Setuju gak memberi iming-iming hadiah agar anak mau berpuasa? Hmmm ...,
harus hati-hati menjawab hal ini. Menurut Chi, bebas-bebas aja mau kasih
iming-imingi hadiah atau enggak. Setiap keluarga punya pertimbangan
masing-masing. Makanya jangan pula memaksakan sudut pandang kita, supaya
orang lain juga sependapat.
Chi dan K'Aie termasuk yang setuju memberi iming-iming hadiah agar anak
mau berpuasa. Tentu ada beberapa alasan kenapa kami mengambil keputusan
tersebut.
Anak di Bawah Usia 10 Tahun Masih Berpikir yang Bersifat Konkret
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi., psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia mengatakan bahwa sah-sah saja bagi orang tua untuk memberikan hadiah bila anaknya mampu menjalankan puasa. Alasannya adalah tahap pemikiran anak usia di bawah 10 tahun masih berkisar pada hal-hal yang sifatnya konkret saja. Mereka belum memahami bahwa bila mereka menjalankan ibadah puasa, mereka akan mendapatkan pahala. Pahala adalah konsep abstrak yang sulit dipahami anak-anak.
Pendapat mbak Vera yang dikutip dari situs
parenting.co.id, mengingatkan Chi dengan wali kelas Keke waktu TK. Keke kecil sempat
susah diajarin berdoa. Selalu ada aja pertanyaannya.
Kalau pertanyaan-pertanyaan itu belum memuaskannya, sulit banget untuk
mengajaknya berdo'a. Keke juga pernah beberapa kali nanya bukti keberadaan
Allah. Beberapa kali dikasih tau kalau adanya manusia, hewan, pohon, dll
adalah bukti keberadaan Allah SWT. Tapi, ya, jawabannya gak langsung
memuaskan Keke.
Sempat bikin Chi khawatir. Apalagi Keke kan sekolah di TK Islam. Dalam
pikiran Chi saat itu, akan lebih mudah belajar agama bila belajar di
sekolah Islam. Tapi, ternyata tetap aja bikin jumpalitan. Harus berpikir
keras setiap kali menjawab pertanyaan Keke kecil.
Chi pun akhirnya curhat ke wali kelas Keke. Alhamdulillah, jawabannya
menyejukkan hati. Barakallah. Kekhawatiran Chi pun mulai sirna.
Menurutnya, sikap Keke itu sangat wajar banget. Persis seperti yang mbak
Vera katakan. Anak kecil cara berpikirnya masih bersifat konkret.
Misalnya, kalau Keke nanya dan minta bukti tentang keberadaan Allah. Dalam
pikirannya sama seperti menanyakan keberadaan ayah, bunda, mainan, dll.
Jadi harus ada bukti fisiknya. Makanya suka gak langsung terima kalau
dibilang adanya manusia, hewan, pohon, dll itu bukti Allah SWT ada.
[Silakan baca:
Allah SWT Itu Ada]
Dari situlah awal mula kami sepakat memberi iming-iming hadiah supaya anak
semangat berpuasa. Karena kalau dibilang untuk mendapatkan pahala, nanti
malah bakal dikasih rentetan pertanyaan. Karena pahala kan abstrak bagi
anak. Lebih mudah mengimingi-imingi dikasih martabak manis kalau puasanya
bisa sampai Maghrib hihihi.
[Silakan baca:
Puasa Martabak]
Orang Dewasa Mengejar Pahala, Anak Kecil Mengejar Menu Berbuka Puasa
“Khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Bukhori-Muslim).”
Sumber: jabar.kemenag.go.id
Umat Islam sangat dianjurkan untuk semakin banyak memperbanyak amal
ibadah di bulan Ramadan. Semangat mengejar berkah Ramadan. Karena di bulan
suci ini pahalanya bisa berlipat-lipat.
