering membuka hp.
Tetapi, setidaknya masih ada buku-buku yang mereka baca.
Bahkan Chi sering takjub sama pilihan buku Keke dan Nai. Kayaknya di usia
mereka, Chi masih lebih suka baca cerpen, novel remaja, atau malah komik.
Mereka seringkali baca buku dengan tema yang cukup berat.
[Silakan baca: 2 Tips Jitu Mengajarkan Anak Membaca]
[Silakan baca: 2 Tips Jitu Mengajarkan Anak Membaca]
"Bunda udah mulai tua. 5 tahun ke depan, mungkin udah gak pusing lagi
mikirin biaya sekolah. Untuk urusan makan dan kebutuhan harian lainnya pun
juga udah gak banyak kalau hanya untuk Ayah dan Bunda. Tapi, Keke/Nai masih
masuk usia produktif. Mau jadi apa di 5 tahun ke depan? Pemimpin atau
Presiden yang terpilih bisa mempengaruhi hidup kalian melalui berbagai
kebijakannya. Jadi berusaha pilih calon pemimpin dengan benar. Perjalanan
hidup kalian masih panjang."
Chi gak bermaksud mendahului ketetapan Allah SWT. Tetapi, memilih pemimpin
juga bagian dari ikhtiar. Setidaknya kita yakin pemimpin yang dipilih adalah
sosok yang tepat. Meskipun akhirnya belum tentu dia yang menang. Paling gak
kitanya ikhtiar dulu, lah.
"Hati-hati menyebarkan berita. Kalau sampai berita itu hoaks, tapi kita terlanjur menyebarkan, takutnya jadi dosa jariyah. Naudzubillah min dzalik."
"Hati-hati menyebarkan berita. Kalau sampai berita itu hoaks, tapi kita terlanjur menyebarkan, takutnya jadi dosa jariyah. Naudzubillah min dzalik."
"Jangan golput, ya. Mendingan kalian pusing sekarang karena menyeleksi calon
pemimpin sampai ketemu yang sreg. Daripada pusing 5 tahun ke depan. Ini
namanya ikhtiar memilih yang terbaik."
Ya, sesekali boleh membuat pernyataan tegas ke anak hehehe. Penting juga
menyelipkan pesan agama ketika ngobrolin politik.
Semoga semakin banyak Millenial dan Gen Z yang tidak apatis politik. Tidak buta sejarah. Manfaatkan dunia digital sebaik mungkin. Berlaku juga nih buat anak-anak di generasi bawahnya. Yuk, jalin terus komunikasi sama anak.
Semoga semakin banyak Millenial dan Gen Z yang tidak apatis politik. Tidak buta sejarah. Manfaatkan dunia digital sebaik mungkin. Berlaku juga nih buat anak-anak di generasi bawahnya. Yuk, jalin terus komunikasi sama anak.
23 comments
Aku sebenarnya paling ga suka ngobrol sama orang yang mengotak-kotakkan generasi dan merasa generasinya lah yang paling baik dan super. Contoh seperti, anak jaman sekarang mana pernah merasakan bla bla bla, anak jaman 90an tuh hebat bla bla bla. Setiap generasi memiliki kekuatannya masing-masing. Kalau kita generasi yang lebih tua terus merendahkan generasi muda tanpa mengarahkan kapan mereka bisa jadi lebih baik? Ya kan... anakku sekarang masih TK jadi belum bisa diajak ngobrolin politik entah nanti disebut generasi apa ya? Terima kasih tipsnya bisa ku lakukan buat mengajak diskusi pada topik lain. Tapi buat anak TK baiknya diajak diskusi apa ya?
ReplyDeleteSama. Saya pun gak suka mengkotak-kotakkan generasi.
DeleteMenurut saya, untuk anak usia dini bisa diajarkan hal-hal dasar, berani bersikap, dibimbing agar senang membaca, dll. Karena menurut saya, hal-hal seperti itu bisa menjadi modal dan benteng kuat buat anak.
