Pengalaman Pertama Divaksinasi AstraZeneca

By Keke Naima - July 04, 2021

Pengalaman Pertama Divaksinasi AstraZeneca - Awal Juni lalu, Chi dan K'Aie sudah divaksinasi AstraZeneca yang pertama. Serem gak vaksin ini? Karena banyak beredar berita kalau efek KIPI AstraZeneca itu menyeramkan. Bahkan sampai ada yang wafat. 
 
pengalaman pertama divaksinasi astrazeneca
Ekspresi lelah menunggu dipanggil dengan perasaan sedikit tegang hahaha!

 

Sejujurnya Chi memang ada rasa sedikit takut. Tapi, kalau dipikir lagi, rasanya lebih menyeramkan bila pandemi gak segera usai. Chi bersyukur kami sekeluarga masih diberi kesehatan. Tetapi, pandemi yang berkepanjangan bikin lelah lahir dan batin.
 
Selalu meyakini kalau segala sesuatu yang terjadi memang sudah ditakdirkan Allah SWT. Tetapi, sebagai manusia tetap harus berikhtiar dan tawakkal. Gak boleh pasrahan dan kemudian bilang kalau semua udah takdir.

Divaksinasi merupakan salah cara ikhtiar. Insya Allah pandemi segera berakhir karena herd immunity bisa tercapai. Badan juga tetap sehat. Aamiin Allahumma aamiin.


Persiapan Menjaga Kondisi Tubuh Sebelum dan Sesudah Divaksin AstraZeneca


Sejak lama kami berniat divaksinasi di puskesmas dekat rumah. Alhamdulillah, pak RT di sini aktif kasih info, termasuk tentang vaksin. Warga usia 18+ tahun sudah diinfokan untuk bersiap divaksinasi sejak mulai Ramadan. Beberapa hari sebelum dimulai, warga kembali diinfokan. Kami pun sesekali melihat informasi dari akun IG Puskesmas dekat rumah. 
 
Kami tidak tau akan mendapatkan vaksin AstraZeneca atau Sinovac. Tetapi, karena saat itu yang ramai diberitakan kalau di DKI vaksinnya adalah AZ, maka kami mulai melakukan persiapan yang matang. 

Sebetulnya persiapan ini tidak hanya untuk vaksinasi AstraZeneca. Divaksin apa pun kami akan melakukan hal sama. Tips ini kami dapatkan dari dokter anak langganan kami. Beliau selalu mengharuskan anak-anak dalam kondisi yang benar-benar fit ketika divaksinasi.


Berdoa

Terus jaga iman dan imun di saat pandemi. Insya Allah tetap aman.

Sebetulnya gak hanya di saat pandemi, ya. Iman dan imun memang harus terus dijaga. Tetapi, memang terkadang masih suka ada lupanya. Nah, saat pandemi lebih dikencengin lagi. Saat mau divaksinasi terus berdoa supaya berjalan lancar dan tidak ada efek KIPI yang mengkhawatirkan.

 

Tidur Lebih Cepat, Berhenti Begadang 

Sudah sejak lama banget Chi pengen memperbaiki pola tidur. Berhenti begadang dan tidur sebelum lonceng jam Cinderella berbunyi. Tetapi, susahnya minta ampun. Ya, karena memang sebatas niat aja, sih. Belum sampai ke level disiplin.

Chi masih suka merasa lebih nyaman beraktivitas saat malam. Gak hanya berkegiatan di dunia maya. Seringkali lebih seneng beberes rumah di atas pukul 11 malam. Kayaknya lebih produktif dan bertenaga aja gituuuu.

Beberapa hari sebelum divaksinasi, Chi berusaha tidur paling gak 2 jam lebih cepat. Bukan hal yang mudah. Di beberapa hari pertama, Chi cuma gelundungan di kasur. Menahan diri untuk tidak pegang smartphone. Karena kalau udah megang, pasti bakal begadang lagi. 
 
Lama-kelamaan bisa juga tidur lebih cepat. Chi lakukan ini sampai beberapa hari setelah divaksinasi. Sayangnya sekarang mulai ngebandel lagi. Duh! Memang harus menegur diri sendiri, nih!


