Jumpalitan dan Tips Menghadapi Anak Puber - Akhir-akhir ini Chi rasanya jumpalitan menghadapi Keke yang sedang puber. Anak yang sedang puber memang mood swing banget. Emosinya bisa dalam sekejap berubah. Tetapi, bukan berarti dibiarkan begitu saja dan berpikir kalau nanti juga akan stabil dengan sendirinya. Beberapa sumber mengatakan kalau anak yang sedang puber dan tidak tertangani dengan baik bisa membuat si anak depresi, lho. Sampe segitunya, kah? Yup! Mungkin aja.
Bunda: "Ke, masih inget, gak, dulu pas ada lagu ini Keke joget-joget trus dividioin dan diupload ke YouTube?"
Keke: "IYA!"
Obrolan di atas adalah kejadian sekitar 2 bulan lalu. Saat itu kami lagi jalan-jalan dan di salah satu radio mengalun lagu lama yang iramanya energik. Chi bener-bener kaget ketika Keke jawabnya pake ngebentak. Padahal saat itu kami lagi senang-senang aja. Kok, tiba-tiba Keke ngebentak.
Spontan Chi pun balik memarahi. K'Aie lebih sabar dari Chi. Dia menasehati Keke. Tetapi, boro-boro meminta maaf, Keke lebih memilih merebahkan kursi depan dan tiduran. Sikapnya yang seperti itu bikin Chi makin jengkel. Herannya gak lama kemudian Keke kembali ceria seolah-seolah gak terjadi apa-apa. Chi cuma diam melihat sikap Keke. Antara masih kesal karena dibentak dan bingung melihat moodnya yang bisa berubah dengan cepat.
Selain moodnya Keke yang mudah berubah, akhir-akhir ini suka mengungkapkan rasa iri terhadap adiknya. Belum lagi Chi mulai sering dapat laporan dari wali kelas tentang sikapnya ini. Dia mulai melakukan beberapa ulah yang bikin wali kelas harus melapor ke Chi. Nilai pelajarannya pun mulai menurun. Errrgghh! Ngeselin banget gak, sih? Kadang-kadang Chi suka terpancing emosi dan mulai sering memarahi Keke.
Melihat perubahan Keke akhir-akhir ini yang bikin jumpalitan, Chi pun mencari info. Beberapa cara Chi lakukan. Chi berpikir mungkin gaya komunikasi terhadap Keke yang harus diubah. Chi coba ajak dia bicara 4 mata. Coba tebak-tebak perasaannya. Coba berbicara lebih luwes lagi, seolah-olah dia sedang berbicara dengan teman.
Dari beberapa artikel yang Chi baca, anak yang sedang puber ternyata anak yang sedang mengalami fase bingung. Dia sedang mempertanyakan jati diri karena beberapa perubahan terhadap tubuh maupun perasaannya. Di satu sisi, dia merasa jiwanya masih jadi anak-anak. Di sisi lain, dia melihat tubuhnya sudah mulai berubah jadi lebih dewasa.
Keke: "Bun, banyak teman yang bilang, kalau suara Keke udah berubah. Udah gak kayak anak-anak lagi. Memang iya, Bun?"
Bunda: "Ya, suara Keke memang kayaknya udah mulai pecah, sih."
Keke: "Pecah itu apa, Bun?"
Bunda: "Perpindahan dari suara anak-anak ke dewasa. Biasanya akan pecah dulu. Tapi, ini cuma anak laki-laki yang ngalamin. Kalau teman-teman Keke, udah ada yang pecah belum?"
Keke: "Belum, baru Keke. Tapi, Keke tetep masih anak-anak, kan, Bun? Iya, kan, Bun?"
Bunda: "Iya, Nak"
Suaranya yang mulai pecah menjadi salah satu kekhawatiran Keke. Dia gak pengen berbeda dari teman-temannya. Dia merasa aneh kalau jadi berbeda. Dengan puber lebih dulu, dia merasa berbeda dengan temannya. Hal seperti itu membuat perasannya gak nyaman.
Setelah curhat permasalahannya selesai, tetapi gak lama. Wali kelas mulai laporan lagi. Katanya, Keke berkata kurang pantas terhadap salah seorang temannya dan dilakukan beberapa kali. Tiap kali ditegur, dia hanya diam atau cengengesan. Awalnya wali kelas hanya menasehati Keke. Wali kelas tau kalau selama ini Keke gak pernah seperti itu. Tetapi, ketika Keke kembali melakukan hal sama beberapa kali, wali kelas mulai bingung dan akhirnya melaporkan ke Chi. Katanya kelakuan Keke jadi seperti segelintir anak yang memang dalam pengawasan guru karena attitude.
