Tips Memilih Bimbel Masuk PTN - Di akun Facebook dan Instagram Chi
bersliweran iklan berbagai bimbel. Semuanya menawarkan keberhasilan
berhasil masuk PTN. Mungkin karena Keke baru aja lulus SMA. Chi juga
membuat 2 status tentang Keke yang keterima di PTN.
Tapi, sebetulnya perlu gak sih memasukkan anak ke bimbel supaya bisa
lolos seleksi PTN? Artikel kali ini akan mengulas tentang tips memilih
bimbel masuk PTN berdasarkan pengalaman pribadi.
[Silakan baca:
Tanpa Ikut Bimbel, Nilai UN Bisa Tetap Bagus? Bisa!]
Perlu atau Enggak Ikut Bimbel?
Nah, sebelum memilih bimbel, ada baiknya menjawab dulu pertanyaan di
atas. Memang perlu ikutan bimbel?
Kalau Chi pribadi sebetulnya gak pengen anak-anak sampai ikut bimbel.
Cukup lah dengan belajar di sekolah dan di rumah. Chi gak mau aja gitu
hidup mereka hanya diisi dengan belajar, belajar, dan belajar.
Setuju, kok, kalau masih muda memang harus bekerja keras. Jangan jadi
anak muda yang mageran. Tetapi, kan, mereka juga butuh bersenang-senang.
Otak mereka juga butuh istirahat dari yang namanya belajar.
Tentunya mereka gak perlu bimbel kalau kegiatan belajar di sekolah udah
cukup. Belajar di rumah pun secukupnya aja. Sekadar mengulang dan gak
sampai berjam-jam belajarnya.
Kami sudah membuktikannya ketika Keke dan Nai di Sekolah Dasar. Suasana
belajarnya sangat menyenangkan. Sehingga anak-anak mudah menangkap
pelajaran. Jumlah murid di kelas juga mempengaruhi. Mereka bersekolah di
swasta. Jumlah murid per kelasnya gak banyak.
Bisa dibilang kayak gak ada drama ketika mereka SD. Padahal katanya
pelajaran SD zaman sekarang udah sulit. Tapi, Keke dan Nai mampu mengikuti
dengan baik. Nilai semua mata pelajaran selalu bagus. Mereka pun lulus
dengan NEM yang tinggi sehingga bisa diterima di salah satu SMPN favorit
di Jakarta *Dulu seleksi
PPDB DKI
masih pakai NEM.
Berasa sekali perubahannya ketika mulai masuk sekolah negeri. Jumlah
murid per kelas yang bisa 2x lipat dibandingkan SD. Kegiatan belajar yang
lebih seadanya. Membuat mereka harus banyak beradaptasi. Keke malah kayak
melakukan pemberontakan kecil di awal kelas X.
Awal masuk SMP, Chi sempat shock melihat nilai akademis Keke melorot.
Mulai kepikiran untuk mendaftarkan ke bimbingan belajar. Tapi, jadi galau
bangeeeet.
Chi masih pengen anak-anak seperti ketika SD. Belajar di sekolah
seharusnya udah cukup. Gak tega kalau harus bimbel lagi sepulang sekolah.
Tapi, lihat nilai-nilai Keke yang melorot juga sedih. Meskipun anaknya
kelihatan santai hihihi.
Keke suka cerita kalau beberapa temannya ada yang ikut bimbel dan
pulangnya sampaiu malam. Bahkan ada yang baru tidur lewat tengah malam
karena dilanjut lagi belajar dan ngerjain PR. Padahal pagi-pagi udah harus
bangun.
Memang sih hasilnya sepadan dengan nilai yang didapat. Tetapi, tetap aja
Chi gak tega kalau Keke dan Nai harus seperti itu rutinitasnya. Makanya
saat beberapa anak bekerjakeras belajar hingga lewat tengah malam, Keke
dan Nai malah paling telat pukul 9 malam udah tidur hihihi.
Setelah berkali-kali diskusi dengan K'Aie. Ajak Keke ngobrol. Akhirnya
kami membuat keputusan. Gak perlu lah memaksa anak menjadi bintang kelas.
Asalkan anaknya kelihatan tekun belajar, udah cukup banget. Paling kami
minta ke mereka supaya nilainya paling enggak minimal KKM aja. Tentunya
supaya bisa naik kelas.
