Pengalaman Pertama Divaksinasi AstraZeneca
- Awal Juni lalu, Chi dan K'Aie sudah divaksinasi AstraZeneca yang
pertama. Serem gak vaksin ini? Karena banyak beredar berita kalau efek
KIPI AstraZeneca itu menyeramkan. Bahkan sampai ada yang
wafat.
Ekspresi lelah menunggu dipanggil dengan perasaan sedikit tegang
hahaha!
Sejujurnya Chi memang ada rasa sedikit takut. Tapi, kalau dipikir lagi,
rasanya lebih menyeramkan bila pandemi gak segera usai. Chi bersyukur
kami sekeluarga masih diberi kesehatan. Tetapi, pandemi yang
berkepanjangan bikin lelah lahir dan batin.
Selalu meyakini kalau segala sesuatu yang terjadi memang sudah
ditakdirkan Allah SWT. Tetapi, sebagai manusia tetap harus berikhtiar
dan tawakkal. Gak boleh pasrahan dan kemudian bilang kalau semua udah
takdir.
Divaksinasi merupakan salah cara ikhtiar. Insya Allah
pandemi segera berakhir karena herd immunity bisa tercapai. Badan juga
tetap sehat. Aamiin Allahumma aamiin.
Persiapan Menjaga Kondisi Tubuh Sebelum dan Sesudah Divaksin
AstraZeneca
Sejak lama kami berniat divaksinasi di puskesmas dekat rumah.
Alhamdulillah, pak RT di sini aktif kasih info, termasuk tentang vaksin.
Warga usia 18+ tahun sudah diinfokan untuk bersiap divaksinasi sejak
mulai Ramadan. Beberapa hari sebelum dimulai, warga kembali diinfokan.
Kami pun sesekali melihat informasi dari akun IG Puskesmas dekat
rumah.
Kami tidak tau akan mendapatkan vaksin AstraZeneca atau Sinovac. Tetapi,
karena saat itu yang ramai diberitakan kalau di DKI vaksinnya adalah AZ,
maka kami mulai melakukan persiapan yang matang.
Sebetulnya persiapan ini tidak hanya untuk vaksinasi AstraZeneca.
Divaksin apa pun kami akan melakukan hal sama. Tips ini kami dapatkan
dari dokter anak langganan kami. Beliau selalu mengharuskan anak-anak
dalam kondisi yang benar-benar fit ketika divaksinasi.
Berdoa
Sebetulnya gak hanya di saat pandemi, ya. Iman dan imun memang harus
terus dijaga. Tetapi, memang terkadang masih suka ada lupanya. Nah, saat
pandemi lebih dikencengin lagi. Saat mau divaksinasi terus berdoa supaya
berjalan lancar dan tidak ada efek KIPI yang mengkhawatirkan.
Tidur Lebih Cepat, Berhenti Begadang
Sudah sejak lama banget Chi pengen memperbaiki pola tidur. Berhenti
begadang dan tidur sebelum lonceng jam Cinderella berbunyi. Tetapi,
susahnya minta ampun. Ya, karena memang sebatas niat aja, sih. Belum
sampai ke level disiplin.
Chi masih suka merasa lebih nyaman beraktivitas saat malam. Gak hanya
berkegiatan di dunia maya. Seringkali lebih seneng beberes rumah di atas
pukul 11 malam. Kayaknya lebih produktif dan bertenaga aja gituuuu.
Beberapa hari sebelum divaksinasi, Chi berusaha tidur paling gak 2 jam
lebih cepat. Bukan hal yang mudah. Di beberapa hari pertama, Chi cuma
gelundungan di kasur. Menahan diri untuk tidak pegang smartphone. Karena
kalau udah megang, pasti bakal begadang lagi.
Lama-kelamaan bisa juga tidur lebih cepat. Chi lakukan ini sampai
beberapa hari setelah divaksinasi. Sayangnya sekarang mulai ngebandel
lagi. Duh! Memang harus menegur diri sendiri, nih!
