Tren Menikah di KUA

By Keke Naima - February 19, 2023

Tren Menikah di KUA lagi jadi bahasan di berbagai media sosial. Katanya berawal dari salah satu cuitan di Twitter. Ternyata banyak juga yang melakukannya, sehingga dianggap trend.

Tren Menikah di KUA
(Bukan) pengantin baru 😂


Kalau ditelusuri, awalnya karena pandemi. Di mana ada larangan untuk membuat keramain terkait protokol kesehatan COVID-19. Sepertinya larangan ini awalnya banyak yang gak setuju. Karena kesannya menyedihkan banget. Eh, gak taunya menikah hanya di KUA pun tetap bisa menyenangkan.

Kalau Chi lihatnya memang asik aja. Dari dulu pun ada yang menikah di KUA. Chi pernah menghadiri salah satunya. Waktu itu, teman K'Aie yang menikah. Kami berdua datang ke salah satu KUA di Jakarta Selatan. 

Ada yang berencana menikah hanya di KUA juga? Sebelum langsung memutuskan, perhatikan beberapa poin berikut.


Menikah adalah Menyatukan Dua Keluarga

 
pernikahan sederhana bukan jaminan langgeng

Di Indonesia dan mungkin di beberapa negara Asia, menikah adalah tentang menyatukan 2 keluarga. Banyak juga yang bilang, "kalau udah siap menikah, berarti harus siap juga menikah dengan keluarganya."
 
'Menikah dengan keluarganya' tentu semacam perumpaan. Maksudnya, ya, harus berusaha bisa masuk dengan keluarga pasangan. Bahkan bukan sesuatu yang aneh kalau orangtua atau keluarga besar ikut campur. Meskipun dalam beberapa kasus memang terasa nyebelin, sih.

"Tapi, orang-orang Barat gak begitu."

Sebetulnya Chi gak tau persis seperti apa orang-orang Barat tentang pernikahan. Tapi, banyak yang membandingkannya ke sana. Memang, sih, kelihatannya mereka lebih praktis. Asalkan pasangannya udah setuju, nikah tanpa ngundang pun kelihatannya kayak wajar aja. 
 
Jadi inget salah satu episode di serial The Rookie. John Nolan ingin menikahi pasangannya, tapi gak mau ngundang ibunya. Alasannya ibunya suka rese' dan manipulatif. Dia gak mau nanti ibunya merusak acara pernikahannya.

Dalam Islam pun menikah bukan sesuatu yang ribet, kok. - Maaf sebelumnya, Chi gak bahas agama lain -. Karena memang gak paham. Selama ada wali nikah, 2 orang saksi, bukan pasangan mahram, bukan karena paksaan, dan mahar. Bahkan mahar pernikahan pun gak harus yang mewah. Intinya, rukun dan syarat menikah dalam Islam juga mudah.

Tapi ....

Terkadang, orangtua punya mau. Belum lagi keluarga besar, terutama dari para sesepuh. Beberapa kejadian memang kayak memberikan tekanan karena bertentangan dengan keinginan kita dan pasangan.

"Nikah kok cuma di KUA? Apa kata keluarga dan kerabat?"

Gengsi menjadi salah satu alasan harus buat resepsi. Masih ada beberapa alasan lainnya misalnya anak perempuan satu-satunya, ada istiadat, ajang kumpul keluarga besar, dan lain sebagainya.

Saling mendengarkan dan berdiskusi ...

Menurut Chi kuncinya adalah mau saling mendengarkan dan berdiskusi. Mungkin caranya gak bisa dibilang mudah. Apalagi ada orangtua atau sesepuh yang ngotot semua keinginannya harus dituruti. Sama sekali gak mau mendengarkan pendapat anak. Sedih juga ya kalau pernikahan jadi gagal hanya karena saling mempertahankan ego.

Setiap keluarga memiliki karakter yang belum tentu sama dengan keluarga kita. Jadi gak ada resep jitu untuk hal ini. Tapi, paling tidak cobalah untuk mau belajar mendengarkan dan berdiskusi dengan tenang.

