"Itu, sih, biasa kalau udah di usia kita, Myr."
Chi diam sejenak ketika membaca jawaban salah seorang teman. Biasa? Masa'
sih? Perasaan banyak banget yang sepantaran bahkan jauh lebih tua yang
kelihatannya masih sehat. Masih bisa beraktivitas normal.
Kalau sekadar pegel atau nyeri-nyeri tulang mungkin memang banyak yang
mengalami. Tapi, belum tentu sampai gak bisa jalan. Sempet rada nyesel
udah cerita. Ya, mungkin Chi juga masih baper pada saat itu hehehe.
Oiya, cerita tentang kaki ini lanjutan dari postingan sebelumnya di bulan
Agustus. Baru dilanjutin lagi 😂
[Silakan baca:
HUT RI ke-78, Momen Berdiri di Atas Kaki Sendiri]
Tiba-Tiba Mengalami Patah Kaki
Kejadiannya sekitar 3 bulan yang lalu. Saat itu, Chi mau ke sekolah Nai
untuk hadir di rapat orang tua murid dan sekolah di awal tahun ajaran
baru. Ketika ojol yang dipesan datang, Chi bersiap untuk naik. Tau-tau
....
Gubrak!!
Tiba-tiba Chi terjatuh dengan keras. Lutut kiri kayak ada yang matahin kaki trus didorong hingga langsung tersungkur ke aspal dengan keras. Gak bisa bangun sendiri, sampai minta tolong driver ojol untuk bantuin
berdiri.
"Ibu gak apa-apa? Tetap berangkat, Bu?"
"Iya, gak apa-apa. Tetap berangkat, Mas."
Gubrak!!
Baru juga berdiri sebentar, Chi jatuh lagi untuk kedua kalinya. Kali ini
langsung menyerah. Minta tolong dibangunin lagi dan dipapah sampai teras
rumah. Perjalanan ke sekolah dibatalkan, tetapi tetap bayar ojolnya.
Kejadiannya sangat tiba-tiba dan gak diduga sama sekali. Bener-bener gak
ada tanda apapun. Bahkan pagi harinya Chi masih sempat olahraga. Bayangin
kayak kaki meja yang tiba-tiba patah karena gak sanggup menahan beban. Ya
kira-kira seperti itu. Lutut kaki kiri bener-bener kayak ada yang
matahin.
Chi duduk di teras, menunggu K'Aie dan Keke pulang Jumatan untuk minta tolong
dipapah ke dalam rumah. Setelah beristirahat sejenak, Chi merasa badan
mulai agak enak. Paling agak sedikit ngilu di lutut kiri dan perih-perih
di bagian pipi sama tangan. Ya, akibat nyusruk ke aspal. Jadi, kulit mengalami
lecet di beberapa bagian.
Chi pengen minum. Pelan-pelan bangun dan ambil minum sendiri. Tau-tau
...
Gubrak!!
Ya, jatuh lagi untuk yang ketiga kalinya ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Malah di kejadian yang ketiga ini, Chi gak hanya bisa bangun sendiri.
Kaki kiri dari lutut ke bawah terlihat bengkok kayak ranting yang abis
dipatahin. Dengan sigap, K'Aie meluruskan kaki Chi yang bengkok.
Trak!
Rasanya .... Hmmmm .... Pastinya Chi sangat menjerit. Kebayang lah ya sakitnya kayak apa.
Trak!
Rasanya .... Hmmmm .... Pastinya Chi sangat menjerit. Kebayang lah ya sakitnya kayak apa.
Gak Bisa Tidur Semalaman
24 jam pertama sejak kejadian, Chi cuma menangis. Sedih, marah, patah
hati ... campur aduklah pokoknya. Gak bisa tidur semalaman karena kaki
rasanya sakit banget. Obat pereda nyeri hanya bisa mengurangi rasa sakit, gak sampai menghilangkan. Kaki kiri pun mulai terlihat bengkak. Kelihatan gede sebelah dibandingkan
yang kanan.
Ketika tangisan mulai mereda, Chi membuka Facebook. Membaca status salah
seorang teman yang baru bisa jalan kembali tanpa pakai tongkat. Chi
langsung WA untuk menanyakan penyebabnya. Ternyata, penyebabnya karena
kelebihan berat badan.