Pola Makan yang Teratur dengan Gizi yang Cukup
Kalau yang ini gak terlalu masalah. Malah pola makan seperti ini sudah
terbentuk sejak lama banget. Setiap hari selalu masak. Kadang-kadang
kalau akhir pekan memang suka libur masak. Memilih makan di luar atau
order. Tetapi, sejak pandemi kami sangat jarang jajan.
Menu yang Chi masak setiap harinya selalu beragam. Kami tidak picky
eater. Jadwal makan keluarga pun sudah terpola sejak lama. 3x makan
utama dan 2x selingan.Tetapi, kadang-kadang agak cheating juga.
Gak apa-apa selama gak berlebihan.
Hindari Stress
Stress juga bisa menurunkan imun. Mengetahui efek KIPI vaksin
AstraZeneca yang lebih besar dari Sinovac bikin Chi deg-degan
juga.
Udah lah berusaha gak terlalu dipikirin. Banyakin ngobrol atau cari
konten yang receh. Nonton film yang seru juga bisa. Pokoknya cari yang
bisa bikin ketawa dan relax.
Berolahraga Ringan
Bila rajin berolahraga, usahakan yang ringan aja. Kalau pun gak sempat
berolahraga, paling gak jangan mager. Gerak-gerak dikit dengan cara
beberes rumah. Tapi, jangan sampai kecapean.
Berhenti Ngopi
Chi selalu ngopi segelas sehari. Banyak yang menyarankan paling gak
sehari sebelum dan sesudah divaksinasi berhenti dulu ngopinya. Ya udah
Chi ikutin aja sarannya.
Perut Gak Boleh Kosong Saat Divaksinasi
Wajib sarapan ketika mau divaksinasi. Karena memang gak disarankan
divaksin dalam keadaan perut kosong.
Perut kosong, kan, suka bikin bada jadi lemas, pusing, dan lain
sebagainya. Ditambah lagi kalau tegang saat menunggu vaksinasi.
Khawatirnya bikin efek KIPI jadi berat.
Kalau perlu bawa makanan kecil dan minuman. Chi udah sarapan dari rumah.
Tetapi, baru divaksinasi hampir 3 jam kemudian. Mendekati jam makan
siang. Perut rasanya udah mulai lapar. Untung aja kondisi tubuh masih
terasa fit. Cuma berasa lapar hehehe.
Jangan biarkan perut kosong apalagi sampai bikin sakit kepala, lambung
perih, dan sebagainya. Tetaplah diisi perutnya. Tetapi, harus sangat
hati bila ingin mengisi perut.
Perlu diperhatikan, bila ingin ngemil dan minum harus cari tempat yang
sepi. Cuci tangan dengan sabun dan di air mengalir terlebih dahulu lebih
baik daripada hanya menggunakan hand sanitizer.
Tahapan Vaksinasi COVID-19
Vaksinasi di puskesmas dekat rumah dilakukan secara go show. Gak
ada pendaftaran online. Chi datang sekitar 30 menit sebelum dimulai.
Udah dapat nomor 44.
Suasana berjalan tertib dan tidak berdesakan. Peserta vaksinasi diminta
naik ke lantai 2 puskesmas per 10 orang. Setelah menunggu sekitar 3 jam,
rombongan Chi pun dipanggil untuk naik ke lantai 2.
Entah kenapa rombongan 20 orang pertama rasanya lama sekali. Karena
ketika rombongan Chi dipanggil, prosesnya terasa cepat. Tebakan Chi
mungkin ada beberapa peserta yang tekanan darahnya mendadak tinggi.
Sehingga harus diulang berkali-kali. Seperti yang terjadi pada mamah
ketika divaksinasi Sinovac.
Gak sampai 5 menit menunggu di lantai atas, Chi dipanggil masuk ruangan.