Tapi, bagi anak kecil, belum tentu paham akan hal ini. Apalagi yang nanya
terus seperti Keke. Hal yang sangat wajar karena masih berpikiran
konkret.
Kami memilih menyederhanakan aja arti puasa. Disesuaikan dengan usia anak.
Ketika Keke dan Nai baru belajar puasa, yang dikejar adalah menu buka
puasa. Makin semangat dong puasanya kalau menu berbukanya favorit
anak-anak. Mereka jadi bisa lebih sering jajan dibandingkan bulan-bulan
lainnya 😋
Jadi, menurut kami, kita semua sama-sama mengejar hadiah biar semangat
berpuasa. Bagi yang sudah baligh, 'mengejar hadiah' pahala. Sedangkan bagi
anak kecil, hadiah martabak atau camilan lainnya juga udah bikin
seneng.
Keke dan Nai tetap dibebaskan berpuasa sesuai kemampuan. Kan, mereka masih tahap belajar. Jadi, gak diharuskan harus langsung bisa puasa penuh dari Subuh sampai Maghgrib. Belum bisa ikut sahur pun gak apa-apa. Semampunya mereka aja. Iming-iming hadiah hanyalah penambah motivasi. Supaya semakin semangat belajar berpuasanya.
Tidak Memberikan Hadiah yang Berlebihan
Iming-iming hadiah yang kami tawarkan diusahakan tidak berlebihan. Kami
cukup menawarkan kudapan untuk berbuka puasa udah bikin Keke dan Nai
senang.
Ya, memang setiap Ramadan selalu menyiapkan menu berbuka. Gak selalu beli.
Malah lebih sering bikin sendiri. Bedanya adalah anak-anak yang menentukan
menunya. Kami orangtuanya lebih sering ngikut selera anak aja.
Kami gak pernah menawarkan iming-iming hadiah yang berlebihan, misalnya
ngajak liburan ke mana gitu kalau puasanya bisa full. Bukan perkara mampu
atau tidak. Tapi, memang kami yang gak mau seperti itu. Menawarkan menu
buka puasa juga secukupnya. Gak segala jajanan dibeli.
Pernah juga mengiming-imingi dikasih THR Lebaran kalau bisa puasa full
sehari. Tapi, hanya sementara, kok. Perlahan ketika mulai paham agama,
udah gak ada lagi tuh iming-iming THR untuk anak. Mereka udah paham tujuan
puasa sebenarnya. Alhamdulillah.
[Silakan baca:
THR 57 Ribu]
Wajib Mengajarkan Ketauhidan ke Anak
Ada kekhawatiran anak akan jadi terbiasa dengan iming-iming hadiah baru
mau puasa?
Tentu sempat ada. Tapi, kembali ke cara berpikir yang sifatnya konkret
itu. Kami pun meyakini kalau suatu saat, Keke dan Nai akan paham arti
puasa sesungguhnya. Tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus.
Ya tentu gak bisa ujug-ujug terjadi. Semua berproses dan harus dijelaskan
berulang-ulang ke anak. Disesuaikan juga dengan usia anak penjelasannya.
Chi sertakan juga pendapat dari Mamah Dedeh, ya. Menurut beliau, boleh
banget mengiming-imingi hadiah untuk anak usia dini agar mau berpuasa.
Tujuannya kan untuk memotivasi. Supaya anak semangat berpuasa. Namanya
juga baru belajar. Tapiiii ..., orang tua WAJIB mengajarkan ketauhidan ke
anak. InsyaAllah, pelan-pelan anak pun akan mengerti dan mau berpuasa
tanpa diiming-imingi hadiah lagi.
Menurut Mamah Dedeh, kalau anak sampai gede masih menuntut hadiah baru mau
berpuasa, kemungkinan karena gak pernah diajarkan Ketauhidan. Akhiran
malah jadi kebiasaan, menuntut dikasih hadiah dulu baru mau puasa.
Beratnya lagi, semakin besar bisa jadi mintanya gak cuma menu buka puasa.