Pola Makan yang Teratur dengan Gizi yang Cukup

Kalau yang ini gak terlalu masalah. Malah pola makan seperti ini sudah terbentuk sejak lama banget. Setiap hari selalu masak. Kadang-kadang kalau akhir pekan memang suka libur masak. Memilih makan di luar atau order. Tetapi, sejak pandemi kami sangat jarang jajan.
 
Menu yang Chi masak setiap harinya selalu beragam. Kami tidak picky eater. Jadwal makan keluarga pun sudah terpola sejak lama. 3x makan utama dan 2x selingan.Tetapi, kadang-kadang agak cheating juga. Gak apa-apa selama gak berlebihan.

 

Hindari Stress

Stress juga bisa menurunkan imun. Mengetahui efek KIPI vaksin AstraZeneca yang lebih besar dari Sinovac bikin Chi deg-degan juga. 

Udah lah berusaha gak terlalu dipikirin. Banyakin ngobrol atau cari konten yang receh. Nonton film yang seru juga bisa. Pokoknya cari yang bisa bikin ketawa dan relax.

 

Berolahraga Ringan

Bila rajin berolahraga, usahakan yang ringan aja. Kalau pun gak sempat berolahraga, paling gak jangan mager. Gerak-gerak dikit dengan cara beberes rumah. Tapi, jangan sampai kecapean.


Berhenti Ngopi

Chi selalu ngopi segelas sehari. Banyak yang menyarankan paling gak sehari sebelum dan sesudah divaksinasi berhenti dulu ngopinya. Ya udah Chi ikutin aja sarannya.


Perut Gak Boleh Kosong Saat Divaksinasi

Wajib sarapan ketika mau divaksinasi. Karena memang gak disarankan divaksin dalam keadaan perut kosong.

Perut kosong, kan, suka bikin bada jadi lemas, pusing, dan lain sebagainya. Ditambah lagi kalau tegang saat menunggu vaksinasi. Khawatirnya bikin efek KIPI jadi berat.

Kalau perlu bawa makanan kecil dan minuman. Chi udah sarapan dari rumah. Tetapi, baru divaksinasi hampir 3 jam kemudian. Mendekati jam makan siang. Perut rasanya udah mulai lapar. Untung aja kondisi tubuh masih terasa fit. Cuma berasa lapar hehehe.
 
Jangan biarkan perut kosong apalagi sampai bikin sakit kepala, lambung perih, dan sebagainya. Tetaplah diisi perutnya. Tetapi, harus sangat hati bila ingin mengisi perut.

Perlu diperhatikan, bila ingin ngemil dan minum harus cari tempat yang sepi. Cuci tangan dengan sabun dan di air mengalir terlebih dahulu lebih baik daripada hanya menggunakan hand sanitizer.

 

Tahapan Vaksinasi COVID-19

 
Vaksinasi di puskesmas dekat rumah dilakukan secara go show. Gak ada pendaftaran online. Chi datang sekitar 30 menit sebelum dimulai. Udah dapat nomor 44. 

Suasana berjalan tertib dan tidak berdesakan. Peserta vaksinasi diminta naik ke lantai 2 puskesmas per 10 orang. Setelah menunggu sekitar 3 jam, rombongan Chi pun dipanggil untuk naik ke lantai 2.

Entah kenapa rombongan 20 orang pertama rasanya lama sekali. Karena ketika rombongan Chi dipanggil, prosesnya terasa cepat. Tebakan Chi mungkin ada beberapa peserta yang tekanan darahnya mendadak tinggi. Sehingga harus diulang berkali-kali. Seperti yang terjadi pada mamah ketika divaksinasi Sinovac.

Gak sampai 5 menit menunggu di lantai atas, Chi dipanggil masuk ruangan. Langsung ditensi dan alhamdulillah di angka normal. Kemudian diberi beberapa pertanyaan oleh Nakes.

Jawab sejujurnya ketika ditanya, ya. Bertanya juga bila dirasa perlu. Jangan ada jawaban yang disembunyikan. Jangan pula sungkan untuk bertanya.
 
"Ibu memiliki alergi?"
 