Ketika Keke naik ke kelas 9, baru didaftarin ke bimbingan belajar.
Tujuannya supaya bisa dapat NEM yang bagus. Karena seleksi PPDB DKI saat
itu masih pakai NEM.
Sebetulnya kami gak mewajibkan anak harus masuk sekolah favorit. Tapi,
sekolah negeri yang paling dekat ma rumah memang termasuk favorit. Jadi
pasti persaingan NEMnya akan sangat ketat. Alhamdulillah Keke berhasil
dapat NEM yang tinggi. Berhasil masuk salah satu SMAN favorit di
Jakarta.
Nai juga mulai ikutan bimbel di kelas 9. Tapi, targetnya bukan untuk
mengejar NEM. Karena saat Nai kelas 9, Ujian Nasional udah dihapus. PPDB
DKI juga berubah jadi hanya seleksi usia. Hiks!
[Silakan baca:
Cerita PPDB DKI yang Mengecewakan]
Cara Memilih Bimbel yang Tepat
Tolok ukur memilih bimbel yang tepat bisa berbeda-beda. Tentu yang Chi
bagikan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Buat Chi tepat, belum tentu
bagi yang lain. Tapi, silakan bila ingin dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan.
Lokasi Bimbingan Belajar
Sama seperti sekolah, lokasi menjadi faktor penting. Bahkan sejak dulu
ketika memilih sekolah, kami bukan mencari unggulan atau enggak. Tapi,
lihat lokasinya dulu.
Beberapa sekolah yang dekat rumah pasti masuk pertimbangan semua. Begitu
pun dengan bimbel. Ternyata lumayan komplit juga bimbel di dekat rumah
kami. Tetapi, tetap aja gak menjadikannya mudah untuk memilih.
Metode Belajar
Setiap bimbel memiliki metode yang bisa aja berbeda. Keke menolak ikut di
salah satu bimbel ternama yang Chi tawarkan. Banyak teman Chi yang
menyarankan daftar ke sana. Katanya, banyak yang berhasil masuk PTN.
"Temen-temen Keke juga banyak yang bimbel di sana, Bun. Tapi, Keke gak
mau. Abisnya kata temen-teman selama bimbel nyatet melulu. Udah gitu
selalu ada PR yang banyak banget."
Hmmm ... Kalau memang begitu, sulit buat Keke untuk cocok. Dia kurang
suka metode belajar yang terlalu banyak mencatat. Kalau tentang PR malah
Chi yang kasian. PR dari sekolahnya aja udah banyak. Kapan Keke istirahat
kalau masih ketambahan PR dari bimbel?
Kalau di Brain Academy metode belajarnya sering mengajak siswa untuk
aktif. Makanya Keke betah belajar di sana. Dia cepet bosen kalau belajar
cuma disuruh menyimak dan duduk manis.
[Silakan baca:
SMA di Brain Academy]
Jumlah Siswa di Satu Kelas
Jumlah murid per kelas di sekolah negeri sekitar 36 siswa. Buat Chi
jumlah segini udah agak kebanyakan. Makanya kalau bisa cari bimbel yang
murid per kelas gak banyak.
Keke pertama kali ikut bimbel di kelas 9. Bukan di bimbel ternama, tapi
sama tetangga yang selisih beberapa rumah. Memang sejak dulu buka usaha
bimbel. Promosinya dari mulut ke mulut. Jumlah siswanya gak sampe lebih
dari 15 orang per angkatan.
Keke langsung cocok bimbel di sana. Katanya pak Budi (nama tetangga kami
yang punya bimbel) kalau ngajar enak banget. Bisa dengan cepat
dimengerti.
Pengennya Keke bimbel di sana lagi ketika SMA. Udah jelas Keke cocok dan
NEM dia saat lulus SMP pun tinggi. Sayangnya tetangga kami ini spesialis
pelajaran eksak. Sedangkan Keke masuk IPS. Makanya kami (terpaksa) cari
bimbel lain.
Keke pun masuk Brain Academy. Muridnya cuma 2 orang sekelas. Berasa kayak
kursus private! Hehehe.
Chi gak tau apa di tempat lain juga sama. Di sini tuh banyak pilihan
bimbel dari yang ternama hingga biasa aja. Tapi, hanya ada satu yang buka
kelas untuk anak IPS kelas X dan XI. Alasannya selalu sama yaitu sepi
peminatnya! Semuanya punya aturan minimum jumlah murid baru buka kelas.