Semoga kita sebagai orangtua tidak lalai mengajarkan ilmu Ketauhidan ke
anak-anak, ya.
[Silakan baca:
Tidak Ada THR Tahun Ini]
Pendapat Chi tetap sama seperti di awal. Kembali ke masing-masing aja mau
kasih iming-iming hadiah atau enggak. Semua punya alasan dan pertimbangan
masing-masing.
Tetapi, apakah kami termasuk yang memberi iming-iming hadiah agak anak mau
berpuasa? Jawabannya ya. Kami memberikan alasannya di tulisan ini.
Alhamdulillah, sekarang udah gak perlu pakai hadiah lagi. Keke dan Nai
sudah mulai paham tujuan berpuasa di bulan Ramadan.
Oiya, dari awal, kan, Chi kasih contoh Keke terus. Bagaimana dengan
Nai?
Intinya sih sama. Kami mengenalkan anak-anak tentang puasa secara
bertahap. Awalnya dengan iming-iming hadiah untuk memotivasi. Semakin
bertambah usia, udah gak dikasih iming-iming hadiah lagi. Mereka pun udah
mulai paham kalau puasa Ramadan adalah ibadah wajib bagi umat Islam.
Nah, yang berbeda adalah usia anak mulai bisa puasa sehari penuh. Justru
Keke yang lebih cepat. Padahal awalnya dia yang lebih sering memberikan
berbagai pertanyaan. Nai agak lama. Usia 7 tahun baru bisa puasa penuh
sampai Maghrib.
Menurut kami, karena Nai memang paling suka ngemil daripada kakaknya.
Jadi puasa bikin dia semangat karena banyak camilan. Tapi, juga jadi
sering nanya melulu kapan waktu berbuka. Trus, jadi bikin banyak alasan
supaya bisa buka lebih cepat hahaha! Kalau Keke lebih santai urusan
makanan. Apapun yang disediakan, biasanya dimakan dengan lahap.
Semoga kita semua terus semangat mengejar berkah Ramadan, ya. Aamiin
Allahumma aamiin. Bagaimana cerita teman-teman mengajak anak-anak supaya
mau berpuasa?
32 comments
Aku dulu lagi anak kecil gak iming2 hadiah tapi berpuasa disesuaikan usia dan kemampuan anak. Prinsipnya anak kan belum wajib puasa. Jadisaat TK , sahur puasa pulang sekolah buka. Waktu sd sampai duhur dan seterusnya sekiatnya. Kalau gak tahan ya buka. Seirimg waktu akhirnya mereka bisa full puasa penuh
ReplyDeleteiya, Mbak. Anak-anak memang masih tahap belajar. Saya pun gak memaksakan anak harus langsung full puasanya. Iming-iming hadiah hanya penambah motivasi
DeleteDulu saat anak-anak kecil, bapaknya dan saya juga kasih hadiah. Jadi di akhir puasa mereka dapat hadiah, apakah full atau engak enggak masalah, buat memotivasi mereka. Tapi bener, kalau tujuan beribadah puasanya juga selalu diingatkan. Alhamdulillah pas udah gede tanpa hadiah, ikhlas mengerjakan
ReplyDeleteYup! Memberi iming-iming juga bisa menjadi salah satu upaya beibadah yang menyenangkan
Deletecerita sedikit ya mba, pertama kali anakku latihan puasa dan dianggap bisa puasa sampai buka memang ku iming2i hadiah, hadiahnya ada menu buka puasa kesukaannya
ReplyDeleteSama ma saya. Iming-imingnya ya sebatas menu berbuka puasa. Gak lebih dari itu.
DeleteAku juga setuju soal iming-iming hadiah jika mau puasa, tapi ya buat yang baru belajar atau maksimal kelas 2 SD. Habis itu dikasih pengertian deh. Namanya juga anak-anak kan. Usia mereka juga belum wajib
ReplyDeleteIya jangan sampai gede diimingi-imingi hadiah. Karena kalau dah usia baligh harusnya udah paham tujuan berpuasa.