Chi bilang punya alergi debu. Kulit menjadi sangat gatal bila sedang kambuh. Ternyata kalau alerginya seperti itu  gak apa-apa divaksinasi. Alergi yang harus diwaspadai kalau bikin sesak napas.

"Boleh gak divaksinasi kalau sudah pernah positif COVID-19"

Ini pertanyaan titipan dari salah seorang teman. Menurut nakes, seseorang yang sudah pernah positif harus menunggu 3 bulan sejak dinyatakan sudah sembuh.

Idealnya, sehari sebelum divaksinasi melakukan SWAB antigen dulu. Biar ketahuan ada kemungkinan positif atau enggak.

Adik Chi divaksinasi di kantornya. Di sana diwajibkan membawa surat keterangan SWAB antigen dengan keterangan negatif. Tetapi, di puskesmas tempat kami divaksinasi tidak ada syarat itu. 

Setelah ditensi dan menjawab semua pertanyaan, Chi diminta menunggu lagi. Gak sampai 5 menit, sudah dipanggil untuk masuk ke ruang vaksinasi.

"Ibu turunin sedikit jaketnya. Duduk menghadap tembok ya, Bu."

Baru juga duduk menghadap tembok, tau-tau udah selesai disuntik. Cepet banget!

Teman-teman yang berhijab, sebaiknya gunakan pakaian yang memudahkan nakes menyuntik.
 
Memakai pakaian yang memudahkan nakes bekerja bisa menghemat waktu. Chi hanya perlu menurunkan sedikit lengan jaket untuk disuntik. Kalau pakai pakaian lengan panjang akan butuh waktu lebih lama menggulung lengan baju. Apalagi kalau ukurannya agak ngepas ke badan.

Chi disuntik di ruangan tertutup. Hanya ada Chi dan satu orang nakes. Tetapi, pernah lihat di berita atau foto-foto di berbagai medsos, kalau vaksinasinya dilakukan di ruang terbuka. Di depan masyarakat lain yang akan divaksinasi. Bila harus menggulung lengan baju, tentu aurat akan lebih banyak terlihat. Jadi, dipertimbangin banget ya pakaian yang akan dipakai.
 
Setelah divaksinasi, diminta menunggu sekitar 20-30 menit. Petugas menginput data pribadi yang sudah divaksinasi. Sekaligus memantau apakah ada efek KIPI. Setelah selesai, nama kami dipanggil satu persatu dan dikasih 6 butir paracetamol. Diminum kalau ada demam.

Setelah divaksinasi sangat disarankan untuk tidak langsung pulang. Tunggu sekitar 30 menit untuk melihat efek KIPI. Bila terjadi efek yang lumayan berat, petugas kesehatan bisa langsung segera menangani.
 
"Ibu, nanti kembali lagi tanggal 8 September untuk vaksinasi kedua, ya. Gak boleh kurang dari tanggal 8, tetapi lebih sedikit boleh."  
 
 daftar rumah sakit rujukan kipi vaksinasi covid


Petugas memberikan selembar kertas tanda sudah divaksinasi AstraZeneca dosis 1. Di lembaran kertas itu juga ada contact person yang bisa dihubungi bila terjadi kondisi darurat pasca divaksinasi. 
 
Di Jakarta ada beberapa rumah sakit yang dijadikan rujukan bila terjadi KIPI. Tetapi, di lembaran bukti vaksin yang kami terima juga sudah tertera contact person. Bila teman-teman belum tau rumah sakit atau contact person yang harus dihubungi bila terjadi KIPI dengan gejalan sedang ke berat, sebaiknya bertanya ke nakes yang memvaksinasi.

Jeda vaksin pertama dan kedua untuk AstraZeneca tuh 3 bulan. Lebih panjang dari Sinovac. Chi gak tau pasti alasannya karena gak nanya. Mungkin karena efek KIPInya bisa lebih tinggi, ya.
 


Efek KIPI Setelah Divaksin AstraZeneca


Chi dan K'Aie memutuskan vaksinasi di waktu yang berbeda. Chi datang hari Rabu, K'Aie memilih Jumat. Kami memilih jadwal yang berbeda karena kalau mengamati pengalaman banyak netizen kebanyakan merasakan demam dan beberapa efek lainnya. Kami pikir kayaknya enakan pisah jadwal biar kalau sakit gak barengan. Jadi bisa bergantian ngurusan yang lagi sakit.

KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak diinginkan yang muncul setelah pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan tanda atau kondisi yang berbeda-beda. Mulai dari gejala efek samping ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti anafilaktik (alergi parah) terhadap kandungan vaksin.

Perlu diingat, KIPI tidak selalu terjadi pada setiap orang yang diimunisasi. Munculnya gejala ringan cenderung lebih sering terjadi dibandingkan reaksi radang atau alergi serius terhadap vaksin.

Sumber: HelloSehat

 
Bila hanya mengalami demam ringan dan efek lainnya yang juga cenderung ringan, gak perlu khawatir dengan KIPI. Apalagi sampai curiga kalau vaksinnya begini-begitu. Semua vaksin memang berisiko menimbulkan KIPI. Gak hanya vaksin untuk Covid.

Makanya kalau ada yang membuat status menakutkan tentang KIPI, Chi suka cek akunnya kalau lagi gabut. Kalau yang komen masih remaja, ya, anggap aja belum mengerti tentang vaksin. Tetapi, seharusnya googling dulu, lah. Kan, mereka seharusnya lebih melek digital.

Bila yang komen begitu orang tua, apalagi masih punya bayi atau anak kecil, suka bikin Chi heran. Lha, memang anaknya gak pernah divaksinasi? Kok, bisa gak tau KIPI?
 
Faktanya memang ada yang tewas usai divaksinasi AstraZeneca, kan?
 
Iya, ada. Tapi, kan, harus dicari tau dulu penyebab KIPInya. Seperti yang dijelaskan di situs HelloSehat, gejala ringan lebih sering timbul daripada yang berat. Lagipula setiap vaksin yang sudah diberikan ke masyarakat pastinya udah melewati beberapa kali uji klinis dan disetujui berbagai lembaga. Gak mungkin lah baru sekali dibuat langsung diberikan ke masyarakat.

Makanya penting banget bicara jujur saat divaksinasi. Jangan diam-diam aja. Dan ini gak hanya berlaku untuk vaksinasi Covid. Setiap kali anak-anak divaksinasi, pasti dokternya tanya-tanya ke kami dulu tentang kondisi anak. Wajib banget jawab sejujurnya. Selain menjaga kondisi tubuh yang fit tentunya. Kalau nakesnya kurang komunikasi, kitanya yang wajib bertanya. Jangan diam-diam juga.

Buat kita yang masyarakat awam, jangan ambil kesimpulan sendiri. Mungkin iya bener kejadiannya sesaat pasca divaksin. Tetapi, kan, bisa saja karena punya penyakit penyerta dan tidak dikomunikasikan ke nakes. Bisa juga penyebab lainnya.

KIPI gak selalu terjadi, kok. Keke dan Nai jarang banget demam pasca divaksinasi apa pun. Mungkin karena kondisi tubuh mereka benar-benar fit setiap kali divaksinasi. Dokter anak mereka yang mewajibkan seperti itu. Lagi ada batuk pilek ringan aja, dokternya gak mau memvaksinasi. Mending dimundurin sebentar dari jadwal. Tunggu sampai benar-benar sehat.

Alhamdulillah, kami berdua gak mengalami efek KIPI. Hanya sedikit pegal di area bekas suntikan. Sedikit banget kayak abis kepentok pintu. Ya wajar, lah, namanya juga kulit abis ditujes ma benda tajam (baca: suntikan). Tetapi, di hari kedua juga mulai berangsur hilang pegalnya.

Pasca divaksinasi, kami tetap menjalankan hidup tertib. Perhatikan pola makan, istirahat yang cukup, berolahraga ringan, dan berhenti ngopi. Berdoa sih pasti yang utama. Kami melakukannya hingga hari ketiga. Karena nakes bilang terus dipantau hingga 3x24 jam. Bila sudah lewat waktu tersebut, insya Allah aman.
 
