"Potong uang jajan, ya."
Keke dan Nai udah beberapa kali dipotong uang jajannya. Karena untuk beberapa hal, menggunakan uang pribadi adalah salah satu literasi keuangan yang efektif untuk anak.
Keke dan Nai udah beberapa kali dipotong uang jajannya. Karena untuk beberapa hal, menggunakan uang pribadi adalah salah satu literasi keuangan yang efektif untuk anak.
Pernah nonton serial The Cosby Show?
Yang pernah menonton serial tersebut, kemungkinan kita seumuran hehehe. Serial komedi keluarga yang tayang di awal tahun 80an selama 1 dekade. Menceritakan tentang kehidupan keluarga Cliff Huxtable.
Ada salah satu adegan di mana Theodore Huxtable berargumen dengan ibunya. Ketika diberi sanksi (kalau gak salah inget dilarang main game), putranya protes kalau itu mainannya. Trus, ibunya bilang, "Semua benda yang ada di rumah, termasuk mainan, adalah milik orangtua. Kecuali, beli sendiri pakai uangmu!"
Entah kenapa, kalimat itu nancep banget di otak sampai sekarang. Padahal
ketika nonton serial itu juga Chi masih remaja, deh. Boro-boro kepikiran
punya anak. Bisa dibilang, kalimat tadi juga jadi salah satu alasan untuk
tegas dan mengajarkan literasi keuangan ke Keke dan Nai sejak kecil.
Potong Uang Jajan Karena Kena Sanksi
Pernah gak anak-anak kehilangan peralatan tulisnya?
Pernah banget! Paling sering tuh kehilangan penghapus. Kalau ditanya
seringkali jawabannya gak tau atau banyak cerita ke sana-sini supaya gak
ditegur. Udah berkali-kali dibilangin tetap aja masih sering kehilangan
barang.
Gak hanya peralatan tulis, Keke pernah beberapa kali kehilangan peci.
Padahal udah dikasih nama di dalamnya, tetap aja bisa hilang. Kalau
diitung-itung kan lumayan juga tuh karena harus beli melulu.
Beberapa hari lalu, Chi cerita tentang bento. Nai pernah disanksi potong
uang jajan kalau bekalnya gak juga habis. Karena udah banyak cara Chi
lakukan. Selalu bikin bekal yang disukai, dibento biar menarik, dan lain
sebagainya. Tapi. Nai pengennya cepat-cepat main. Makanya suka gak abis
bekalnya.
Sanksi potong uang jajan ternyata efektif mendisiplinkan Keke dan Nai.
Sejak ada aturan ini, udah jarang banget kehilangan alat tulis. Peci Keke
juga awet, gak hilang-hilang. Nai pun mau menghabiskan bekalnya. Daripada
uang jajannya dipotong 😂.
Uang jajan Keke dan Nai gak besar, kok. Cuma Rp10 ribu per minggu. Kalau
kata Keke, hari Senin tuh paling bikin seneng. Karena hari dikasih uang
jajan. Berasa gajian, yeeee.
Untuk bekal gak dihabisin, disanksi potong uang jajan Rp1.000,00. Kalau
kehilangan alat tulis dan perlengkapan lainnya, tentu disesuaikan dengan
harga barang.
Kalau
peci
kan lumayan mahal? Gak cukup dong sepuluh ribu!
Ya harus dicicil sampai lunas. Tenang aja, gak dikasih bunga, kok. Chi
beliin dulu peci atau alat tulis barunya. Kemudian, Keke atau Nai wajib
melunasi. Tentu sanksi gak langsung dijatuhkan. Kami harus mendengarkan
penjelasan mereka dulu. Kalau memang jelas karena kelalaian, maka diberi
sanksi.
Sekarang Keke dan Nai udah remaja. Kalau menghilangkan alat tulis atau apapun, udah otomatis beli sendiri. Karena uang jajannya udah mereka kelola sendiri. Lain halnya kalau memang butuh beli baru karena yang lama memang udah saatnya diganti. Baru deh minta ke orangtua.
[Silakan baca: Biaya Keperluan Sekolah yang Tak Terduga]
Sekarang Keke dan Nai udah remaja. Kalau menghilangkan alat tulis atau apapun, udah otomatis beli sendiri. Karena uang jajannya udah mereka kelola sendiri. Lain halnya kalau memang butuh beli baru karena yang lama memang udah saatnya diganti. Baru deh minta ke orangtua.
[Silakan baca: Biaya Keperluan Sekolah yang Tak Terduga]
Belajar Menentukan Prioritas Ketika Mengeluarkan Uang Pribadi
Keke pernah meminta dibeliin hp baru. Hpnya memang udah lumayan jadul,
sih. Apalagi, saat pandemi lumayan sering penggunaan hp dan laptop.