Deleteini tahun pertama SID puasa full. Kami memang beri reward sebagai penghargaan atas usahanya belajar puasa tapi kami ingatkan juga jangan karena hadiah ini trus dia puasa. Ibaratnya hadiah itu bonus lah.
ReplyDeletetrus hadiahnya juga yang realistis aja, sesuai kemampuan. Kadang anak tuh mintanya ga aneh-aneh gimana kok, dia minta beli kue aja.
Yup! Seperti yang mamah Dedeh bilang tetap mengajarkan Ketauhidan. InsyaAllah gak sampai besar anak menuntut iming-iming hadiah kalau udah paham Tauhid
Deleteiyaya mba chi, iming2 hadiah plus harus wajib diberi pemahaman tauhid pada anak2. Aku juga tanya, sebagai reward buka puasa ngikut maunya anak2. Kadang mintanya cuma es teh manis hehe karena jarang minum itu..Aku jg mau martabak manis mba chiii, toktok ku mampir ke rumah yaaa :D
ReplyDeleteKuncinya memang di Ketauhidan. Membedakan mana yang iming-imingnya kebalasan sampai besar atau sekadar menyenangkan anak kecil supaya semangat belajar puasa. Yuk sini bareng makan martabak manis hehehe
DeleteSaya jadi ingat jaman dulu. Pas belajar puasa pun saya diiming imingi hadiah. Kalau puasanya lancar sebulan, nanti bisa beli baju baru.
ReplyDeleteAtau pernah juga, bebas mau dimasakin apa pas buka.
Jadi ya, jujur aja, saya duku duka ngumpulin makanan pas siang hari untuk buka puasa.
Sekarang saya 'kagum' sama diri sendiri. Kok bisa ya saya bisa menghabiskan makanan sebanyak itu dulu. Sekarsng buka puasa yg penting air hangat, makan sedikit, perut kenyang. 😂😂
Hahahah sama banget! Dulu kalau buka puasa harus langsung makan berat. Sekarang makan kurma dan minum air putih aja udah ngenyangin.
Deleteanak - anakku juga sama mba.. mendapat imbalan saat puasa penuh, sholat terjaga, dan juga menyetor hafalan Al-Quran. tapi sejak awal selalu diajarkan bahwa bukan itu inti dari melakukan berbagai ibadah.. ada pahala besar yang menanti untuk kita yang menjalankan perintah-Nya. Semoga prinsip ini dimengerti oleh mereka yaa
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin. Saya termasuk yang meyakini kalau nilai agama tetap diajarkan, perlahan anak-anak juga akan paham makna ibadah yang sebenarnya
DeleteAnakku sampai udah segede skarang aja masih semangat berbuka puasa kalau menu makanan sesuai pilihan dia. Hehe. Bener mba masing-masing keluarga punya keputusan masing-masing termasuk pemberian hadiah bagi anak yang berpuasa
ReplyDeleteIya, Mbak. Saya tetep sampais ekarang masih suka nanya mau dimasakin apa untuk menu berbuka. Meskipun gak setiap hari juga nanyanya karena udah hapal menu favoritnya anak
DeleteInginnya mengajarkan anak untuk mengenal Allah dengan cara yang mudah diingat bahkan alami diinginkan anak bahwa ibadah adalah kebutuhan dasar manusia, bukan kepentingan Allah. Jadi aku juga sependapat untuk memberikan kenangan yang baik di alam bawah sadar anak. Bahwa contoh konkretnya adalah dengan melakukan kebaikan (amal ibadah) hati orangtua akan ridlo dan pahala mengalir kepada ananda.
ReplyDeleteKalau dulu waktu anakku kelas 1 aku sudah bilang "Nanti kalau puasanya full, bunda kasih hadiah". Nah kalau sekarang sudah gak aku bilang gitu, tapi aku hanya kasih tau "sudah kelas 3 SD jadi puasanya harus sudah full ya".