Di keluarga kami ada 4 orang yang divaksinasi menggunakan AstraZeneca yaitu Chi, K'Aie, serta adik dan istrinya. Kami mengalami KIPI yang berbeda-beda. Hanya Chi dan K'Aie yang gak merasakan efek apapun. Baidewei, adik ipar Chi ini ibu menyusui. Tetap boleh divaksinasi AstraZeneca.

Kondisi tubuh yang fit memang sepertinya sangat mempengaruhi. Adik ipar Chi divaksinasi dalam kondisi yang sedikit lelah. Malam sebelum divaksinasi, bayinya gak bisa tidur. Entah apa penyebabnya. Akhirnya adik ipar agak kelelahan. 
 
efek kipi pasca divaksin astrazeneca
Chi mention sepupu yang tinggal di Malaysia. Waktu suaminya divaksinasi AstraZeneca dapat goodie yang isinya banyak, enak, dan bergizi. Hanya yang divaksinasi AZ yang dapat goodiebag, sedangkan yang Sinovac enggak. Karena rata-rata KIPI pasca vaksinasi AZ lebih berat dari Sinovac.

 

Sekitar 2-3 jam setelah divaksinasi, adik ipar muntah-muntah. Demam turun naik hingga hari kedua. Tetapi, perlahan berangsur membaik. Di hari ketiga sudah gak terasa efeknya.

Sedangkan adik Chi berasa sangat pegal di kakinya. Katanya kakinya kayak abis dipakai jalan kaki yang jauh banget.

konsep kerja vaksin herd immunity


Begitulah pengalaman kami divaksinasi menggunakan AstraZeneca. Divaksinasi merupakan salah satu ikhtiar kami agar segera terbentuk herd immunity (kekebalan imunitas). Karena untuk mencapai herd immunity dibutuhkan minimal 70% dari total jumlah masyarakat.
 
Ya tinggal pilih aja mau herd immunity dengan cara alami atau vaksin? Kalau dengan cara alami, berarti minimal 70% masyarakat udah positif Covid-19. Hiii ... merinding ngebayanginnya! Tsunami Covid yang terjadi sekarang aja berasa ngeri.
 
Di negara kita jumlahnya masih sedikit banget yang divaksinasi. Kayaknya di Indonesia belum sampai 10%, deh. Tetapi, kalau di Jakarta, sih, udah lumayan tinggi persentasenya. Padahal udah pengen banget kayak beberapa negara lain yang kelihatannya udah bisa hidup bebas, ya. 
 

Sekarang Chi lagi menunggu jadwal vaksinasi untuk Keke dan Nai. Di Jakarta sudah dibuka jadwal untuk usia 12 tahun ke atas di beberapa tempat. Tetapi, kami masih menunggu di puskesmas dekat rumah. Biar gak jauh-jauh jalannya.

Jakarta termasuk yang tertinggi angka penambahan hariannya di Indonesia. Tetapi, kami juga bersyukur sentra vaksinasi ada di mana-mana. Antusias masyarakat juga termasuk tinggi.

Chi datang 30 menit sebelum jadwal vaksinasi dibuka udah dapat nomor 44. Makanya Chi menyarankan K'Aie untuk datang 1 jam sebelum dibuka. Eh, gak taunya K'Aie dapat nomor 79. Senang juga lihat antusia yang tinggi begini. 

Ayo lah divaksinasi bila memungkinkan. Maksud memungkinkan, tuh, tentang kondisi fisik. Bukan membahas tentang keyakinan bersedia divaksin atau enggak. Ada orang-orang yang gak bisa divaksin karena punya komorbid atau alaergi tertentu. Anak-anak usia di bawah 12 tahun juga belum bisa divaksinasi COVID.
 
Nah kalau semakin banyak yang divaksinasi, tidak hanya melindungi diri sendiri. Kita juga melindungi mereka yang gak bisa divaksinasi. Tentu udah tau kan ya prinsip kerja vaksin yang saling melindungi. Jangan sampai berpikir kalau vaksin itu obat.

Karena tingkat vaksinasi di Indonesia masih rendah, maka patuh protokol kesehatan masih wajib banget. Yang sudah divaksinasi pun masih bisa kena, lho. Salah seorang tante dan 2 orang keponakan Chi positif Covid.

Kalau gitu percuma dong divaksinasi? 