Misalnya, di era gempuran informasi jadi tidak mudah percaya begitu aja. Akan selalu mencari tau. Berani bersikap tanpa ikut-ikutan arus.
Alhamdulillah kalau Keke dan Nai mau diajak diskusi politik ya. Politik ga selalu berat dan njwlimet. Yg penting mereka tahu apa saja manfaat melek politik dan bisa berpikir kriris.
ReplyDeleteGak semua anak Gen Z gak tau sejarah padahal, banyak juga dari mereka yang memang belajar dan mencari tau. Apalagi politik sekarang, ya memang sih berasa kayak mereka cuek padahal mah yang gak cuek ya ada cuma gak terekspos aja. Semangat memilih Keke dan Nai, semoga apa yang kita pilih pada hari ini menjadi yang terbaik dan membawa Indonesia lebih baik.
ReplyDeleteBenar Mak, anak-anakku yang masih sekolah pun mulai tertarik dengan politik mungkin karena ramai ya bahas politik pas kampanye, untungnya mereka mau kuajak diskusi jadi paham bagaimana kondisi negara sekarang l, jangan sampai kita salah pilih pemimpin bakal sengsara berjamaah huhu
ReplyDeleteSebenarnya banyak juga kok milenial dan gen z yang melek politik
ReplyDeleteTapi emang paling pas ya mengajak anak berdiskusi soal politik di rumah
Biar anak tak apatis tehadap politik
Aku pun udah ngenalin mereka dengan politik karena mereka gak kenal dengan orde baru dan kekejamannya. Jadi ya dikasihtau dikit-dikit. Sepertinya buku sejarahnya gak update ya.
ReplyDeleteanak sulungku tahun ini ikutan nyoblos. Lima tahun ke depan anak kedua ikutan pemilu. Ternyata kita udah tua ya hahah... emang perlu banget ikhtiar memilih pemimpin. Sebagai orang tua kami terus memberikan pengarahan agar anak-anak mengetahui informasi yang benar dan akhirnya memahami apa pilihannya.
ReplyDeleteBanyak sekali memang yang melatarbelakangin seseorang untuk memilih sesuatu.
ReplyDeletemeski agak gak nyambung, tapi aku cuma mau bilang, alhamdulillah ada pilihan. Daripada beberapa tahun silam, saat aku masih kecil, pilihannya memang ada beberapa, tapi yang menang uda pasti salah satu paslon. Ini agaknya menjadi sejarah kelam Indonesia sih yaa..
Semoga genzi semakin paham pentingnya memilih dengan mencari tau sebanyak-banyaknya fakta masing-masing paslon dari berbagai sumber terpercaya.
Iya nih nbak, sejak jadi ibu prioritas dan pandangan hidup beda, malah yang banyak dipikirin adalah masa depan anak.
ReplyDeleteBtw soal politik, jangankan yg anak2 remaja atau kuliahan, ini di rumah bocil2 SD juga udah tahu copras capres bahkan punya pilihannya.
Diskusi juga tapi ya lbh santai ma lucu2an ajaa.
Sebagai ortu jangan sampai generasi selanjutnya apatis pada politik yaa. tahun ini aku pun melihat banyak genzi antusias pada poliyik, udah ada capres yang membuat politik jd lbh fun buat diobrolin.
Semoga ke depannya edukasi politik untuk anak2 muda makin baik yaaa
Bagus lhooo sejak dini sudah melek politik. Jadi anak2 bisa mempertimbangkan calon pemimpin negara yang tepat menurut pandangan mereka. Terlepas dari menang atau kalah si calon ini, paling tidak sudah ada ikhtiar utk memilih.
ReplyDeleteBersyukur anak-anak yang tahun ini menjadi pemilih pemula sudah memantau pergerakan peta politik Indonesia.
ReplyDeleteDan kami tuh sering banget diskusi tentang karakter para pemimpin bangsa, mulai dari presiden pertama hingga yang sekarang, jadi anak-anak memiliki bekal yang baik. Nah, sebelum memilih juga kami diskusi loh, karena kan tiap kepala punya pemikiran sendiri-sendiri.