Waspada dengan Penambahan Berat Badan
Foto terakhir sebelum kejadian jatuh. Ke mana-mana masih
sat set sendiri. Gak kelihatan gemuk, kaaaaan hehehe.
Teman Chi ini cerita selama pandemi berat badannya naik. Sebetulnya
kenaikannya gak sampai overweight. Tapi, menurut dokternya, orang yang
sejak kecil terbiasa kurus, kalau sampai nambah berat badan sebaiknya
jangan banyak-banyak. Karena tulang kakinya tetap kaki orang kurus.
Jujur, sampai sekarang Chi belum ngecek ke dokter. Tapi, dipikir lagi apa
yang diceritakan teman Chi ini bisa jadi menimpa Chi sekarang. Di postingan berikutnya (kalau gak males nulisnya hehehe) akan diceritain alasan belum ke dokter juga sampai sekarang, ya.
Ini bukan kejadian yang pertama dialami. Sekitar 5-6 tahun lalu juga
pernah. Waktu itu gak sampai patah kaki, tapi hanya sering ngilu di bagian
lutut. Agak susah dibawa jalan, terutama kalau turun tangga. Sempat
ketergantungan sama pain killer yang spray. Tiap malam semprot-semprot
supaya ngilunya berkurang.
Herannya, sanggup-sanggup aja diajak mendaki gunung Prau. Trus lanjut
naik Bukit Sikunir. Kalau dipikir lagi, nekat juga ya waktu itu
hehehe.
[Silakan baca:
Bebas Nyeri Sendi Saat Mendaki]
Waktu itu, K'Aie menyarankan buat nurunin berat badan. Alasannya, Chi kan
aslinya kurus. Malah cungkring karena jarang sampai 40kg. Tapi, Chi suka
agak ngambek kalau K'Aie nyaranin kurus.
"Coba nurunin berat badan dulu, Bun. Kalau udah turun, masih sakit juga,
baru cek ke dokter."
Akhirnya, Chi pun menurut. Bener kata K'Aie. Setelah berat badan turun,
sakit lutut pun langsung hilang. Gak pernah lagi kasih pereda nyeri.
Alhamdulillah.
Saat pandemi, berat badan Chi mulai naik. Sebetulnya di tahun pertama
masih terjaga berat badannya. Tapi, menjelang akhir pandemi, berat badan
naik lagi. Mulai bosen dengan situasi. Jadi, mulai lalai menjaga pola
makan, berhenti olahraga, banyak ngemil, dan leyeh-leyeh.
Lama-lama sakit kaki mulai muncul. Tapi, kali ini bukan di lutut.
Sakitnya justru di telapak kaki kiri. Setiap subuh pasti jalan Chi
terpincang-pincang karena kakinya sakit. Menjelang siang, rasa sakit
berangsur menghilang. Begitu terus setiap hari.
Karena setiap subuh jalan terpincang-pincang, Chi mulai merasa itu
warning. Jangan sampai sakitnya naik ke lutut kayak beberapa tahun lalu.
Chi pun mulai atur pola makan dan olahraga lagi. Gak nyangka banget ada
insiden kaki patah. Padahal baru juga memulai kembali hidup sehat. Yang
tadinya optimis bakal kembali sehat, malah jadinya patah hati.
Baidewei, gak hanya teman Chi ini yang mengalami masalah di kaki
sampai harus pakai tongkat. Beberapa hari kemudian, ada 2 tetangga di
rumah mamah juga mengalami hal sama. Usianya kurang lebih sepantaran ma
Chi.
Keduanya juga udah konsultasi ke dokter. Sama kayak teman Chi ini,
menurut dokter penyebabnya karena berat badan. Sarannya pun sama, diminta
untuk menurunkan berat badan. Semakin yakin deh, kalau yang Chi alami ini
juga penyebabnya sama.