Enggak, lah. Nanti, deh, di postingan berikutnya Chi ceritain ketika sebagian keluarga besar terkena Covid.

Sehat-sehat ya untuk semua. Lekas disembuhkan untuk yang sakit. Aamiin Allahumma aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

48 comments

  1. Duuh di daerah ku info vaksin minim banget. Banyak yang bingung nih harus vaksin kemana dan gimana. Kalau adapun katanya masih prioritas untuk lansia. akhirnya rebutan cari vaksin yg nggak perlu KTP domisili di Solo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lansia memang duluan. Setelah itu masyarakat umum, kemudian anak-anak

      Delete
  2. Divaksinasi merupakan salah satu ikhtiar agar segera terbentuk herd immunity (kekebalan imunitas). Karena untuk mencapai herd immunity dibutuhkan minimal 70% dari total jumlah masyarakat.

    Iyaaak bener banget ini Mbaaa. semoga masyarakat semakin sadar dgn urgensi vaksin yaa.
    pengin banget say good bye dgn pandemi ini

    ReplyDelete
  3. Daripada takut lebih baik mempersiapkan diri biar proses vaksin bisa berjalan lancar ya mbak. Beruntung aku baca tulisan ini, informasinya lengkap. Aku dari kemarin2 belum jadi vaksin karena berbagai alasan terkait kondisi pribadi. Bukan faktor luar. Penting memang cek covid dulu, minimal swab antigen ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Mbak. Agak deg-degan juga. Tetapi, saya juga capek pandemi melulu

      Delete
  4. Alhamdhulilah udah divaksin ya mbak. Kakakku di jakarta juga dapetnya AZ tp klo di Jawa Tengah kebanyakan sinovax dan sinopharm. Ortuku dapet sinovax.alhamdhulilah ga banyak krluhan cuma ngantuk berat aja. Kalo aku masih harus nunggu sampe bulan depan nih krn April kemarin kan sempet kena covid.semoga kita semua selalu sehat ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang pakai vaksin yang ada aja dulu. Paling enggak kita kejar herd immunity

      Delete
  5. Aku belum divaksin Teh karna asmaku masih suka kambuh. Semoga ga sering kambuh biar cepet cepet divaksin. Aku pengennya vaksin AZ ini. Katanya lebih efektif ya ama varian virus corona terbaru. Tapi mau AZ atau Sinovac yang penting divaksin dulu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asma memang ada yang boleh divaksin dan enggak. Kalau terkontrol boleh divaksin

      Delete
  6. Iyaa bener mba chii klo banyak yg divaksin bisa cpt lewat ya pandemiknyaa..amin
    Ibu dan bapak mertua aku vaksin AZ jg mba, bapak masih berjuang untuk negatif. Qadr Allah kena. Tapi ibu nggak. Pas adik jg lg isoman, entah dr mana2 virusnya. .
    Aku sendiri vaksin dosis 1 sinovac. Memang vaksin bukan obat, tapi mencegah. Ikhtiar.. kudu nih artikel kayak gini dibuat,aku mau bikin beluman. Makasih mba chiiii. Biar melek vaksin yaaa orang2, tetap prokes ketat walau udah vaksin. Semangat sehat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bapaknya lekas sembuh. Sehat selalu untuk kita semua. Aamiin Allahumma aamiin

      Delete
  7. Amiin yra..
    Alhamdulillah, yeaay!! Sudah turut serta berpartisipasi program pemerintah untuk di vaksin, meski deg2an awalnya yaa, kbayang itu muka tegang gituuu, ayoo rilex buunn hahaa.

    Dulu pun, aku takuut Tegang, termasuk tahap pertama gelombang nakes di vaksin, udah di edukasi sama dokter, tetep aja kek mau menyerahkan nyawa, wakakakkakka. Alhamdulillah sehat selalu sampai detik ini.