 

Intimate Wedding Tidak Selalu Murah Biayanya

 
Intimate Wedding Tidak Selalu Murah Biayanya
Foto di acara resepsi pernikahan adik Chi yang bungsu. Konsepnya intimate wedding

 

Banyak yang menyamakan menikah di KUA sama dengan intimate wedding. Ada benarnya juga, tetapi bukan berarti sama.
 
Intimate wedding adalah konsep pernikahan yang tidak mengundang banyak orang. Biasanya hanya dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat.
 
Menurut Chi, hanya menikah di KUA bisa dikatakan intimate wedding. Karena gak mungkin mengundang ratusan apalagi sampai ribuan tamu ke KUA. Paling yang menghadiri hanya keluarga dan teman terdekat.
 
Tetapi, intimate wedding tidak sebatas hanya menikah di KUA. Itulah kenapa Chi bilang tidak sama. Karena ada juga yang tetap membuat resepsi.
 
Bisa dibilang pernikahan Chi termasuk intimate wedding karena gak mengundang banyak orang. Adik Chi yang bungsu juga pernikahannya hanya mengundang orang-orang terdekat.
 
Beberapa minggu lalu, Chi melihat salah seorang netizen yang menikah hanya dengan mengundang 50 orang terdekat di Bali. Cuma 50 orang, tapiiii ...

Semua tamu dibiayain mulai dari tiket hingga penginapan. Jas dan gaun pengantin tentu beli di butik atau rancangan desainer. Belum lagi venue acara, makanan, dan lain sebagainya. Tentu bukan bujet murah meskipun cuma ngundang 50 orang.
 
Atau masih ingat gak sama pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle? Make up Meghan terlihat Flawless. Trus, terjadi perdebatan di antara netizen. Ada yang verpikir biayanya murah karena dianggap gak dandan hehehe.

Padahal make up flawless atau yang terlihat natural belum tentu murah, lho. Bisa jadi malah mahal (banget). Kembali juga tergantung siapa MUAnya yang dipakai dan lain sebagainya.

 
Dari pengalaman Chi pribadi, intimate wedding juga harus membuat tamu lebih betah. Kalau pernikahan konvensional kan standar aja, ya. Datang, salaman, trus makan. Tapi, kalau intimate wedding kan harus mikirin gimana caranya para tamu betah paling gak selama 2 jam. Karena kalau ngundangnya cuma sedikit, trus pada gak betah kayaknya gak sampe 1 jam juga udah pada bubar hehehe. 

Foto di atas adalah suasana pernikahan adik Chi yang bungsu. Konsepnya intimate wedding dan ada himbauan untuk tidak bersosial media selama acara. Tentu sekadar himbauan, karena gak akan dilarang juga kalau pun ada yang pegang hp.

Waktu Chi dan K'Aie menikah gak ada himbauan begitu karena memang belum era digital alias belum pada punya hp. Jadi suasana memang benar-benar berbaur. Apalagi kalau intimate wedding kan sesama tamu biasanya saling mengenal dekat.

Nah, karena sekarang eranya digital, tentu harus bikin sesuatu yang membuat para tamu gak sibuk nunduk untuk medsosan. Salah satu caranya adalah MCnya seru dan kocak. Live musicnya pun juga asik yang sekiranya banyak tamu suka.

Tapi, juga jangan langsung khawatir duluan sama biayanya. Salah seorang kerabat juga ada yang menikah di KUA beberapa tahun silam. Setelah itu kami semua makan siang di salah satu resto yang udah dibooking. Bener-bener hanya makan siang bersama. Gak ada hiburan atau dekorasi khusus untuk pernikahan.

Jadi, gak semua intimate wedding biayanya lebih murah, lho! Tapi, juga bukan berarti selalu mahal. Itu sih kembali ke kitanya juga.