Kalau lihat foto-foto di atas, gak kelihatan gemuk, kan? Meskipun berat
badan bertambah selama pandemi, secara itungan BMI (Body Mass Index) masih
termasuk normal. Tapi, kalau diingat lagi berdasarkan pengalaman beberapa
tahun lalu, memang berat badan Chi harus dijaga maksimal 55kg. Kalau udah
lewat dikit aja, mulai berasa ada yang sakit di tulang kaki kiri. Pas
kejadian patah kaki itu berat badan nyaris 60kg. Ya, cuma kelebihan 4-5kg,
tapi dampaknya kayak gitu.
Pertama Kali Ngerasain Berjalan dengan Bantuan Tongkat
Akhirnya ngerasain berjalan dengan bantuan tongkat dan deker. Gak bisa
jalan kalau gak pakai alat bantu. Itupun awalnya juga gak mudah. Badan
sebelah kiri rasanya pegel-pegel. Kalau kata K'Aie karena kaki yang
harusnya jadi tumpuan berpindah ke tangan. Makanya jadi pegel-pegel
badannya. Ya, ternyata gak langsung mudah jalan menggunakan tongkat.
Selain itu, Chi juga gak bisa beraktivitas lama untuk gerakan yang sama. Gak bisa berjalan lama. Duduk kelamaan juga gak bisa. Begitu juga untuk tidur. Pasti lutut kiri langsung berasa sakit banget. Makanya, setiap bangun tidur terkadang suka nangis kalau udah terasa sakit banget. Posisi tidur apapun jadi serba salah.
Selain itu, Chi juga gak bisa beraktivitas lama untuk gerakan yang sama. Gak bisa berjalan lama. Duduk kelamaan juga gak bisa. Begitu juga untuk tidur. Pasti lutut kiri langsung berasa sakit banget. Makanya, setiap bangun tidur terkadang suka nangis kalau udah terasa sakit banget. Posisi tidur apapun jadi serba salah.
Tentu berimbas ke berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk ngeblog.
Gimana mau nyaman ngeblog kalau duduk agak lamaan aja bikin kaki jadi
sakit?
Alhamdulillah, sekarang udah jauh lebih baik kondisinya. Udah banyak
aktivitas harian yang bisa dikerjain. Tapi, perlu pecutan semangat untuk
ngeblog, nih. Padahal udah bisa duduk agak lamaan. Tapi, semangatnya masih
rada ngedrop karena sempat jarang ngeblog hehehehe.
Proses Pemulihan Fisik dan Trauma
Sekarang udah bisa jalan tanpa harus pakai tongkat. Deker hanya dipakai
kalau jalan-jalan. Beraktivitas di rumah udah gak pakai alat bantu apapun.
Bentuk kaki udah kembali normal. Tadinya, kan, bengkok kayak ranting patah
gitu. Tapi, belum bisa lompat dan lari. Shalat juga masih pakai kursi
untuk sujud dan tasyahud awal serta akhir. Alhamdulillah, tetap banyak
yang disyukuri.
Meskipun gitu, tetap masih belum berasa normal sepenuhnya. Masih ada rasa
yang aneh kalau kaki dibawa jalan. Merasa belum sekuat sebelumnya.
Terkadang juga suka ngedrop. Suka berasa agak sakit lagi kalau digerakin.
Gak sampai bikin nangis, sih. Tapi, berasa nyeri aja.
Pernah ngalamin tiba-tiba jatuh lagi. Berarti kejadian yang keempat.
Meskipun efeknya gak sampai kayak kejadian sebelumnya. Cuma butuh
istirahat beberapa hari dan kembali membaik.
Bersyukur banget kejadiannya persis di depan rumah. Gak bisa ngebayangin kalau kejadiannya saat jauh dari rumah. Kondisi kaki memang berangsur membaik, tetapi traumanya yang masih susah hilang.
Makanya, sampai sekarang gak boleh keluar rumah kalau gak ada yang
nemenin. Sekarang jadi makin selektif kalau ada tawaran liputan ngeblog.
Harus nanya dulu ke orang rumah, ada yang bisa anterin atau enggak. K'Aie atau anak-anak hanya mengantar sampai lokasi. Gak ikut masuk ke acara. Tapi, dengan diantar jemput kan setidaknya lebih menjaga Chi tetap aman.