    Selalu seru cerita vaksin dan ga semua oorang memanfaatkan vaksin ini.
    Semoga saja edukasi2 di atas juga menjadi hal yang bermanfaat bagi mereka yang belom, takut atau menolak di vaksin.
    Setidaknya dengan vaksin bisa melindungi diri, keluarga dan masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu kombinasi antara deg-degan, ngantuk, sama malas antre hahaha

      Delete
  8. Noted banget nih untuk nggak ngopi dulu before & after vaksinasi. Padahal tiap pagi nih udah rutin jadwal ngopi wkwk. Dan yang penting kondisi tubuh juga ya harus fit. Thanks infonya ya

    ReplyDelete
  9. Wah, mbak Myra divaksin Astra Zeneca ya. Ada nih teman2ku juga pakai AZ, memang sih pas mau divaksin ga tau bakalan jenis apa yang disuntikkan heheh. Dua hari lalu aku sekeluarga divaksin Sinovac, alhamdulillaah baik2 aja sampai saat ini. Jadi pegal2 iya sih selama 2 hari dan ngantuk hihihi. ALhamdulillaah senang ya, paling ga kita kan berikhtiar namanya. Sehat2 ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sehat-sehat juga untuk Mbak Nurul dan keluarga

      Delete
  10. Suamiku mba yang vaksin Astrazenecca. Alhamdulillah tanpa keluhan. Kalau aku pribadi slalu bilang pas ada info vaksin, ambil saja. Toh ini juga mengurangi dampak :)

    ReplyDelete
  11. alhamdulillah ya Mak Chi sudah vaksinasi tinggal tunggu vaksinasi kedua yaa..jangan smp lewat yaa..
    aku vaksinasi di gelombang pertama dulu yg pakai sinovac...
    niatnya ikhtiar yaa klopun bisa kena, katanya efeknya tdk separah yg tdk/belum vaksin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Diingat terus tanggal yang kedua hihihi

      Delete
  12. Wah...vaksinasi di Malay dapat goodie bag yaa..
    Istimewaaa~

    Wah..kak Chie berhenti ngopi dulu..
    Barusan dibahas di grup alumniku niih..."Abis vaksin masih boleh minum kopi gak?"

    Mungkin lebih ke gaya hidup sehat dan seimbang yaa..
    Bismillah..

    Semoga vaksin bisa mencegah kita semua dari pandemi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau tentang kopi memang ada yang menyarankan dan tidak. Tetapi, saya memilih brenti aja dulu. Cuma 2 hari ini brentinya

      Delete
  13. Kebetulan hari Senin minggu depan temanku di vaksin AstraZeneca mbak
    tadi dia curhat, takut dan bingung
    sebab keluarga nya di vaksin sinovac, dia sendiri yang beda
    lalu ada kasus tetangganya meninggal krn hbs vaksin ini, padahal ya belum tentu krn vaksin ya.
    artikel mbak ini, aku share ke temanku ya, biar dia tenang

    ReplyDelete
    Replies
    1. KIPI pada vaksin biasanya sangat kecil, Mbak. Gak mungkin lah boleh disuntikkan secara massal kalau risikonya tinggi. Makanya harus lolos uji klinis dulu berkali-kali.

      Kalau pun sampai ada yang meninggal harus dicari tau penyebabnya. Gak bisa langsung berkesimpulan karena vaksin

      Delete
  14. Jakarta cepat ya mbak progressnya. yang di daerah masih nungguin nih. untuk yg manula dan dewasa aja masih rebutan. jadi yg anak juga ngga bisa segera.
    semoga aku segera nyusul vaksin deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena Jakarta episentrum wabah. Kasus hariannya masih tinggi

      Delete
  15. Alhamdulillah mbak sudah vaksin. Semoga indonesia bs kembali normal y dg kesadaran bervaksin. Sy jg sdh vaksin sm suami. Tp vaksin sinovac aja kemarin. Sehat selaluu mbakk

    ReplyDelete
  16. Aku bulan lalu nanya ke nakes tapi belum boleh dan sekarang sepertinya udah bisa mba jadi pemgen cepwet vaksin meskipun bukan AZ sih tapi di sini adanya sinovac

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau pernah terpapar memang harus menunggu 3 bulan setelah dinyatakan sembuh. Nanti pakai vaksin yang ada aja dulu

      Delete
  17. Aku ga sabar mau suntik kedua mba, 30 agustus :D. Jujurnya, dari semua kIPI AZ, aku paliiiing suka yg bikin ngantuk hahahahha. Mungkin Krn aku tipe yg susah tidur. JD kalo bisa tidur nyenyak dan tanpa terganggu itu enak banget bangunnya. Semoga aja vaksin kedua juga bikin ngantuk lagi :D.