 

Menikah Hanya di KUA Bukan Jaminan Langgeng

 
merencanakan konsep pernikahan

 
Ups! Ini bukan bermaksud berharap jelek, ya. Mau menikah secara sederhana atau besar-besaran sekalipun do'anya adalah sakinah mawaddah warahmah.

Justru Chi suka sebel sama komentar mendang-mending atau mudah sekali julid. 
"Ih! Daripada resepsi gede-gedean mendingan uangnya buat nyicil rumah!"
"Ngapain resepsi gede-gedean kalau akhirnya cerai?"

Gak usah mendang-mending kalau kita gak tau pasti kondisi keuangan yang punya hajat. Mungkin bagi kita, mendingan buat bayar cicilan rumah daripada resepsi gede-gedan. Tapi, siapa tau yang bikin hajat besar udah punya rumah duluan yang ukurannya juga besar.

Gak usah julid juga, apalagi sampai nyangkutin ke perceraian. Pernikahan dengan konsep yang sederhana sekalipun tetap ada yang akhirnya bercerai, kok.

Nah, buat siapapun yang sedang merencanakan menikah juga sebaiknya gak berpikir ada jaminan langgeng kalau nikahnya cuma di KUA. Karena pernikahan adalah tentang perjalanan yang (sangat) panjang. 

Apapun konsep pernikahan yang dipilih, siapkan dengan matang. Jangan sekadar ikut-ikutan atau gengsi-gengsian. Chi setuju dengan pendapat netizen yang di-screenshot itu. Gak usah ikut-ikutan trend. Berdiskusilah dengan pasangan dan keluarga kedua belah pihak, Cari kesepakatan tanpa dan minimalkan paksaan.
 
Akad nikah adalah proses awal dari sebuah perjalanan panjang. Jangan berharap akan ketemu cerita manis terus. Gak ada tuh yang namanya 'dunia hanya milik kita berdua' dalam pernikahan. Terkadang ya kayak naik roller coaster. Turun-naik, kadang-kadang pengen teriak/nangis, kadang-kadang bikin ketawa. Tetapi, kalau hubungan dengan pasangan baik, naik roller coaster pun akan dianggap sebagai keseruan bersama.

  • Share:

You Might Also Like

65 comments

  1. Betul sekali. Menikahi pasangan hidup sekaligus keluarganya. Catatttt! Hihihi... Intimate wedding kesannya sederhana dan biayanya murah. Kenyataannya ga begitu. Justru bisa jadi lebih wow, dengan budget sekian misalnya itu besar banget, namun ada kesan berbeda dibandingkan dengan resepsi gede2an. Ga tau nih ntar kalau anak2ku menikah wkwkwkw masih lama yk. Kira2 mau pakai konsep apa pesta pernikanannya, kita belum tahu juga :D Makin tua aja bahas beginian ya mbak Myra? Kaboooorrrrr!! Wkwkwkwkw....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena anak-anak udah remaja. Saya udah mulai bahas tentang pernikahan juga ma mereka hahaha. Bahasannya udah bukan lagi tentang belajar merangkak, gtm, dll :D

      Delete
  2. iya mbak, menikah itu juga tergantung rejekinya masing-masing. dulu aku juga rencana nikah di rumah saja, sederhana. eh ternyata ibu mertua maunya di gedung karena memandang keluarga dan teman-teman/ senior suami yang dari kalangan dosen. ya kahirnya di gedung lah, itu pun aula mesjid di rumah sakit. alhamdulillah justru malah memudahkan saat evakuasi nenek yang kelelahan menigkuti prosesi pernikahan, jadi saat mau pingsan udah digotong ke tempat opname. alhamdulillah semua lancar dan semua senang. trend nikah di KUA juga bagus sih, namun tetap kan ada sunahnya juga ya, mengundang orang terdekat sebagai pengumuman sudah menikah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selain tergantung rezeki juga tentang mengkompromikan. Apalagi orang Asia biasanya melibatkan keluarga. Biasanya orang terdekat memang akan diundang lebih dulu. Kecuali, sudah ada problem sejak awal.