Langsung ditensi dan alhamdulillah di angka normal. Kemudian diberi
beberapa pertanyaan oleh Nakes.
Jawab sejujurnya ketika ditanya, ya. Bertanya juga bila dirasa perlu.
Jangan ada jawaban yang disembunyikan. Jangan pula sungkan untuk
bertanya.
"Ibu memiliki alergi?"
Chi bilang punya alergi debu. Kulit menjadi sangat gatal bila sedang
kambuh. Ternyata kalau alerginya seperti itu gak apa-apa
divaksinasi. Alergi yang harus diwaspadai kalau bikin sesak napas.
"Boleh gak divaksinasi kalau sudah pernah positif COVID-19"
Ini pertanyaan titipan dari salah seorang teman. Menurut nakes,
seseorang yang sudah pernah positif harus menunggu 3 bulan sejak
dinyatakan sudah sembuh.
Idealnya, sehari sebelum divaksinasi melakukan SWAB antigen dulu. Biar
ketahuan ada kemungkinan positif atau enggak.
Adik Chi divaksinasi di kantornya. Di sana diwajibkan membawa surat
keterangan SWAB antigen dengan keterangan negatif. Tetapi, di puskesmas
tempat kami divaksinasi tidak ada syarat itu.
Setelah ditensi dan menjawab semua pertanyaan, Chi diminta menunggu
lagi. Gak sampai 5 menit, sudah dipanggil untuk masuk ke ruang
vaksinasi.
"Ibu turunin sedikit jaketnya. Duduk menghadap tembok ya, Bu."
Baru juga duduk menghadap tembok, tau-tau udah selesai disuntik. Cepet
banget!
Teman-teman yang berhijab, sebaiknya gunakan pakaian yang memudahkan
nakes menyuntik.
Memakai pakaian yang memudahkan nakes bekerja bisa menghemat waktu. Chi
hanya perlu menurunkan sedikit lengan jaket untuk disuntik. Kalau pakai
pakaian lengan panjang akan butuh waktu lebih lama menggulung lengan
baju. Apalagi kalau ukurannya agak ngepas ke badan.
Chi disuntik di ruangan tertutup. Hanya ada Chi dan satu orang nakes.
Tetapi, pernah lihat di berita atau foto-foto di berbagai medsos, kalau
vaksinasinya dilakukan di ruang terbuka. Di depan masyarakat lain yang
akan divaksinasi. Bila harus menggulung lengan baju, tentu aurat akan
lebih banyak terlihat. Jadi, dipertimbangin banget ya pakaian yang akan
dipakai.
Setelah divaksinasi, diminta menunggu sekitar 20-30 menit. Petugas
menginput data pribadi yang sudah divaksinasi. Sekaligus memantau apakah
ada efek KIPI. Setelah selesai, nama kami dipanggil satu persatu dan
dikasih 6 butir paracetamol. Diminum kalau ada demam.
Setelah divaksinasi sangat disarankan untuk tidak langsung pulang.
Tunggu sekitar 30 menit untuk melihat efek KIPI. Bila terjadi efek
yang lumayan berat, petugas kesehatan bisa langsung segera
menangani.
"Ibu, nanti kembali lagi tanggal 8 September untuk vaksinasi kedua, ya.
Gak boleh kurang dari tanggal 8, tetapi lebih sedikit
boleh."
Petugas memberikan selembar kertas tanda sudah divaksinasi AstraZeneca
dosis 1. Di lembaran kertas itu juga ada contact person yang bisa
dihubungi bila terjadi kondisi darurat pasca divaksinasi.
Di Jakarta ada beberapa rumah sakit yang dijadikan rujukan bila
terjadi KIPI. Tetapi, di lembaran bukti vaksin yang kami terima juga
sudah tertera contact person. Bila teman-teman belum tau rumah sakit
atau contact person yang harus dihubungi bila terjadi KIPI dengan
gejalan sedang ke berat, sebaiknya bertanya ke nakes yang
memvaksinasi.