    Aku makin takut akhir2 ini mba. Rasanya kok tiap hari buka medsos selaluuu ada berita temen/keluarga yg meninggal. Makanya aku suka skip Cepet kalo liat IgS. Nth kenapa kalo udh baca berita dukacita kayak lgs drop. Dan aku tahu itu ga bgs utk imun. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ontrol masing-masing aja. Seandainya gak kuat mending jangan dibaca. Tetapi, yang penting harus taat prokes

      Delete
  18. Saya juga udah divaksin kemarin Mba. Efeknya ngantuk dan mudah lelah. Udah seminggu lebih padahal tapi merasa badan kurang fit aja. Memang ini efek vaksin, saya malah lebih khawatir kalau belum divaksin dan pandemi masih lama usai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss kita, Mbak. Serem deh saya kalau ngebayangin pandemi gak juga usai

      Delete
  19. Herd immunity yang secepatnya dilakukan -olehku dan banyak manusia lain di dunia- tentu saja untuk secepatnya membentengin diri dan keluarga ya Chi

    Aku pake astra zeneca dan KIPInya nyaris ga ada sih, aku malah ga terlalu nyenyak tidur - pegal pegal dikit itu biasa juga, mungkin karena lokasi rumah yang jauh dari vaksin (aku di Tangerang ujung dan vaksinnya ke Kemayoran karena ikutan perusahaan abang ipar)

    kelaparan doang habis ngantri pas jam makan siang, absi itu hajar bleh ke nasi padang langganan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhahahha mantap ya, Mbak. Langsung beli nasi padang

      Delete
  20. Alhamdulillah ya mbak, sudah divaksin, semoga sehat selalu yaa. bener banget mbak, aku juga mikirnya gitu, kalau kita vaksin bukan hanya menjaga diri kita agar lebih kuat melawan virus, tapi juga menjaga orang lain agar pandemi segera usai.

    ReplyDelete
  21. aku merasakan kipinya dong mak, meriang semaleman, pusing, lemes.. huhuuhuhu. alhamdulillah cuma 2 hari aja sih.. hehe. tapi kabarnya vaksin ini bikin jadwal mens berantakan. Mak myra gimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya enggak, Mbak. Tetao sesuai jadwal haidnya

      Delete
  22. Wah aga keras ya efek kalau astrazeneca. Entah nanti pfizer. Saya pertama sinovac, cuma pegal biasa aja beberapa hari sama aga ngantuk. Tapi jadual kedua ga match, skrg sedang unggu vaksinasi ulang untuk pfizer semoga lancar..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Agak keras, tetapi masih ringan, kok. Memang udah boleh ya untuk yang kedua berbeda varian?

      Delete
  23. Ada poin penting nih mom Chi tentang memakai pakaian yang memudahkan nakes bekerja bisa menghemat waktu. Karena waktu barengan, para hijabers ada yang pake gamis dengan lengan sempit. Apa kudu buka baju telenji gitu ... duh....ya kalo ada gamis yang dibuka retsleting dari atas, lah kalo kudu dibuka kayak kaos *tutup muka*

    Aku juga pake AZ tapi kok hanya dikasih jeda waktu sebulan ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak harus sampai buka baju sih, Mbak. Digulung aja lengannya. Tetapi, memang jadinya memakan waktu. Makanya sebaiknya cari baju yang memudahkan proses vaksinasi.

      Setahu saya AZ jedanya 3 bulan. Tetapi, sebaiknya tanya aja ke penyelenggaranya. Apa ada salah ketik atau hal lain?

      Delete
  24. Wah sama kak Keke, aku juga dapatnya AZ. Kalau aku ngerasa demam tapi pas H+2. Demam seharian. Besoknya sudah tiap-apa. Waktu selesai vaksin, diberi obat demam karena kata petugasnya rata-rata efeknya ke demam. Salam sehat kak Keke:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, pada umumnya yang divaksinasi AZ merasakan demam. Sehat-sehat juga, ya :)

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^