      Delete
  3. Aku memilih menikah di rumah otu sebenarnya karena momentnya indah, Mba. Jadi masa kecil di rumah, bertumbuh dan akhirnya di rumah itu aku dihalalkan seseorang. Tapi kalau buat anak anakku terserah saja mereka mau di rumah atau KUA. Klo di jagakarsa ada nih KUA yg sebelahnya masjid buat akadnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. so sweet alasan menikah di rumahnya, Mbak. Setelah jadi orangtua pun berusaha menghargai pilihan anak selama alasannya masuk akal, ya

      Delete
  4. Pengalaman saya, pesta pernikahan memang keinginan ibu, saya maunya sangat sederhana tetapi menuruti keinginan ibu dilakukan juga ... Sekali seumur hidup soalnya ya. Nanti ke anak kayaknya lbh menanyakan keinginan anaknya saja. Asalkan mampu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak pun biasanya juga berpikir sekali seumur hidup. Akhirnya suka ada yang saling memaksakan kehendak kalau saling bertentangan. Penting banget untuk saling berdiskusi dan mencari jalan keluar terbaik

      Delete
  5. aku setuju mak Chi, mau menikah hanya di KUA atau gede-gedean kayak Tasya Farasya pun terserah ya. Karena endingnya yang menjalani bahtera rumah tangga itu ya yang menikah. Tapi dulu aku menikah memang dirayakan, selain anak perempuan pertama terus dari Jawa, jadilah harus dirayakan. Mana tamuku 85% adalah kolega papa dan mamaku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Kita gak usah jadi kaum mendang-mending atau menghakimi pilihan orang ya hehehe.Karena menikah baru awal, perjalanan masih (sangat) panjang

      Delete
  6. Jaman now kayaknya banyak muda-mudi yang pengen nikah di KUA tapi menganggap rese keputusan orang tua. Padahal banyak juga orang tua yang berharap bisa merayakan pernikahan anaknya. Ya, semoga nanti kalau pas tiba waktunya menikahkan anak-anak bisa sepakat sama keputusan mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah salah satu alasan tulisan ini dibuat hehehe. Gara-gara beda keinginan, orangtua jadi dianggap rese. Tentu gak semua seperti itu. Tapi, ya sedih juga sih kalau sampai ada yang kejadian kayak gitu. Padahal sebetulnya masih bisa dikomunikasikan

      Delete
  7. Bakal cape kalau ngikutin trend. Kupikir, nikah memang baiknya sesuai sama kita, diskusi sama pasangan ini wajib karena dia yang akan jadi teman hidup kita nanti. Ah jangan lupa keluarga. Terus budget juga sih. Jangan sampai wah, tapi bikin kelimpungan saat acara kelar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju. Menikah di KUA memang bagus. Tapi, sebaiknya alasannya jangan karena sekadar ngikutin trend. Harus ada pertimbangan yang matang

      Delete
  8. Closingnya mantap sekali mbak, "kalau hubungan dengan pasangan baik, naik roller coaster pun akan dianggap sebagai keseruan bersama". SETUJU!!

    Anakku yang cowok udah bahas soal konsep acara nikah lho. Kelak kalau nikah, acaranya mau yang sedikit orang saja katanya. Hanya keluarga inti serta saudara kandung orang tua, dan acaranya akan dibikin lebih akrab, lebih banyak ngobrol bareng, di suatu tempat yang tenang kayak di taman suatu resort di puncak, atau di restoran pinggir pantai. Mau acara yang suasananya tuh syahdu, dan khidmat. Aku yang denger itu kaget, ternyata anakku udah mikir ke sana haha. Aku bilang, nanti kalau udah ketemu calonnya, mesti ngobrol dulu ya sama calon. Karena kalau aku sendiri (mamanya), gimana baiknya anak saja, paling cuma bantu mengarahkan ke cara yang benar dan sesuai tuntunan agama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup! Naik turunnya dinikmati bersama ya, Mbak.