Memang belum
berani dan belum boleh naik transportasi umum sendirian. Meskipun transportasi umum di
Jakarta udah bagus. Khawatir mengalami kejadian berulang saat lagi di jalan. Chi juga masih trauma banget.
Ah, jangankan tawaran ngeliput. Diajak jalan-jalan ma K'Aie aja, gak
selalu mau. Lihat kondisi kaki dulu. Makanya, selama beberapa bulan ini,
Chi kembali jadi anak rumahan hehehe.
Beberapa minggu lalu, sempat jalan-jalan ke Mall Kelapa Gading sama Nai
naik LRT Jakarta. Pertama kalinya, naik transportasi umum setelah insiden
kaki ini. Di postingan berikutnya Chi ceritain alasan berani naik LRT
Jakarta, ya. Sekaligus cerita proses penyembuhan yang udah Chi lakukan
selama ini.
Kuat! Kuat! Kuat! InsyaAllah bisa semakin sehat. Aamiin.
60 comments
ya ampun mba, aku baru tau dirimu sakit dari tulisan ini.. semangat ya mba, semoga hilang trauma dan cepat pulih kembali kakinya yaa.. semangat!
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin. InsyaAllah bisa kembali sehat :)
DeleteSemoga kuat selalu, ya. Kaya bundaku pernah gini juga tapi alhamdulillah dah baikan
ReplyDeleteAlhamdulillah. semoga sehat selalu
Deletebetul mba, mertua dan mamiku juga mengalami hal yang sama, malah mamiku sempat ga bisa jalan selama 6 bulan dan harus turun berat badan lumayan banyak, karena ga mungkin instan makanya butuh waktu setengah tahun buat diet dan puji Tuhan akhirnya bisa jalan lagi
ReplyDeleteYup! Effort banget nih nurunin berat badan hahaha. Apalagi saya memang gak mau pakai obat-obatan. Tapi, alhamdulillah udah mulai turun berat badannya
DeleteMungkin selain jaga BB, bisa tambahkan konsumsi penguat tulang juga yang mengandung kalsium gitu x ya, kayak sup iga, ceker ayam, atau lainnya. Sehat-sehat selalu ya kak Myra
ReplyDeleteMungkin, ya. Tapi, saya senang banget minum susu sejak kecil. Makanya, masih rutin minum sampai sekarang. Sup iga dan semacamnya juga cukup sering bikin karena anak-anak suka hehehe
DeleteUsia dewasa tantangan kesehatannya susah diprediksi ya mba. Tanpa aba-aba tau-tau radang sendi.
ReplyDeleteBerat badan ternyata pengaruh banyak dan pandemi banyak yang BB-nya naik.
Semoga kakinya kembali menapak dengan kokoh, sehat-sehat kak Myra.
Usia memang bisa mempengaruhi. Tapi, sejak kejadian ini saya jadi tau kalau usia muda pun bisa mengalami. Bahkan pengalaman pertama saya sakit kaki tuh 5-6 tahun yang lalu. Jadi, memang harus mulai peka dengan alarm tubuh. Jangan merasa masih muda trus cuek aja.
DeleteSepakat, harus peka dengan alarm tubuh.
DeleteIni yang sering terlewatkan, apalagi kalau sudah ngumpul dengan teman-teman yang auranya ngerasa masih muda aja, suka lupa.
Semangat mempertahankan BB tetap seimbang demi kesehatan.
Kuat.. kuaat... sehat ya Chie. Semoga kondisi kaki makin membaik dan bisa lincah kembali.
ReplyDeleteDuh aku kok jadi cemas juga, berat badanku masih melambung nih. Masih dijaga dengan olahraga supaya tetap aktif urat, otot dan ritme pernapasannya. Perlu usaha lebih untuk menurunkan berat badan agar kaki tidak terlalu terbebani dengan berat badan.
Yuk! Kita sama-sama semangat nurunin berat badan hehehe
DeleteSama nih kita, problemnya pada berat badan yg tidak terkontrol, tapi kalau saya plusnya karena faktor usia juga. Yaah namanya juga sudah nenek-nenek. Itu kata suami saya sih.