Jeda vaksin pertama dan kedua untuk AstraZeneca tuh 3 bulan. Lebih
panjang dari Sinovac. Chi gak tau pasti alasannya karena gak nanya.
Mungkin karena efek KIPInya bisa lebih tinggi, ya.
Efek KIPI Setelah Divaksin AstraZeneca
Chi dan K'Aie memutuskan vaksinasi di waktu yang berbeda. Chi datang
hari Rabu, K'Aie memilih Jumat. Kami memilih jadwal yang berbeda karena
kalau mengamati pengalaman banyak netizen kebanyakan merasakan demam dan
beberapa efek lainnya. Kami pikir kayaknya enakan pisah jadwal biar
kalau sakit gak barengan. Jadi bisa bergantian ngurusan yang lagi sakit.
KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak diinginkan
yang muncul setelah pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan
tanda atau kondisi yang berbeda-beda. Mulai dari gejala efek samping
ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti anafilaktik (alergi
parah) terhadap kandungan vaksin.
Perlu diingat, KIPI tidak selalu terjadi pada setiap orang yang
diimunisasi. Munculnya gejala ringan cenderung lebih sering terjadi
dibandingkan reaksi radang atau alergi serius terhadap vaksin.
Sumber:
HelloSehat
Bila hanya mengalami demam ringan dan efek lainnya yang juga cenderung
ringan, gak perlu khawatir dengan KIPI. Apalagi sampai curiga kalau
vaksinnya begini-begitu. Semua vaksin memang berisiko menimbulkan KIPI.
Gak hanya vaksin untuk Covid.
Makanya kalau ada yang membuat status menakutkan tentang KIPI, Chi suka
cek akunnya kalau lagi gabut. Kalau yang komen masih remaja, ya, anggap
aja belum mengerti tentang vaksin. Tetapi, seharusnya googling dulu,
lah. Kan, mereka seharusnya lebih melek digital.
Bila yang komen begitu orang tua, apalagi masih punya bayi atau anak
kecil, suka bikin Chi heran. Lha, memang anaknya gak pernah divaksinasi?
Kok, bisa gak tau KIPI?
Faktanya memang ada yang tewas usai divaksinasi AstraZeneca, kan?
Iya, ada. Tapi, kan, harus dicari tau dulu penyebab KIPInya. Seperti
yang dijelaskan di situs HelloSehat, gejala ringan lebih sering timbul
daripada yang berat. Lagipula setiap vaksin yang sudah diberikan ke
masyarakat pastinya udah melewati beberapa kali uji klinis dan disetujui
berbagai lembaga. Gak mungkin lah baru sekali dibuat langsung diberikan
ke masyarakat.
Makanya penting banget bicara jujur saat divaksinasi. Jangan diam-diam
aja. Dan ini gak hanya berlaku untuk vaksinasi Covid. Setiap kali
anak-anak divaksinasi, pasti dokternya tanya-tanya ke kami dulu tentang
kondisi anak. Wajib banget jawab sejujurnya. Selain menjaga kondisi
tubuh yang fit tentunya. Kalau nakesnya kurang komunikasi, kitanya yang
wajib bertanya. Jangan diam-diam juga.
Buat kita yang
masyarakat awam, jangan ambil kesimpulan sendiri. Mungkin iya bener
kejadiannya sesaat pasca divaksin. Tetapi, kan, bisa saja karena punya
penyakit penyerta dan tidak dikomunikasikan ke nakes. Bisa juga penyebab
lainnya.
KIPI gak selalu terjadi, kok. Keke dan Nai jarang banget demam pasca
divaksinasi apa pun. Mungkin karena kondisi tubuh mereka benar-benar fit
setiap kali divaksinasi. Dokter anak mereka yang mewajibkan seperti itu.
Lagi ada batuk pilek ringan aja, dokternya gak mau memvaksinasi. Mending
dimundurin sebentar dari jadwal. Tunggu sampai benar-benar sehat.