      Saya juga udah pernah ngobrolin ma Keke. Dia pun ingin yang sederhana. Saya juga bilang biasanya di Indonesia, pihak perempuan suka lebih menentukan. Tapi, semua bisa didiskusikan bersama

      Delete
  9. Nah ... betul mak chi jangan anggap smua intimate wedding tu murah justru kata2 intimate tu yg bikin printilannya jd mahal ya hehehe... setuju sih semua bakik ke komuniksi yg baik antara oetu dan anak. Dulu pas kakakku nikah sederhna bgt akad aja di rumah dan hanya kkuarga inti. Suasannaya hangat banget aku lun kepingin nanti anak2 nikahnya sedederhana aja tapi sakral dan penuh kenangan.
    Btw aku udah kepngen ngibrolin ni sama anakku yg gwshe mbak kan umurnya udh 15tahun pengen tau pendapat dia gmn soal trwnd nikah ni. Nunggu balik pondok dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjamu tamunya justru lebih spesial kalau intimate wedding, ya hehehe. Seru lho bahas ini sama anak :D

      Delete
  10. wah ini dulu aku pengennya menikah di KUA aja tapi sama orangtua ditentang parah hahaha, eh sekarang jadi ngetrend ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Katanya berawal dari pandemi. Saat itu kan banyak pembatasan. Akhirnya malah jadi trend :D

      Delete
  11. Konsep wedding seperti apapun yang penting siap menghadapi cobaan ya.

    Wedding sederhana juga kadang biaya luar biasa. Tergantung di mana lokaainya sih. Hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu maksud saya. Apapun pilihannya, jalan masih sangat panjang hehehe

      Delete
  12. Aku jadi baper baca tulisan mba Chie, karena dulu waktu nikah pengennya ngundang famili aja. Tapi alasan anak sulung yang baru pertama kali mantu, ya harus rame rame. Akhirnya aku menuruti keinginan tetua, keluarga ibuku.

    Sekarang ini anak sulungku ingin nikah yang tamu nya hanya keluarga dekat dan teman pengantin aja. Tapi kayaknya keluarga calon istrinya ada yang ingin pernikahan ngundang banyak tamu, karena calon pengantin putri itu anak bungsu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rata-rata kepentok keinginan orangtua sendiri atau orangtua pasangan ya hehehe. Tapi, ya, gak apa-apa. Bisa cari jalan etngah terbaiknya

      Delete
  13. Sekarang kyknya emang anak2 muda maunya gak ribet, trus ortunya kyknya jg angkatan di atas kita dikit yang juga lbh terbuka mendukung anak2nya mau nikahan kyk apa.
    Iyes gak semua acara nikahan yang cuma ngundang kurang dr 100 org lbh murah, ada kalanya lbh mahal. Yaaa semampunya orangnya hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, orangtua zaman sekarang kayaknya mulai banyak yang terbuka dan mau menerima pendapat anak.

      Delete
  14. Wah bagus juga ya nih buat ide nikah anak2.. Hahaha.. Nikah di KUA trus makan siang bareng-bareng keluarga di salah satu resto. Lebih irit drpd harus buka pesta wedding besar2an. Uangnya bisa kita pakai buat DP rumah ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Tetapi, kalau kesepakatannya mengadakan resepsi besar-besaran pun gak apa-apa. Karena setiap orang pasti punya pertimbangan sendiri

      Delete
  15. sebenarnya udah biasa juga menikah di KUA tapi sekarang ini begitu masuk medsos, digoreng, jadilah viral. hehe
    waktu aku ke KUA masih mengurus administrasi ketemu dengan pasangan yang bakal nikah di sana. Sebenarnya asik juga menikah sederhana begini, kan yang penting sah yak. Tapi dari keluarga (apalagi keluarga besar) yang biasanya minta ini itu, jadilah bengkaaaak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kali ini gorengan yang bagus hihihi. Nah, itulah seninya mengendalikan keinginan keluarga besar hahaha