Ya, hanya Brain Academy yang gak pake minimum jumlah murid. Cuma 1 orang
juga tetap buka kelas. Makanya waktu itu cuma 2 orang. Tapi, lama-lama
bertambah banyak, kok. Sampe buka beberapa kelas untuk angkatan Keke.
Jumlah per kelasnya kalau gak salah gak sampe 15 siswa.
Memilih Bimbel Itu Cocok-Cocokan
Seperti yang Chi bilang di atas, beberapa teman menyarankan salah satu
bimbel ternama. Tapi, ternyata Keke gak mau karena merasa gak bakalan
cocok.
Memilih bimbel memang cocok-cocokan. Bimbel ternama, mahal, atau apapun
belum menjamin 100% bakal sesuai harapan.
Biaya bimbel di Brain Academy termasuk yang lumayan. Sempat bikin Chi
narik napas panjang hihihi. Tapi, setelah datang langsung ke lokasi trus
ngobrol-ngobrol, dapat diskon yang lumayan banget. Alhamdulillah. Keke
juga langsung sreg kursus di sana.
Tapi, bukan berarti harus memilih bimbel mahal, lho. Biaya bimbel Keke
saat SMP gak semahal di Brain Academy. Alhamdulillah juga cocok dan NEMnya
tinggi.
Biaya bimbel Nai malah jauh lebih murah lagi. Udah jalan 3 tahun, Nai
belajar di Zenius. Biayanya beda jauh sama Brain Academy. Bahkan masih
mahalan bimbel di tetangga.
Sama kayak Keke, Nai juga pernah bimbel di tetangga. Tapi, ternyata kurang cocok. Chi pernah nawarin supaya pindah ke Brain Academy ketika Nai masuk SMA. Tapi, gak mau sampai sekarang. Udah merasa nyaman belajar di Zenius.
Memilih gak ikut bimbel? Ya gak apa-apa. Bimbel hanya salah satu opsi belajar, kok. Banyak juga yang berhasil lolos seleksi PTN meskipun gak bimbel.
Sama kayak Keke, Nai juga pernah bimbel di tetangga. Tapi, ternyata kurang cocok. Chi pernah nawarin supaya pindah ke Brain Academy ketika Nai masuk SMA. Tapi, gak mau sampai sekarang. Udah merasa nyaman belajar di Zenius.
Memilih gak ikut bimbel? Ya gak apa-apa. Bimbel hanya salah satu opsi belajar, kok. Banyak juga yang berhasil lolos seleksi PTN meskipun gak bimbel.
Murah atau mahal, ternama atau biasa aja, gak jadi patokan anak akan
dengan bimbel. Kecocokan adalah kunci utama bagi kami. Gak mudah langsung
tergiur dengan janji-janji "Pasti masuk PTN". Karena kalau anaknya udah
gak cocok rasanya sulit membuatnya semangat belajar. Udah terbukti juga
ketika bimbel di tetangga, buat Keke cocok tapi Nai enggak.
Kabarnya sistem masuk PTN berubah di tahun ajaran 2023/2024. Malah kata
biar mas Menteri supaya gak pada ketergantungan sama bimbel.
Hmmm ... Kalau Chi punya pendapat yang agak beda, nih. Belum kebayang
tingkat kesulitan soal tahun depan. Meskipun banyak yang bilang kalau tes
skolastik lebih mudah daripada tes mata pelajaran. Ada baiknya jangan
dianggap enteng. Tetap belajar dan kalau memang perlu
bimbel
ya ikut aja.
Ada yang punya pengalaman lain ketika memilih bimbel? Yuk ceritain di
kolom komen. 😊
73 Comments
Bimbel memang cocok-cocokan, dan diusahakan agar si anaknya nyaman suasana, belajar, dan termasuk tutornya di sana,
ReplyDeleteiya bener
DeleteSaya setuju kalau bimbel itu cocok cocokan. Keponakan saya pertama cocok di bimbel A dan bisa masuk Itera sesuai keinginannya. Eh keponakan yg kedua masuk di bimbel itu juga atas rekomendasi keponakan pertama tapi ia merasa gak bisa belajar serius. Akhirnya gagal masuk kedokteran umum. Dapat nya kedokteran gigi itupun di swasta
ReplyDeleteUdah cocok dg bimbelnya pun belum 100% menjamin bisa lolos PTN, lho
DeleteSepakat kalau bimbel lebih kepada kebutuhan anak bukan kemauan orangtua.