ReplyDeleteFaktor U memang bisa mempengaruhi. Tapi, yang masih muda juga jangan sampai lengah. Karena banyak juga yang mengalami di usia muda
DeleteMba Myr, ngilu bacanya :(
ReplyDeleteSemoga lekas pulih yaaaa...
Mirip nih Mba, tapi saya kerasanya di lutut sih.
Masalahnya emang berat badan, apalagi tipe badan saya itu keknya mirip Mba, ga keliatan gemuk, padahal timbangan udah menjerit, termasuk lutut, hahaha
Jujur beneran sedih dan patah hati, pengennya masih bisa olahraga kekinian kek Pound fit gitu, tapi takuuuttt, orang kadang saya jalan kudu nahan perih di lutut.
Trus baca ini saya jadi takut, masalahnya betis saya kecil, takut patah karena keberatan nyanggah tubuh :(
Sekarang olahraganya jadi lebih selektif, ya. Tapi, saya dari dulu memang lebih suka olahraga jalan kaki dan berenang
DeleteSemakin sehat ya MakChi. Iya banget deh, berat badan ini memang ngaruh ke kaki. Aku waktu pandemi kan gitu. BB naik drastis. Biasa yang banyak gerak ke sana ke mari, eh tiba-tiba banyak mager di rumah. Aku kerasa di tangan dan kaki. Suami untung beliin treadmill, jadinya bisa banyak jalan dan lari. Lumayan kaki sama tangan gak sakit. Semakin banyak gerak, alhamdulillah makin segar dan sehat. Eh sampai sekarang jadinya suka banyak gerak. Ayo sehat-sehat semuanya. :)
ReplyDeletePengen banget deh saya punya treadmill. Dulu orangtua saya pernah punya. Memang asik sih buat olahraga di rumah
DeleteAsli, aku baca pelan-pelan sampai selesai, dan merasakan ikut trauma dan sakitnya, jadi kebayang deh butuh keberanian ya, buat bangkit jalan lagi sendiri kemana-mana. Aku jadi ingat deh dulu pernah ngalamin nyeri lutut, tapi belum usia 40 kalau gak salah. Aku buat jalan turun naik tangga sembuh, dan minum susu tulang, vitamin D. Kemudian memasukin usia 40 plus datanglah Covid ya, dimana aku makan dan makan hingga BB aku menuju angka 60 dari normalnya 53-55kg. Tetiba aku pindah rumah dan entah kenapa...kakiku sakit, jadi kalau duduk lama bangun sakit, lompat sakit, ini kalau gak salah bagian kiri deh. Akhirnya aku panggil ahli therapi, BB aku turun 57 kg, kayaknya itu dampak aku kecetit di bagian bokong kiri. Jadi memang mesti pemanasan untuk kegiatan sehari-hair biar menghindari cedera dan sakit, Sehat2 ya, Mba, PR kita memang untuk soal sakit dan nyeri sendi ini
ReplyDeleteSaan kita, Mbak. Saya pertama mengalami juga sebelum usia 40 tahun. Jadi, memang bukan karena faktor U juga, ya. Berat badan nih yang harus dikontrol
DeleteLekas membaik dan pulih sedia kala ya mbak
ReplyDeleteNggak ngira kalau jatuh sakit mbak
Dan aku baru tahu kalau pernyataan teman di atas kalau berat badan juga berpengaruh terhadap tulang yang buat nopang badang kalau terlalu kelebihan bb ya mbak
Soalnya ngerasa banget di part ini sih
Aamiin Allahummma aamiin. Kalau saya, jadi kapok deh badan gemuk. GAk mau mengalami kejadian gini lagi. Semoga bisa terus terjaga berat badannya
DeleteDuh, semoga selalu sehat ya Mbak. Tapi aku juga pernah merasakan sakit lutut dan tulang kaki yang nyeri parah. Bahkan pernah sampai gak bisa duduk lesehan. Andaipun sampai bisa duduk di lantai, ntar berdirinya susah setengah mati. Dan ya, penyebabnya kelebihan berat badan.
ReplyDeleteMbak yang aku rasa kan setelah pandemi krn BBku mayan naik, kaki terasa pegel gtu.