      Delete
  16. Menikah itu merupakan salah satu langkah penting dalam kehidupan. Mau dilangsungkan dengan di KUA saja ataupun dirayakan bersama keluarga, terserah nantinya keputusan bersama. Orang boleh mengikuti keputusannya sendiri, hanya saja perlu diingat, namanya keluarga tuh sejatinya tempat kita akan selalu kembali di saat-saat terberat nantinya. Jadi wajar dong kalau harus rembukan dengan keluarga dulu sebelum memilih bagaimana cara pernikahan yang akan dipilih. Simpel kan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Mbak. Memang sebaiknya hindari konflik dengan keluarga. Cari solusi yang bisa diterima semua pihak

      Delete
  17. Sah-sah aja sih sebenernya nikah di KUA tuh, tapi Rasul juga menyarankan untuk mengadakan walimah, atau semacam pesta, walau hanya sederhana. Tujuannya, selain untuk syukuran, juga sebagai 'pengumuman' kalau kita sudah menikah dan tidak terjadi fitnah.
    Kebanyakan keluarga di Indonesia pasti banyak yang menentang sih, termasuk keluargaku juga haha.
    Yah yang penting dikomunikasiin aja sih sama kedua belah pihak. Harus sama2 mengerti dua2nya.

    ReplyDelete
  18. Tapi saya lihatnya kok lucu yah menikah di KUA saja, tanpa makeup dan busana pengantin yang lumayan ribet haha. Tapi memang unik sih, malah lebih berkesan mungkin ya kalau zaman sekarang menikah hanya di KUA, padahal zaman dulu ibu bapak saya menikahnya juga hanya di KUA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti tetap make up untuk yang perempuan. Hanya memang jauh lebih simple kalau acaranya kalau bikin di KUA

      Delete
  19. Nikah di KUA atau nikah dengan pesta besar sebenarnya tergantung kitanya ya mba. Mending ikuti kemampuan diri daripada harus ikutin trend. Yang penting saat memutuskan adalah keluarga kedua belah pihak legowo dengan pilihan kita, apapun itu. Ya gak siii?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Ukur kemampuan diri dan keluarga masing-masing. Jangan hanya karena sedang tren. Karena tren pasti akan berubah

      Delete
  20. Tadinya mikir wedding yang berkesan privat dan terbatas undangannya agak ngga mungkin di kultur masyarakat Indonesia yang rata-rata jumlah keluarganya besar tapi pandemi mengubah segalanya ya termasuk gaya hidup masyarakat...

    ReplyDelete
  21. eh iya aku suka banget liat trend iniii, berasa adem liatnyaaaa.. dan mudah2an bisa menginspirasi banyak anak muda yaaa.. kl dulu aku nikah ngga di KUA, tapi beneran nikah sederhana aja krna cuma dihadiri keluarga inti dan temen-temen deket. hihi.

    ReplyDelete
  22. Kembali ke pilihan. Saat dulu menikah hanya mengundang keluarga saja. Walau ada bisik bisik yang gak mengenakan. Tapi saat anak lakiku menikah acaranya cukup mewah karena besanku yang menginginkan karena anaknya anak tunggal

    ReplyDelete
  23. Kalo dulu kami diizinin bayar sendiri weddingnya, udah pasti aku bakal bikin seintimate mungkin, hanya temen dan sodara yg aku kenal baik. Lain dari itu ga bakal diundang mau sodara sekalipun.

    Tapi sayangnya ga diizinin Ama orangtua. Masing2 pengen ngadain pesta besar, jadilah diadain 2x di Medan, dan Jakarta. Jadi Krn bukan kami yg bayar, terpaksa nurut mba. Bisa dibilang 90% tamu aku ga kenal 🤣🤣🤣. Tapi ya sudahlaah.