Alhamdulillah, kami berdua gak mengalami efek KIPI. Hanya sedikit pegal
di area bekas suntikan. Sedikit banget kayak abis kepentok pintu. Ya
wajar, lah, namanya juga kulit abis ditujes ma benda tajam (baca:
suntikan). Tetapi, di hari kedua juga mulai berangsur hilang pegalnya.
Pasca divaksinasi, kami tetap menjalankan hidup tertib. Perhatikan pola
makan, istirahat yang cukup, berolahraga ringan, dan berhenti ngopi.
Berdoa sih pasti yang utama. Kami melakukannya hingga hari ketiga.
Karena nakes bilang terus dipantau hingga 3x24 jam. Bila sudah lewat
waktu tersebut, insya Allah aman.
Di keluarga kami ada 4 orang yang divaksinasi menggunakan AstraZeneca
yaitu Chi, K'Aie, serta adik dan istrinya. Kami mengalami KIPI yang
berbeda-beda. Hanya Chi dan K'Aie yang gak merasakan efek apapun.
Baidewei, adik ipar Chi ini ibu menyusui. Tetap boleh divaksinasi
AstraZeneca.
Kondisi tubuh yang fit memang sepertinya sangat mempengaruhi. Adik ipar
Chi divaksinasi dalam kondisi yang sedikit lelah. Malam sebelum
divaksinasi, bayinya gak bisa tidur. Entah apa penyebabnya. Akhirnya
adik ipar agak kelelahan.
Chi mention sepupu yang tinggal di Malaysia. Waktu suaminya divaksinasi
AstraZeneca dapat goodie yang isinya banyak, enak, dan bergizi. Hanya yang
divaksinasi AZ yang dapat goodiebag, sedangkan yang Sinovac enggak. Karena
rata-rata KIPI pasca vaksinasi AZ lebih berat dari Sinovac.
Sekitar 2-3 jam setelah divaksinasi, adik ipar muntah-muntah. Demam
turun naik hingga hari kedua. Tetapi, perlahan berangsur membaik. Di
hari ketiga sudah gak terasa efeknya.
Sedangkan adik Chi berasa sangat pegal di kakinya. Katanya kakinya kayak
abis dipakai jalan kaki yang jauh banget.
48 Comments
Duuh di daerah ku info vaksin minim banget. Banyak yang bingung nih harus vaksin kemana dan gimana. Kalau adapun katanya masih prioritas untuk lansia. akhirnya rebutan cari vaksin yg nggak perlu KTP domisili di Solo...
ReplyDeleteLansia memang duluan. Setelah itu masyarakat umum, kemudian anak-anak
DeleteDivaksinasi merupakan salah satu ikhtiar agar segera terbentuk herd immunity (kekebalan imunitas). Karena untuk mencapai herd immunity dibutuhkan minimal 70% dari total jumlah masyarakat.
ReplyDeleteIyaaak bener banget ini Mbaaa. semoga masyarakat semakin sadar dgn urgensi vaksin yaa.
pengin banget say good bye dgn pandemi ini
Bikin capek lahir batin ya pandemi ini
DeleteDaripada takut lebih baik mempersiapkan diri biar proses vaksin bisa berjalan lancar ya mbak. Beruntung aku baca tulisan ini, informasinya lengkap. Aku dari kemarin2 belum jadi vaksin karena berbagai alasan terkait kondisi pribadi. Bukan faktor luar. Penting memang cek covid dulu, minimal swab antigen ya.