ReplyDeleteSebab anak yang akan menjalani kegiatan belajar tersebut. Jika setuju mendapat tambahan belajar melalui bimbel maka hasil yang didapatkan jauh lebih memuaskan pastinya.
Jangan sampai anak merasa terpaksa belajarnya, ya
Deletesepakattt kalau memilih bimbel itu emang cocok-cocokan yaa kita harus tahu gimana instrukturnya bisa ngajar dengan enak atau gak hehe
ReplyDeleteKalau ngajarnya enak jadi semangat belajarnya
DeleteSetuju sekali, kak Chie..
ReplyDeleteMemilih bimbel itu memang bukan hanya dilihat dari segi harga, tapi juga cara belajar yang sesuai dengan karakter anak. Rata-rata bimbel saat ini sudah lebih menyenangkan daripada bimbel zamanku yaah...
Heheh, bersama Brain Academy yang memberikan tambahan belajar dengan cara menyenangkan.
Kebetulan Keke cocok dengan BA. Tapi, belum tentu sama anak lain. Adiknya aja lebih milih Zenius
Deletebila ingin kuliah di PTN favorit memang butuh usaha berlebih yaa, salah satunya dengan mengikuti bimbel. Alhamdulillah sekarang udah banyak tempat bimbel baik offline maupun online yang bisa dipilih
ReplyDeleteTapi, gak wajib juga ikut bimbel. Banyak juga yang lolos tanpa bimbel
DeleteKalau dulu masih sekolah emang paling efektif saat Bimbel murid nya jumlahnya terbatas lebih enak sih Mbak, jadi bisa fokus ke beberapa anak saja
ReplyDeleteWalau nambah belajarnya tapi hasil yang didapat juga worth it banget
Anak saya juga lebih suka kalau jumlah sekelasnya sedikit
DeleteUntuk pejuang PTN, semoga dilancarkan dan bisa masuk ke universitas impian. Semangat belajar, tetap tekun, insyaa Allah hasilnya terbaik hehe
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
DeleteKalau mau masuk PTN kadang harus belajar bersama bimbel ya mbak
ReplyDeleteDan emang harus pilih bimbel yang tepat
Biar membantu anak masuk PTN
Disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak. Karena ada juga yang berhasil tanpa bimbel
DeleteSetuju banget, Mbak. Milih bimbel itu cocok-cocokan. Biar kata orang bagus, ngetop, dan sebagainya, kalau si anak (dan ortu juga) nggak sreg di sana yaaa.... tetap nggak optimal. Untungnya sekarang ada bimbel online seperti Zenius gini. Anakku yang kelas 10 juga mulai coba-coba di Zenius.
ReplyDeleteToss, Mbak. Sama-sama pakai Zenius juga hehehe
DeleteAku dulu di sekolah negeri, 1 kelas bisa 50 orang mba. Saat SMK di swasta juga xixixi. Gak punya pengalaman bimbel sih dulu. Soalnya lokasi rumah jauh dari jalan raya dan perkotaan. Tapi seru banget baca pengalaman mbanya soal bimbel anak2. Wah iya itu bimbel 2 orang di Brain Academy jadi berasa les privat ya mba
ReplyDeletewow! 50 orang. Saya lihat anak saya sekelas 36 orang aja udah berasa kebanyakan hihihi
Deleteaku jadi flashback masa muda, hahahaa... jadi dari SMP sampai dengan SMU itu aku ikutan bimbel di Santa Lusia tapi memang bimbel itu menurutku membawa dampak lumayan banget. Kalau dulu mamahku ngetes dulu pas masa SMP, apakah aku suka dengan metode belajarnya atau enggak. Tapi aku malah suka dengan metode balajarnya, makanya jadi lanjut.
ReplyDeleteKalau suka dengan metode belajarnya memang biasanya punya dampak positif ke anak
DeleteAnakku sekarang kls 10 mbaa
ReplyDeleteBanyak tmn2nya yg bimbel
Baik versi online, maupun yg tatap muka kayak SSC, GO, dll.