    Palingan ntr kalo anakku nikah, biarin aja mereka yg nentuin sendiri. Mau dikit atau rame. Aku malah pengennya dikit aja, biar ga capek hahahaha

    Naah bener tuh, aku sebel Ama komen2 yg bilang mending ini mending itu. Kayak pake uang dia aja 😮‍💨

    ReplyDelete
  24. Kalau di tempat saya, alasan menikah di KUA karena lebih murah, gak pakai nyangoni penghulunya. Kalau pestanya sendiri tetap dilakukan di rumah, hanya akad nikah atau ijab qobul yang dilakukan di KUA

    ReplyDelete
  25. Saya baru semalam nonton Armand Maulana, Mbak. Salah satu yang dibahas, adalah Armand dan Dewi Gita menikah di KUA. Makanya dia nyeletuk. Sebelum ngetren, gue duluan hahaha.
    Tapi Intimate wedding ini bukan juga pernikahan sederhana ya, Mbak. Bisa saja mereka ingin lebih privat dan hanya keluarga dan kerabat terdekat yang menghadiri.

    ReplyDelete
  26. Jadi pertimbangan yang asik sih memang nikah di KUA. Soalnya pas daku lihat tetangga Deket rumah dia pun begitu tapi make up nya cetar.
    Kepikiran buat besok daku nih bisa nih nikah di KUA hehe. Cuma kudu waktu kerja ya, gak bisa weekend di hari Ahad haha

    ReplyDelete
  27. Saya juga dulu nikah di KUA
    karena baru masuk Islam dan alm ibunda belum bisa menerima ada akad nikah di rumah
    Setahun kemudian, sewaktu saya hamil anak pertama, baru deh alm ibunda udah bisa menggelar pengajian di rumah

    ReplyDelete
  28. Betul banget Mba, naik roller coaster itu menarik dan seru, kalau kita naiknya dengan bahagia ya, apalagi naiknya bareng orang terkasih, jadi makin nambah serunya.
    Bagi saya, menikah itu luar biasa, apapun jalannya, saya bersyukur bisa memutuskan menikah dengan lelaki pilihan sendiri Alhamdulillah :)

    ReplyDelete
  29. Resepsi pernikahan itu sebenarnya sunnah. Sangat disarankan untuk diadakan semampunya. Menghapusnya dengan alasan untuk mempersiapkan kehidupan setelah ijab kabul seperti sebuah kemalasan menghidupkan sunnah sejak di awal pernikahan.

    ReplyDelete
  30. Keren Mbak bahasanya mudah dipahami,, seandanya para orang tua bisa paham juga setelah membaca ini hehe...

    ReplyDelete
  31. Menikah di KUA kini menjadi trend barangkali karena mereka yang melalukan dan memposting adalah orang-orang yang dirasa cukup mampu mengadakan pesta besar namun bijak mengelola dan mengatur banyak hal selain keuangan tapi juga pendapat keluarga hehe..

    Karena sebenarnya yang menikah hanya di KUA sudah banyak dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah.

    ReplyDelete
  32. Karena mengundang banyak orang karena berharap dibalas amplop itu masih jadi tradisi orang kita, ya, hehee...
    Meski kalo sultan beneran kebanyakan ngga terima amplop.
    Kalau saya pribadi mendukung mereka nikah di KUA kalau memang kondisi tidak mendukung utk adakan resepsi.
    Tapi ya tetap mendukung mereka yang kondisi mampu utk tetap mengadakan resepsi.
    Jadi semua tergantung kondisi dan kemampuan saja...
    Yang penting SAH nya, hehee

    ReplyDelete
  33. Tahun 2002 saya dan suami sudah berniat menikah di KUA lalu pulang ke rumah ortu saya selamatan sederhana. Ortu saya bilang oke tapi selamatan diganti jadi acara kondangan. Eh ditentang habis sama Mertua dong..harus prosesi adat Jawa lengkap. Jadi deh ngikut..hasilnya kami nyaris modal 0 rupiah saat mulai rumah tangga ..habis tabungan. Kwkw. Menurut saya apapun pilihannya bisa dikomunikasikan untuk yang terbaik.