ReplyDeleteMakanya ini usaha buat menurunkan BB supaya gak sakit juga sendi kakiku.
Budheku juga pernah ngalamin akhirnya minum obat sinsei tu mayan baik an sama diet dan olahraga.
Semoga Selanjutnya sehat2 yaa
Ya ampun kebayang ngilunya :(
ReplyDeleteMbak, lekas sehat, bisa aktivitas bebas ke manapun, ya. Aku hanya bisa mendoakan dari sini. Semangaaattt, Mbak. Yuk bahagia terus biar lekas pulih.
Baru tahu, BB berlebih ternyata bisa memicu radang sendi ya. Kirain kalau orang mengalami kaki patah itu penyebabnya biasa karena mengalami kecelakaan gitu tapi rupanya ada kasus yang seperti mbak alami ya, tiba-tiba patah sendiri aku jadi was was nih kalau mau naikin BB karena dari sononya juga berbadan kecil. Btw syukurlah sekarang udah baikan dan gak pakai tongkat lagi. In syaa Allaah kuat ya Mbak dan semoga radang sendinya gak kambuh lagi. Aamiin ^^
ReplyDeleteSemangat Mbak Chi, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteDuuh, bacanya aja ngilu, Mbak, apalagi Mbak Chi yang ngerasain sendiri ya. Semoga bisa segera sat set lagi ya gerakannya :)
Sehat dan kuat selalu ya mba. Kita sama2 perbaiki pola makan. Suami sudah wanti2 saya supaya jaga makan di usia 30-an ini. Salah satunya untuk menghindari nyeri sendi akibat BB
ReplyDeleteLangsung meluncur pas tahu info ini. Ya ampun kebayang sedihnya mbaaaaa. Kebayang pula sakitnya pas diluruskan begitu. InsyaAllah makin baik baik dan sehat ya tanpa kejadian lagi. Ya kayaknya jaga berat badan juga pengaruh ya
ReplyDeleteBisa dipercaya atau tidak tapi saya juga ngalami gitu. Sakit lutut, sakit buat jalan, tapi dibawa mendaki sehat saja. Ga berasa. Pulang aj, eh sakit lagi. Teman-teman juga banyak yg cerita, kalau di rumah saja sendi pada sakit tapi pas dibawa jalan naik gunung eh sembuh ... Aneh tapi nyata kan. Mungkin karena perasaan dan jiwa yang lebih tenang, bebas dan nyaman bikin sakit tak jadi masalah dan beban?
ReplyDeleteBener itu Chi (hanya) karena kenaikan BB? Saya kok menduga alasannya/penyebabnya tidak sesimple itu. Pasti ada sesuatu yang harus diuji ulang agar ketahuan penyebabnya. Saya juga kurus sekali waktu gadisnya dan naik 55-60kg itu masih dalam ambang batas, apalagi jika tinggi kita sekitar 158-160cm (semoga Chi tingginya di seputaran angka ini). Masih proporsional menurut saya sih. Coba deh tes MRI di RS Chi. Tes ini sifatnya menyeluruh tapi biasanya bisa menemukan akar penyebab dari setiap penyakit.
ReplyDeleteCepat sembuh ya Mbak. kebayang linu dan nyeri. Apakah radang sendi yang dimaksud OA (osteo arthritis). Baru tahu bisa sampai patah gitu? Aku pun OA grade 2. Bbrp bulan yl terapi stemcell, disuntik cairan ke persendian untuk menambah pelumas.
ReplyDeleteaku pernah ngalamin nyeri lutut karena lari beberapa bulan setelah melahirkan, dan gabisa jalan. diagnosanya ada saraf kejepit juga. bikin trauma lari. dan efeknya sampai sekarang masih terasa
ReplyDeleteternyata over weight bisa sampai gitu ya mbaa efeknyaa bisa menyebabkan radang sendi..gak kebayang itu sakitnya..berarti sekarang sdh mulai pemulihan sembuh tapi belum sampai di periksa cek ke dokter ya mb? Semoga sehat sehat selalu mbaaa
ReplyDeleteMbak semoga sehat-sehat ya..dan makin membaik kondisinya. Berarti ini belum ke dokter ya? Saran saya ke dokter saja, biasa ada vitamin untuk tulang dan sendir, saran dietnya apa, kalau perlu fisioterapi. Jadi ga tambah parah dan kemungkinanan salah karena diagnosa sendiri.