Tapi anakku masih blm mau BimBel, yo wis lah😶😆
Nah iya, Mbak. Kembali ke anaknya juga. Anak saya yang kedua belum mau yang offline
DeleteYang tahun 2022 ini, kata temanku yang anaknya ikutan bimbel, soal2 SBMPTN beda jauh dengan yang diajarkan di sekolah dan bimbel. Oalaaahh kesiannya ya anak2 kalau kondisinya kayak gitu.
ReplyDeleteMungkin tergantung bimbelnya juga ya, Mbak. Kalau kata Keke malah soal-soal SBMNPTN lebih gampang dari yang diajarin di bimbel :D
Deleteselain fasilitas dan harga, menurutku lokasi bimbel juga masuk ke dalam pilihan sih untuk menentukan bimbel terbaik
ReplyDeleteitu justru menjadi prioritas bagi kami. Jangan sampai milih bimbel yang jauh hehehe
DeleteAku sudah pantau Brain Academy atau apa itu namanya yang dari Ruangguru juga, yang tatap muka, adanya di bilangan Fatmawati. Jauh juga dari Jagakarsa sih. Jadi anakku lesnya di tempat lain, jaraknya 4 km dari rumah. Sebenarnya Rafa yang kepengen banget ikutan bimbel kan dia #pejuangPTN. Kasian juga lihatnya udah capek pulang sekolah. Yang penting kita ga maksain aja sih. Nilai yang didapat semampunya aja jangan diforsir khawatir sakit lagi :)
ReplyDeleteNah iya, Mbak. Fisik anak juga harus dipertimbangkan. Jangan sampai kecapean juga. Nanti malah gak optimal belajarnya
Deletemenurutku, zaman sekarang tetep sebaiknya ikut bimbel, sih. bukan apa2, biar ga kalah mental duluan liat banyak pesaingnya pada modal bimbel. cuma memang harus teliti memilihnya, ya
ReplyDeleteKalau saya pribadi tetap kembali ke pilihan masing-masing. Ada beberapa anak teman saya yang berhasil masuk PTN tanpa ikut bimbel manapun. Gak selalu kalah mental kok yang gak bimbel.
DeleteAku mnatan anak bimbel hahaha
ReplyDeleteKadang tuh bimbel gak cuma buat belajar tapi nyari temen #uhuks :D
Kalau zaman sekarang pilihannya banyak ya mbak, ada bimbel offline ada pula aplikasi.
Senengnya lagi zaman skrng kyknya udah mulai banyak yg mikirin gak sekadar masuk PTN namun masuk PT/ jurusan yang memang diinginin. Baik itu dr anak atau dari ortu udah punya pemahaman masuk kuliah harus begini2 gk sekadar prestise doank, namun kudu bisa menyoking dia kelak mau jd apa sesuai minatnya.
Nyari jodoh juga gak, Pril? Hahaha
DeleteIya nih, lihat keponakan yg masih kecil udah padat banget jadwalnya, jadi nggak ikut bimbel, karena merasa udah cukup dapat dari sekolah, keponakan kayaknya suka olahtaga, jadi selain akademik, ortunya kasih jalan untuk makin berkembang dengan hal yg disukai. Mungkin nanti ikutan bimbel kalau udah SMA
ReplyDeleteKalau merasa udah cukup memang gak perlu bimbel
DeleteAku sependapat dengan kak Chie.
ReplyDeleteRasanya memberikan bimbel lagi after school ini kok bikin orangtuanya yang liat kaya gak pulang-pulang yaa..
Anak-anakku pernah bilang "Ma, sebenernya waktuku itu banyak di sekolah yaa, Ma..dari di rumah?"
Dari situ agaknya aku berpikir, kalau SD sampai SMP mungkin belum perlu dulu yaa..
Belum tau ke depannya karena belum mengalami. Tapi tulisan kak Chie bisa jadi pertimbangan ketika menetapkan anak untuk ikut bimbel.
Semoga anak-anak juga merasa butuh belajar bukan karena hanya takut sama orangtua.
Huhu...gak pengen banget kaya gini...