Chi kembali mengajak Keke bicara. Tapi, kali ini Chi gak bisa menutupi rasa kecewa. Keke tidak merasa bersalah sama sekali, malah membela diri kalau yang melakukan itu gak cuma dia. Lagipula dia hanya becanda, begitu alasannya. Walau gak lama kemudian Keke meminta maaf, tetapi dari ekspresi wajahnya terlihat kalau dia seperti gak nyaman ditegur bundanya.
Kekecewaan Chi bukan hanya karena Keke sempat merasa gak bersalah. Tetapi, Chi tau kalau selama ini Keke sudah cukup paham bagaimana bersikap. Sudah bisa membedakan benar dan salah. Dia tau mana candaan yang baik dan bukan. Tetapi, akhir-akhir ini dia seolah-olah seperti mengikuti arus. Sayangnya yang dia ikuti adalah arus yang kurang baik.
Setelah hati tenang, Chi mulai berpikir dan kembali mengajak dia berkomunikasi kembali. Ternyata dia melakukan itu karena ingin dianggap sama dengan temannya. Perasaannya yang kurang nyaman karena suaranya mulai pecah sehingga dia merasa berbeda, membuatnya melakukan beberapa hal yang kurang baik. Alasannya adalah karena anak yang berbuat kurang baik terlihat lebih menonjol. Keke pun ingin menonjol sekadar membuktikan kalau dia masih sama dengan teman-temannya.
Alhamdulillah, saat tulisan ini dibuat belom kelihatan ada masalah lagi. Pengennya jangan ada cerita yang bikin deg-degan lagi, lah. Tapi, memang harus terus dipantau dan semakin memperbaiki kualitas komunikasi. Dan belajar untuk lebih memahami perasaannya. Chi juga harus belajar lebih sabar dalam meghadapi hal ini.
Banyak yang bilang kalau anak yang sudah puber itu akan mulai menjauh dari orang tua dan dekat ke teman. Alasannya, karena si anak merasa orang tua gak mengerti dengan perasaannya. Sedangkan, orang tua merasa anaknya mendadak bandel. Dua pemikiran yang berbeda akan membuat saling ribut. Makanya, anak yang sedang puber akan sering berantem sama orang tua. Dan, anak yang sedang puber jadi lebih dekat ke teman karena teman merasa lebih mengerti dia. Padahal belum tentu yang disarankan oleh teman itu benar, ya. Kalau memang seperti itu, masuk akal juga kalau anak puber itu bisa mengalami depresi.
Di awal masa puber memang sering terjadi pertengkaran antara Chi dan Keke. Setelah tau kalau Keke sedang puber, Chi berusaha untuk lebih mengerti. Gak pengen juga Keke jadi jauh sama orang tua gara-gara dia merasa orang tua gak memahami dirinya.
Kalau udah begini, Chi kadang-kadang merasa lebih mudah mendidik mereka ketika masih kecil. Sehebohnya anak kecil, tetep aja gak mau jauh dari orang terdekatnya. Tapi, kali ini Chi suka merasa was-was. Khawatir salah memahami Keke kemudian dia akan menjauh dan lebih memilih mendekat kepada temannya.
Tapi, jangan salah sangka. Chi bukannya gak pengen Keke dekat dengan teman-temannya. Chi malah pengen punya anak itu supel. Cuma, kalau alasan dekat dengan temannya karena merasa orang tua gak mengerti perasaannya pastinya bakal bikin Chi sedih. Ada rasa khawatir juga, kalau terus didiamkan bisa berakibat salah pergaulan. Naudzubillah min dzalik. Semoga jangan sampai kejadian.
Tips menghadapi anak puber adalah dengan terus menjalin komunikasi dan lebih berusaha memahami perasaannya. Orang tua juga harus kompak bekerjasama dan saling support. Kalau perlu libatkan juga pihak lain.
Chi bersyukur K'Aie termasuk suami yang peduli dengan tumbuh kembang anak-anak sejak mereka dalam kandungan. Ketika Keke mulai puber, Chi minta K'Aie untuk lebih sering berkomunikasi lagi dengan Keke. Alasannya:
- Keke sudah mulai masuk masa remaja. Sebagai sesama laki-laki, rasanya akan lebih mudah memahami apa yang sedang dirasakan. Ayahnya kan juga pastinya pernah juga memasuki masa puber.
- Emosi yang labil semasa puber juga karena pengaruh hormon. Ada juga yang namanya puberty blues. Chi lebih bisa membayangkan kalau Nai yang mengalami puber. Membayangkan ketika dia uring-uringan saat PMS atau mengalami Baby Blues saat dia punya anak kelak. Mungkin karena Nai itu perempuan. Tapi, Chi gak begitu bisa membayangkan ketika laki-laki yang mengalami perubahan hormon. Pengen seperti apa dia diperlakukan? Makanya, Chi minta K'Aie yang lebih berperan menangani.