ReplyDeleteNah iya bener Mba, anak kecil mungkin belum nyampe kalau diajarin hakikat puasa. Jadi memang kadang saya siapkan makanan kesukaannya buat berbuka. Mudah-mudahan kalau usianya udah lebih gede dia nanti bakalan puasa tanpa merasa berat menahan lapar dan haus
ReplyDeleteAku setuju aja sih biar anak makin semangat untuk melakukan puasa ya mbak
ReplyDeleteBuat hiburan semata
sepakat banget mbak, memang anak usia dini masih berpikir konkret, hadiah itu harus jelas di depan matanya. jadi gak ada salahnya sih memberikan hadiah kepada anak, tapi dijelaskan juga bahwa puasa ramadan itu puasa wajib untuk semua muslim, jadi perlu belajar menahan haus dan lapar di bulan ini karena Allah.
ReplyDeleteKalau buat anak yang baru ajar ajaran berpuasa ga papa misalkan dikasih iming iming apabila lulus puasanya
ReplyDeleteSekalipun dengan hadiah yang sederhana yang anak suka
Kalau anak2 gak ada iming2 hadiah, mereka tahunya kalau org Islam yg udah gede ya puasa. Tapi kadang suka aku beliin apa gtu mbak buat memotivasi, tapi gak bilang itu hadiah. Paling ya sama yang dikejar menu buka puasanya kyk request ntr mau buka apa. Kalau msh bisa dipenuhi ya dituruti, kalau gak kutunda jd surprise buat next buka puasa hehe
ReplyDeleteAkuu setujuu ya maak kasih iming2 hadiah setelah bisa melewati puasa. Dulu aku kasih reward harian dan mingguan buat anak2 dimana mereka mulai puasa usia 5.5th langsung full sampai skrg sdh terbiasa dan tdk mengenal puasa tengah hari
ReplyDeleteWoow Keke, pertanyaannya!
ReplyDeleteJadi ingat di podcast Daniel Mananta - tetangga kami - dengan Dian Sastro, yang mempertanyakan banyak hal, sehingga ia puas dengan jawabannya.
Semoga Keke semakin besar semakin kritis ya Ke, sama kayak Nabi Ibrahim yang di kemudian hari malah berjuang melawan penyembah berhala - saking kritisnya beliau!
MasyaAllah. Allahu Akbar. Semoga anak-anak kita semua selalu berjalan di jalan kebaikan ya, Mbak. Aamin Allahumma aamiin
Deleteseneng baca ceritanya si Keke. Lama banget nih ga baca artikel2 ttg anak2 yang kenalnya dari kecil eh sekarang mereka udah pada abege aja, masya Allah time flies ya mak Chi.
ReplyDeleteSama mba, aku juga setuju kok. Anak2 dari usia TK udah aku biasain puasa, tapi tentunya ga full dan pake hadiah supaya semangat
ReplyDeleteAku sih ngeliat dari zaman aku kecil dulu. Toh papa juga KSH kami hadiah. Terbukti pada akhirnya setelah baligh, masing2 ttp berpuasa tanpa mengharapkan hadiah lagi kok, Krn udah paham itu kewajiban .
Bener sih, pelan2 anaknya juga hrs diajarin ttg kewajiban muslim berpuasa, supaya kamar2 dia paham intinya
Iya, anak-anakku ngga pernah dikasih hadiah sih kalau puasa, tapi senang banget kalau puasa ramadan setelah itu lebaran yang artinya mudik ke rumah nenek dan maka sepuasnya hehe
ReplyDeleteSama kok, dulu pas anak2 masih kecil ya gitu, diiming-imingi hadiah. Belum paham mereka konsep pahala dan masuk surga. Lama kelamaan setelah besar udah terbiasa aja puasa tanpa perlu dapet hadiah.
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^