ReplyDeleteSemangat sehat ya
Mba Myr semoga lekas membaik dan sehat-sehat selalu ya, aamiin..
ReplyDeleteBaru tahu juga ternyata berat badan juga bisa menyebabkan nyeri sendi.
Bismillah kuat Mbak Mira
ReplyDeleteSaya juga udah lama cedera lutut, penyebabnya overdosis latihan pakai alat
sampai sekarang gak bisa sujud ketika solat
Tapi udah gak sakit
Beberapa waktu lalu, challenge jalan kaki 10.000 supaya sehat
Eh malah kambuh lagi ;D
Duh, saya jadi berkaca ama diri sendiri Mba Myra. Soalnya ini tangan dan kaki rentan banget kram. Apalagi kalau dipakai berkendara lama langsung kerasa. Saya juga ngerasa badan tuh naik terus, kegemukan deh jadinya. Harus lebih aware lagi Ama kesehatan apalagi usia udah makin bertambah. Moga setelah ini Mba Myra juga sehat-sehat ya
ReplyDeleteYa Alloh, sehat kuat ya Chi. Btw, setelah ketahuan radang sendi, obatnya selain pereda nyeri apa?
ReplyDeleteMungkin harus periksa ke dokter juga Chi, barangkali perlu terapi atau suntik apa gitu ya lupa namanya kalau buat radang sendi tuh
Alhamdulillaah, senang deh mak Myra sekarang sudah pulih kembali :) Duh, ga kebayang ya mau ke sekolah naik ojol tiba2 terjatuh gitu. Emang deh rata2 kalau persoalan tulang, sendi dan sejenisnya itu gara2 berat badan. AKu pun masih punya PR menurunkan BB nih hiks :( Ya seperti itulah jalan pakai tongkat. Ga apa2. Memang kudu punya di rumah buat jaga2 hehehe. Aku punya tongkat kaki 4. Yuk, saling menyemangati olah raga supaya BB turun :)
ReplyDeleteSemangat ya Mbak, dikau luar biasa sekali menghadapi ini. Saya juga bakal merasakan shock juga kalau mengalami hal ini tiba-tiba jatuh dan kaki sakit. Semoga makin sehat
ReplyDeleteMbaa, sekarang semakin sehat kan ya mbaa? Semoga semoga sehat dan bisa berkatifitas seperti dulu lagi. Kadang ada aja kejadian yang tak kita duga sebelumnya ya
ReplyDeleteKuat mbak, insyaallah bisa segera pulih seperti sedia kala.
ReplyDeleteDuh kejadiannya mendadak banget ya, mana pas di rumah sendirian pula.
Alhamdulillah cepat tertangani, dan walau berat, perlu banyak penyesuaian sudah bisa beraktivitas lagi walau masih terbatas
Ya ampunnn pasti kaget banget kan tau2 jatuh dan ngga bisa jalan sampe 3x lhooo. Jadi penasaran ihh mba kenapa ngga konsul ke dokter, biar tahu kan penyebab pastinya apa. Cukup nurunin BB apa ada factor lain gitu. Btw sehat2 yaaa mbaaa, ntar kita naik LRT bareng2 hehehe.
ReplyDeleteSemangat terus mbak, makasi buat tulisannya sangat mengingatkan aku sih untuk tetap jaga kesehatan
ReplyDeleteYa Allah Mak baru tau ceritanya kalau pernah jatuh. Sehat-sehat dan kuat ya. pasti bisa. Mungkin dibarengi olahraga ringan yang sambil duduk atau baring pelan-pelan untuk menguatkan otot dan persendian Mak. Semoga makin sehat dan kuat.
ReplyDeleteYa Allah mbak... Kebayang memang ini dengan traumanya karena mendadak jatuh yang tadinya kita dalam keadaan sehat ya. Alhamdulillah sekarang sudah pulih ya mak Myr, insya Allah selalu diberikan kesehatan ya mak.