- Menurut ibu Elly Risman, di salah satu seminar parenting yang Chi ikuti, dalam sehari, laki-laki hanya punya 7.000 kata dalam otaknya. Sedangkan, perempuan itu 20.000 kata. Gak heran kalau perempuan memang pada cerewet. Tapi, cerewet terhadap laki-laki, malah gak akan 'ditangkap' karena kemampuan mereka memiliki kata-kata jauh lebih kecil daripada perempuan. Itulah, kenapa kalau laki-laki bicaranya to the point. Makanya, kami sepakat kalau urusan Keke, K'Aie lebih dominan lagi.
Sebagai orang tua, gak mungkin Chi mengawasi 24 jam. Terus menjalin komunikasi yang baik dengan wali kelas juga merupakan salah satu cara supaya tetap bisa mengetahui keadaan anak-anak di sekolah. Apalagi kalau mmasa puber begini diharapkan bisa menemukan solusi yang sejalan apabila anak-anak mengalami masalah di sekolah. Dari hasil pembicaraan pun, para guru juga sudah memiliki pengalaman menghadapi anak-anak yang sednag puber.
Perasaan zaman dulu masuk masa puber biasa aja, ya? Atau memang Chi aja
yang gak merasa karena dulu kan posisinya sebagai anak? Tapi, bisa jadi
juga karena masalah dan tantangan zaman dulu dan sekarang itu berbeda.
Zaman sekarang lebih banyak faktor yang mempengaruhi anak-anak. Kalau gak
terus diperbaiki pola asuhnya, kemungkinan untuk terpengaruh hal-hal gak
benar itu lebih terbuka.
Keke yang lagi puber, berimbas juga ke Nai. Dia pun sempat ikutan sedih
dan nangis sesenggukan karena masa puber Keke ini. Kapan-kapan Chi
ceritain, ya :) Sejak kapan Keke mulai puber? Baca tulisan Chi sebelumnya
di "Keke Mulai Puber? Yuk! Kenali Tanda-Tanda Pubertas pada Anak
Laki-Laki"
24 Comments
Usia Keke sekrang brp si Mak?
ReplyDeleteAku dulu waktu masa puber malah jauh dr ortu mak, krn harus nyantri..
sekarang Keke usianya 11 tahun :)
Deletewah tingginya hampir ngejar ayahnya nih...pastinya keke tambah cakep ya....hehehe
ReplyDeletesemoga hehe
Deleteusia Keke berapa sekarang mak? wah jd dag-dig-dug nih. usia anak saya sekarang 10thn. berapa tahun lagi ya saya akan mengalami masa2 itu?
ReplyDelete11 tahun, Mak :)
DeleteHarus siap2 mental nih dr sekarang, hiks.. Ya Allah, mohon selalu dibimbing dalam mendampingi anak2, aamiin
ReplyDeleteaamiin
Deleteya ampun,,nggak kerasa ya keke udah puber hehhe..perasaan masih anak2 aja,tapi pas buka ini link,keke jalan sama ayahnya,sempat mbatin...iya ya keke dah gede hehehe.
ReplyDeleteanak sekarang bener2 harus extra perhatiannya ya mak,meresahkan gitu,gimana nanti zaman anakku ya....^^
iya, Mak. Harus extra perhatian :)
DeleteKudu tetap dapat pernatian mbak, memang kalau puber kayak gitu heee
ReplyDeleteyup, pastinya
Deletewaduh..hiks..menanti masa itu...menanti kehebohan yg berbeda..thans for sharing mak
ReplyDeleteSharing terus ya Myr, aku juga akan mengalami masa pascal puber nantinya ya
ReplyDeleteoke, Lid :)
Deleteoaaalah maaak...aku jadi ikut deg2an bacanya..karna kita sama punya anak laki2 dan perempuan..
ReplyDeletedan kayaknya aku harus banyak belajar banyak dari pengalaman mak Myra gimana ngasuh anak yang mulai remaja kayak Keke ini...
kita sama-sama berbagi, ya :)
DeleteNah, ini juga kekhawatiranku berhubung punya anak lanang. Kalo anak perempuan seenggaknya masih bisa dingertiin perasaannya.
ReplyDeleteSemangat, Mak Chi! ^^
itulah, Mak. Mungkin karena kita perempuan jadi rasanya bisa lebih ngerti anak perempuan, ya :)
Deletepostingan yang ok mba chi...bisa buat referensi besok kalau anak-anak pada mulai puber.
ReplyDeletesemoga bermanfaat, ya :)
DeleteMasa puber memang membuat kelakuan dan sikap anak ikut berubah juga ya.. apalagi laki-laki.. Ponakan saya yang cowok juga gitu mbak. Sikapnya sdh berubah ketika memasuki SMP, cuek dan merasa sdh dewasa ajah, hihihi
ReplyDeleteiya, suka serba salah menghadapi anak puber :)
DeleteKurang lebih sama kali ya dengan anak cewek? Akan tak ingat2 ni mak tips nya ;)
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^