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah masaku sdh lewat, keknya aman2 aja acara sederhana pake nasyid dan masak2 oleh tetangga. entah bsk gimana anak2. tar diskusi dulu dg besan. skrg anaknya masih sd, wkwk

    ReplyDelete
  35. Sebenarnya menikah di KUA itu justru menghemat biaya ya mbak. Namun kembali lagi, prinsip masing-masing pasangan berbeda. Sudah begitu masih ada di belakang mereka keluarga yang mungkin akan berpendapat. Intinya adalah bagaimana menjalani kehidupan pernikahan setelahnya

    ReplyDelete
  36. saya setuju nih, menikah besar2an atau hanya di KUA tidak menjamin pernikahan tsb akan langgeng. dan keputusan mau menikah dimana balik lagi ke kesepakatan antara kedua belah pihak pasangan dan keluarga. dan diluar itu yang lebih penting adalah kehidupan setelah menikahnya

    ReplyDelete
  37. Aku apresiasi dgn tren menikah di KUA ini. Kayaknya tren ini baru bisa bener2 dianggap biasa di generasi anak2 kita nanti insya Allah. Soalnya kalo yg menikah generasi kita, ortu2 msh menganggap klo resepsi pernikahan itu sesuatu yg sakral dan wajib. Semoga klo kita jd ortu nanti, gak terlalu memaksakan kehendak ke anak2 kita ya mbak.

    ReplyDelete
  38. Tren kalo yang bagus nggak papa banget buat dipertahankan, ya, kan, Kak. Apalagi menikah di KUA. Tentu ada nilai-nilai tertentu yang sudah disepakati sebelumnya.

    ReplyDelete
  39. Banyak orang berfikir jika tempat menikah nya suci dan sakral biasanya langgeng namun dalam prakteknya banyak yg tidak sejalan meskipun menikah di KUA

    ReplyDelete
  40. Wah, tulisanya bisa buat bekal yang mau nikah. Mau di KUA atau dimanapun, yang penting sah ya, kak. Selain juga, bagaimana selanjutnya menjalani kehidupan pernikahan agar bisa berjalan langgeng.

    ReplyDelete
  41. iya sempet rame banget tuh tren nikah di KUA (aja), tapi yaa, karena nikah urusan gawe 2 keluarga dan ada keinginan orang tua juga, jadi pertimbangan besar juga sih pas nikah kemaren, klo mengelak takut ga ridho, makanya nikah balik lagi ke niatan sama kemampuan (modal) juga heuheu

    ReplyDelete
  42. Jadi inget kalau anak sekarang always sukak join the trends.
    Tapi ya namanya juga trend ini karena banyak yang memperbincangkan. Kalau uda gak, jadi gak trending lagi.

    Baiknya memang menyesuaikan karakter, budget dan konsep masing-masing keluarga. Yang nyaman bagaimana... Karena bagaimanapun, inginnya semua dimulai dari kebaikan.. Agar rumah tangga yang dibangun kokoh. Aamiiin~

    ReplyDelete
  43. Menikah di KUA sebenarnya sudah sangat bagus sih, sudah selesai dan juga sudah memenuhi syarat dan hukumnya juga. Terus lebih hemat juga, tapi kalau ada yang mau di rumah, karena pertimbangan lanjut resepsi, dan amemang keluarga mau adakan acara undang orang banyak kembali lagi pada masing-masingnya.

    ReplyDelete
  44. Nah itu mending diam apa pun yang terlihat di depan mata khususnya hajatan pernikahan orang lain. Soalnya kita enggak benar benar tahu mereka punya dan seberapa untuk membuat acara sedemikian, mewah atau sederhana, yang sebenarnya relatif

    ReplyDelete
  45. Apa pun pilihannya, bagiku semuanya dinormalisasikan aja sih. Yang penting tujuan pernikahan tercapai, sama-sama mulianya, sehingga nanti gak ada yang perlu membandingkan atau mendang mending. Bagus juga tren ini makin menjalar skarang sehingga saat tiba kita menikahkan anak hal ini udah jadi biasa...

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^