Nah, iya hehehe. Ada yang sampe rumah udah malem :D
DeleteIya, masuk PTN Itu nggak mudah
ReplyDeleteKadang emang perlu dampingan dari bimbingan belajar ya mbak
Dan tentu saat pilih bimbel juga harus teruji kualitasnya
Biar bisa bantu anak masuk PTN
Anaknya pun harus dilihat cocok atau enggak dengan bimbel yang dipilih
DeleteKalo aku terserah anak-anak, apa keinginan mereka ikut bimbel atau tidak. Karena yang tahu kemampuan memang mereka sendiri, dan usia SMA udah bisa memutuskan sendiri juga. Beda kalo SD atau SMP masih butuh bimbingan, tapi anakku yang bungsu itu paling nggak mau kalo disarankan ikut bimbel
ReplyDeleteYup! Apalagi udah level SMP ke atas sebaiknya udah mulai bisa memilih dan belajar bertanggungjawab
DeleteIkut bimbel atau tidak memang kudu dipikirkan dan dimantapkan oleh anaknya sendiri dan orang tua. Kudu ngerti banget tujuannya apa kalau bimbel.
ReplyDeleteSelain itu juga harus selektif, bukan hanya ikut-ikutan saja.
Waktu masuk SMA Pascal bilang nanti kelas 11 mau bimbel, tapi skr malah bilang gak perlu mau belajar sendiri aja. Udah aku tawari lagi tetap gak mau. Jadi sebetunya gak ada keharusan ikut bimbe ya sesuai dengan kebutuhan aja. Betul banget kalau anaknya juga merasa bisa mengikuti pelajaran di seklah & di rumah gak perlu bimbel jadi ada waktu istirahat juga.
ReplyDeleteNah sekiranya butuh bimbel baru deh cari yang sesuai supaya bisa bantu anak belajar juga ya
Aku pas sekolah gak ikut bimbel. Gak di rumah soalnya dan itu jadwal udah padat. Sama Keponakan, sekarang juga santai, gak ikutkan bimbel juga. Mungkin nanti saat butuh aja. Dan setuju bahwa bimbel itu cocok-cocokan karena tiap anak punya cara belajar yang berbeda
ReplyDeleteJaman sekarang kayaknya hampir semua pelajar memakai bimbel ya. Nah tips Mbak Chi ini tentu sangat berguna. Kebetulan anak kami masih baru mulai masuk TK, jadi belum diikutkan ke bimbel.
ReplyDeleteDiskusi sama anak penting banget sebelum membuat keputusan ya, Teh. Enggak kebayang baru bobok 3 jam bangun2 udah harus mikir PR. Duhh...kasiaan.
ReplyDeleteIya suka kasihan kalau belajarnya malah jadi beban
DeleteAisssh bener banget maak, bimbel tu cocok2an, trs kasian anak juga aku kalau anak kebyakan les apalagi sampai malam, anakku jam 9 sudah pada tepar.
ReplyDeleteKalau aku pribadi tar bimbel pas mulai SMA saja semoga dapat jalur tanpa tes ketika masuk PTN nanti
anakku bimbelnya dikordinir sama sekolah. jadi bimbelnya sekelas. membantu banget sih menurutku untuk meningkatkan anak-anak mengerjakan soal latihan
ReplyDeleteBanyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan ikut bimbel. Saya dulu memilih gak ikutan, tapi oleh si kakak, eh diikutkan..hehehe. Mungkin karena emang beliau merasakan betul manfaatnya. Jadi mau adiknya juga gitu, walau saya pribadi yang menjalani ya jadi mesti pintar-pintar atur waktu
ReplyDeleteAnak-anak saya belum ada yang pernah ikut bimbel, Mbak. Ya masih SD, TK, sama Playgroup, sih (meski ada juga teman-temannya yg ikut bimbel). Hehe.
ReplyDeleteTapi saya sependapat sama mb Chi, sih, anak-anak jangan disuruh belajar belajar dan belajar terus. Kasihan. Kalau milih bimbek juga harus dipertimbangkan banget, seperti poin-poin di atas :)
kalo aku nih mba, masih menganut paham anak masuk bimbel terlebih dahulu untuk persiapan ujian akhir terutama ketika dari SD ke SMP, SMA dan Kuliah
ReplyDeleteKalo diinget2, zaman aku sekolah aku ga ikutan bimbel. Ngerasa cukup dari sekolah. Dan papa juga kebetulan jago ngajarin . Tapi memang di zaman skr, kayaknya butuh ya mba. Apalagi aku sendiri lemah ngajarin anak2. Bukan tipe yg bisa ngajarin .
ReplyDeleteCuma karna mereka msh sd, aku blm masukin Krn masih bisalah kalo pelajaran SD utk ngasih tau dikit2. Mungkin ntr kalo SMP baru deh.