Nah, penting banget nih biar gen z dan milenial bis amelek politik, tidak sebaliknya yaitu apatis. Bagaimanapun nantinya mereka yang menjadi penerus.
ReplyDeleteSaya udah apatis duluan mbak, semcam pesimis sama pemerintahan.
ReplyDeleteBoro-boro ngajak anak ngomong politik, saya sendiri aja udah hilang semangat, hehe
Padahal penting ya untuk paham setidaknya sedikit tentang politik. Minimal paham visi misi dari pasangan yang akan kita pilih.
Duhh, gimana ini biar bergairah lagi untuk mau melek ya, hehee
Setiap generasi ada plus minusnya ya, tapi bukan berarti generasi satu lebih baik dari generasi lainnya. Apalagi di zaman sekarang, semua serba mudah diakses.
ReplyDeleteAnak-anak muda gen Z juga jadi lebih melek politik.
Gen Z di rumah saya awalnya juga mau milih "pasrah" katanya, kalau sudah terbaca dari awal siapa yang mau menang, bukannya Pemilu itu mubadzir, jadi kita diskusi yang namanya ikhtiar memilih dari calon yg ada, yang paling sedikit mudharatnya, kalah menang itu biasa dalam kompetisi. Anaknya senyum, 'iya sih' dan pas hari H semangat ke TPS :)
ReplyDeleteMengenalkan anak pada dunia politik, menurut saya, adalah kewajiban pendidikan yang dimulai dari orang tua atau keluarga atau lingkungan terkecil dari seluruh masyarakat. Tentu saja pada saat anak-anak sudah memiliki nalar yang tajam pada berbagai unsur kehidupan. Anak-anak harus sadar bahwa pengetahuan politik kita akan berpengaruh pada banyak sisi kehidupan dan masa depan bangsa. Alhamdulillah, saya sendiri sudah melakukan ini saat anak-anak saya SMP. Pelan-pelan ngasih pemahaman dan mengajak mereka agar lebih kritis saat tiba waktunya mereka memilih.
ReplyDeletePilPres 2019, saya dan keluarga besar hampir satu suara
ReplyDeleteBeda dengan PilPres 2024, tapi saya senang karena berarti kita berbeda namun tetap saling menghargai
Geliat gen Z di media sosial juga bikin bangga, karena muncul anies bubble yang mirip K-pop terus ada Desak Anies selepet imin dll
sebagai generasi muda jaman now memang jangan apatis sama politik,
ReplyDeleteterlebih buat pemilu tahun ini yang unik, jadi menarik untuk sampaikan hak suara
Krucil saya baru kelas 2 SMP, tapi kemarin sudah ngomong soal paslon 1,2 dan 3, Mbak. terus antusias juga menyimak perhitungan suara. kayaknya dia tidak sabar ikut nyoblos juga. Makanya kalau dia ngomong politik, saya simak saja. kalau sudah jauh membahas, saya rem juga. Biar dia tau politik seusai usainya saja hehehe.
ReplyDeleteAnak zaman sekarang sedikit-sedikit harus mulai dikenalkan dengan sejarah Indonesia baik yang bagus-bagus atau yang buruknya juga. Biar ketika punya hak pilih mereka gak apatis dan bisa membawa kemajuan buat bangsa.
ReplyDeleteMelek politik ini bagus buat kita semua.
ReplyDeleteAgar sama-sama punya pandangan mengenai pilihannya dan bisa bertanggunjawab juga. Jadi belajar mengutarakan pendapat, berdiskusi dan siap juga dengan yang namanya sebuah kekecewaan kalau pilihannya tidak menang di kontestasi pemilu kemarin.
Waah menarik niih. Tapi yang paling menarik cara kita menagajk mereka agar paham tentang setiap paslon jangan mengiring mereka yaa, tapi arahkan atau tanya pendapat dulu. Apalagi sekarang ini media sosial garang banget.. Salah-salah anak malah jadi ikutan emosian yang nggak jelas karena racun medsos
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^