ReplyDeleteSyafakillahu ka Chie.
ReplyDeleteJadi penasaran sama pola diet yang ka Chie jalanin buat turun BB-nya.
Aku juga suka khawatir kalau Uda mulai di atas 45 kg.
Berasa berat dan mudah ngantuk.
Ka Chie semangat selalu.
Terima kasih sudah berbagi pengalaman.
Baca paragraf2 awal aku nikut ngilu huhu.
ReplyDeleteTransportasi di jakarta belum bagus2 amat mbak, kadang lift dan elevator mati huhu. Aku keinget kemarin budheku dari Surabaya ke rumah anaknya di Bekasi mau ke rumahku gak jadi pas elevator Tanah Abang suka off. Jd menyulitkan krn budheku kakinya juga sering sakit.
Btw iya nih aku pandemi kmrn juga naik BB dan ini masih berjuang menurunkannya. Kalau aku yang kerasa pegel telapak kakiku.
Semoga lekas pulih ya mbak.
Aku baru tahu kenaikan BB bisa berdampak begitu. Semoga segera sehat dan pulih ya, Mak. Berarti kalau mau olahraga juga harus selektif ya? Kalau ama dokter olahraga apa yang dianjurkan?
ReplyDeleteoalah, semangat terus mba, di usia kita memang rawan ya sendi dan tulang cedera, apalagi kalau kondisi traumatik yang cukup berat. Semoga segera pulih ya mba
ReplyDeleteYaampun, Mbak Chi.. luar biasa perjuangannya dengan kaki. Semoga makin kuat dan bisa jalan-jalan lagi ya. Kalau saya seringkali sakit di daerah pergelangan nih, malu juga soalnya umur belum seberapa tapi kok banyak yg kerasa, hehe
ReplyDeleteYa Allah, tetanggaaaa... Kita udah lama ga event bareng, biasanya mah hayuk aja naik TJ. Ternyata begini kronologinya.
ReplyDeleteEh aku jadi mikir lho, kakiku tiap bangun tidur bagian telapak itu sakit kalau dibuat jalan. Apa kelebihan BB yah meski BMI normal. Soalnya kan udah menyapih anak, BB melesat naik deh.
Oh ya, kakakku sempat enggak bisa jalan. Usia 45-an. Trus dia pakai sandal kesehatan yg solnya tebaaal dan empuk. Ku coba pakai, enakan deh.
Aku termasuk yang kelebihan berat badan juga nih Chi. Bisa mpe gitu ya efeknya? Bukan sesuatu yang terjadi pada tulang yaaa... kok sampai kayak patah gitu. Semoga makin membaik kondisimu Chi.
ReplyDeleteYa Allah Mbaaak
ReplyDeleteSemoga setelah ini tidak ada lagi penyakit serupa dan lainnya ya
Sehat sehat selalu
Pengalaman dan cerita berharga untuk saya agar jaga kesegatan juga
Ya Allah, jadi nggak tersandung atau apa ya Mba, tahu-tahu jatuh..ngilu bacanya.. Alhamdulillah sudah pulih yaa, semoga sehat selalu yaa...
ReplyDeleteSemangat ya mba myr, semoga lekas pulih dan kembali normal, saya bacanya saja sampai berasa ngilu, memang sangat berpengauh sekali berat badan untuk kesehatan sendi, dulu saya pernah jatuh lalu pergi ke tukang urut, kata tukang urut memang cukup bahaya jika kondisi berat badan berlebihan jadi gampang jatuh, karena tulang dan sendi tidak mampu menopang.
ReplyDeleteWah, alhamdulillah sekarang udah pulih yaaa Mak.. Olahraga tuh penting nggak cuma untuk kesehatan aja ya, tapi ternyata kalo udah kelebihan berat badan bisa menyebabkan banyak masalah serius di tubuh ya mak.. Mak Myra, semoga sehat sehat dan semangat terus yaaa Maaak
ReplyDeletejadi ingat kejadian ibuku dlu pernah jatuh di kamar mandi, trus radang sendi tapi gak dirasain sampai akhirnya masuk RS dan operasi mbak. Semoga segera pulih seperti sedia kala ya mbak
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^