Itupun aku ga bakal maksa. Senyamannya mereka. Krn memang kalo bimbel yg terlalu banyak teori dan mereka ga cocok, malah percuma aja udh bayar mahal
Nah mengambil bimbel ga bisa sembarangan ya karena harus sesuai juga dengan kemampuan anak jng sampai anak terbebani dan stress akhirnya
ReplyDeleteAku setuju kalo metode belajar juga penting banget ya mba, kasian anak juga kalo kebanyakan nyatet dan di ksh PR segudang. blm lagi tugas dari sekolah
ReplyDeleteYang paling oke memang ketika anaknya butuh, orangtua bisa mengabulkan. Misalnya kaya, anaknya memang passionnya di pelajaran tertentu dan orangtuanya mampu memberikan fasilitas yang terbaik agar sang ananda bisa berkembang.
ReplyDeleteSelamat dan sukses untuk kak Kekei.
Semoga bakat yang terus diasah menjadi berlian.
Orangtua biasanya akan berusaha memberikan yang terbaik.
DeleteLokasi bimbel jadi patokan utama juga ya, biar anak-anak yang belajar tambahan di bimbel gak kelelahan dari sekolah ke bimbel lalu pulang ke rumah
ReplyDeleteBimbel emang sangat dibutuhkan sekali bagi anak yg akan masuk ujian PTN. Karena metode belajar setiap sekolah beda2. Sehingga anak menyerap ilmu juga berbeda. Semoga berhasil dalam menempuh ujian PTN ya.
ReplyDeleteHihihi tergantung anaknya juga ya kak. Kalau yang doyan belajar pasti malah maksa-maksa ortunya buat ikutan bimbel. Padahal sudah pinter tuh. Giliran anak yang emang sukanya di bidang lain, biar sudah dibimbelin juga kadang hasilnya nggak maksimal
ReplyDeletesama mbak, saya juga mengambil bimbel untuk anak sesuai kebutuhannya, karena kalau kebanyakan belajar juga kasihan anak-anak kan, kapan mainnya hehe keputusan bimbel di kelas akhir menurutku memang tepat selain anak jadi lebih konsentrasi dan lebih terarah karena tujuannya jelas
ReplyDeleteBerasa ngebul oraknya kalau belajar melulu hihihi
DeletePilih bimbel yang tepat, bisa membantu anak belajar untuk meraih kursi di PTN ya mbak
ReplyDeletePastikan juga anak nyaman saat belajar di bimbel
Setuju.. kalau menemukan bimbel memang cocok-cocokan
ReplyDeleteKarena sistem dan metode belajar yg diterapkan kerap kali berbeda. Untuk menambah skill dan harapan masuk PTN ada baiknya di dampingi dengan bimbel yg memiliki kualitas mumpuni
Memilih bimbel memang perlu melihat rekam jejak juga ya, Kak. Ga asal pilih hanya karena promo, tapi tahu bagaimana sistem pendampingan saat di bimbel, dan tentunya juga lokasi tidak terlalu jauh dari rumah agar anak tidak capek di perjalanan yang akhirnya menjadikan tidak fokus untuk belaajar
ReplyDeleteYup! Tapi, rekam jejak yang bagus pun belum tentu langsung cocok ma anak. Memang harus disesuaikan juga
DeleteSebagai guru bimbel selama lebih dari 10 tahun, menurut saya kelebihan ikut bimbel sebenarnya ada pada akses informasi yang lebih mudah diakses anak dan ortu mengenai aturan2 baru yang diberlakukan pada tahapan tes baik tes kelulusan sekolah atau tes masuk PTN atau PTS. Selain itu, akses utk ikut try out lebih terbuka.
ReplyDeleteIya, bimbel itu cocok-cocokan karena tiap anak beda cara belajarnya, juga beberapa varian lainnya. Yang penting anak enjoy saat belajar.
ReplyDeletesekarang ini memang mulai banyak bimbel yang punya program khusus masuk ptn ya, track record bimbel memang sangat berpengaruh sih meskipun banyak bimbel2 baru dengan harga murah
ReplyDeleteMemilih lokasi bimbel emang kudu ngeliat juga jumlah siswanya berapa dalam 1 kelas. Jangan kaya aku dulu, nih. Diikutkan bimbel, asal daftar. Ternyata sekelas rameeee banget anaknya, buanyak. Kan jadinya ngga bisa konsentrasi
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^