Kami pun memberi tau bujet yang ada. Ternyata dengan bujet segitu, gak
ada pilihan smartphone yang sreg buat Keke. Dia mengusulkan menambah pakai
uang tabungannya.
Ayah: "Gak nunggu sebentar lagi aja, biar bisa kebeli laptop? Nambahinnya
ke laptop aja."
Laptop Keke juga udah jadul. Ayahnya menyarankan tetap beli smartphone
yang sesuai bujet orangtua. Nanti kalau ada rezeki lagi baru beli laptop.
Kelau tetap mau nambahin pakai uang pribadi, mending buat laptop.
Keke bersikeras ingin smartphone. Dia memberi tau hp apa yang ingin
dimiliki dan sejumlah alasannya. Ya udah karena Keke tetap keukeuh, kami
pun menyetujui. Beberapa bulan kemudian, dia menyesal, dong! 😅
Kata Keke, bener apa yang dibilang ayah dan bunda. Mendingan utamain beli
laptop. Apakah kemudian Keke merengek minta dibeliin laptop baru?
Alhamdulillah enggak. Keke sekadar curhat. Kami pun menghindari kalimat,
"Gak nurut, siiiih! Nyesel kan jadinya!!"
Yakin deh kalau sampai keluar kalimat kayak gitu pasti bakal bikin Keke
kesel ke orangtuanya. Jadi, Chi cuma bilang anggap aja belajar literasi
keuangan. Keke jadi lebih belajar memilih mana yang prioritas. Supaya gak
mudah menyesal dan mau bertanggungjawab dengan segala keputusan yang
diambil.
Belanja Pakai Uang Gajian
Uang gajian di sini bukan dari uang jajan, tapi beneran gajian. Keke
pernah magang ketika lulus SMA. Ada sekian bulan 'nganggur', menunggu
waktunya masuk kuliah. Alhamdulillah, ada yang nawarin magang di salah
satu toko. Keke pun meminta izin supaya dibolehin magang. Tentu aja kami
izinkan.
Setiap hari dia bawa bekal. Katanya sayang uangnya buat beli makan.
Mending bekal aja dari rumah hihihi. Tapi, ketika gajian pertama dia
beliin bunda dan adeknya makanan. Ayahnya gak dibeliin karena lagi di
kantor 😂.
Sama adeknya malah sampai beberapa kali beliin jajanan. Terkadang Chi
suka pura-pura jelaous. "Adek melulu yang dibeliin. Kok, Bunda gak
dikasih?" Tapi, biasanya nanti dibagi sama Keke dan Nai 😁.
Alhamdulillah, Keke dan Nai memang gak banyak menuntut. Bagi kami,
menggunakan uang pribadi juga bisa menjadi salah satu cara efektif
mengajarkan literasi keuangan ke anak.
Maksudnya, anak gak hanya tau kalau punya uang. Gak hanya bisa menabung.
Tetapi, belajar mengelola uang pribadinya meskipun hanya seuprit. Jadi tau
kalau belanja pakai sendiri terkadang ada gak enaknya. Kan, enaknya kalau
ditraktir terus 😂😂
Ketika diberi sanksi, mereka jadi belajar lebih disiplin. Karena harus
bertanggungjawab atas kelalaian. Tentu gak nyaman harus bayar sanksi.
Anak-anak juga belajar lebih menghargai uang ketika sudah bisa dapat uang
dari usaha sendiri. Mereka jadi tau mencari uang seringkali perkara
mudah.
Sangat bersyukur ketika pandemi terjadi, Keke dan Nai gak banyak minta
ini itu. Mereka semakin belajar untuk menghargai uang.
Alhamdulillah.
2 Comments
Wah, kalau aku dulu sempat kesel juga kalau anak2 menghilangkan apapun dan banyak pula. Gak tahu kalau ada cara ini bakal bisa. Hanya setelah SMP saya beri uamg mingguan harus dikelola sampai seminggu. Setelah SMA dikasih uang bulanan harus cukup satu bulan. Semenjakitu mereka bisa atur sendiri dan gak boros2 lagi
ReplyDeleteIni udah aku terapin dari THN lalu mba. Saking seringnya mereka ngilangin barang, aku ga mau lagi beliin. Semua hrs dipotong dari uang jajan nya. Masih belum terlalu ampuh buat si adek yg masih kls 1 SD sih. Ga ngerti Yaa itu barang alat tulis bisa raib tiap hari. Tapi tetep aku potong dari uang jajannya juga. Pokoknya kalo kelalaian sendiri, ga ada cerita minta2 ke papi maminya sih. Biar belajar memang..
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^