ReplyDeleteiya, Mbak. Agak deg-degan juga. Tetapi, saya juga capek pandemi melulu
DeleteAlhamdhulilah udah divaksin ya mbak. Kakakku di jakarta juga dapetnya AZ tp klo di Jawa Tengah kebanyakan sinovax dan sinopharm. Ortuku dapet sinovax.alhamdhulilah ga banyak krluhan cuma ngantuk berat aja. Kalo aku masih harus nunggu sampe bulan depan nih krn April kemarin kan sempet kena covid.semoga kita semua selalu sehat ya mbak
ReplyDeleteSekarang pakai vaksin yang ada aja dulu. Paling enggak kita kejar herd immunity
DeleteAku belum divaksin Teh karna asmaku masih suka kambuh. Semoga ga sering kambuh biar cepet cepet divaksin. Aku pengennya vaksin AZ ini. Katanya lebih efektif ya ama varian virus corona terbaru. Tapi mau AZ atau Sinovac yang penting divaksin dulu ya
ReplyDeleteAsma memang ada yang boleh divaksin dan enggak. Kalau terkontrol boleh divaksin
DeleteIyaa bener mba chii klo banyak yg divaksin bisa cpt lewat ya pandemiknyaa..amin
ReplyDeleteIbu dan bapak mertua aku vaksin AZ jg mba, bapak masih berjuang untuk negatif. Qadr Allah kena. Tapi ibu nggak. Pas adik jg lg isoman, entah dr mana2 virusnya. .
Aku sendiri vaksin dosis 1 sinovac. Memang vaksin bukan obat, tapi mencegah. Ikhtiar.. kudu nih artikel kayak gini dibuat,aku mau bikin beluman. Makasih mba chiiii. Biar melek vaksin yaaa orang2, tetap prokes ketat walau udah vaksin. Semangat sehat..
Semoga bapaknya lekas sembuh. Sehat selalu untuk kita semua. Aamiin Allahumma aamiin
DeleteAmiin yra..
ReplyDeleteAlhamdulillah, yeaay!! Sudah turut serta berpartisipasi program pemerintah untuk di vaksin, meski deg2an awalnya yaa, kbayang itu muka tegang gituuu, ayoo rilex buunn hahaa.
Dulu pun, aku takuut Tegang, termasuk tahap pertama gelombang nakes di vaksin, udah di edukasi sama dokter, tetep aja kek mau menyerahkan nyawa, wakakakkakka. Alhamdulillah sehat selalu sampai detik ini.
Selalu seru cerita vaksin dan ga semua oorang memanfaatkan vaksin ini.
Semoga saja edukasi2 di atas juga menjadi hal yang bermanfaat bagi mereka yang belom, takut atau menolak di vaksin.
Setidaknya dengan vaksin bisa melindungi diri, keluarga dan masyarakat.
Itu kombinasi antara deg-degan, ngantuk, sama malas antre hahaha
DeleteNoted banget nih untuk nggak ngopi dulu before & after vaksinasi. Padahal tiap pagi nih udah rutin jadwal ngopi wkwk. Dan yang penting kondisi tubuh juga ya harus fit. Thanks infonya ya
ReplyDeleteTahaaaann ... tahaaannn ... hihihi
DeleteWah, mbak Myra divaksin Astra Zeneca ya. Ada nih teman2ku juga pakai AZ, memang sih pas mau divaksin ga tau bakalan jenis apa yang disuntikkan heheh. Dua hari lalu aku sekeluarga divaksin Sinovac, alhamdulillaah baik2 aja sampai saat ini. Jadi pegal2 iya sih selama 2 hari dan ngantuk hihihi. ALhamdulillaah senang ya, paling ga kita kan berikhtiar namanya. Sehat2 ya mbak.
ReplyDeleteSehat-sehat juga untuk Mbak Nurul dan keluarga
DeleteSuamiku mba yang vaksin Astrazenecca. Alhamdulillah tanpa keluhan. Kalau aku pribadi slalu bilang pas ada info vaksin, ambil saja. Toh ini juga mengurangi dampak :)
ReplyDeleteBetul, sekarang gak usah milih-milih vaksin
Deletealhamdulillah ya Mak Chi sudah vaksinasi tinggal tunggu vaksinasi kedua yaa..jangan smp lewat yaa..
ReplyDeleteaku vaksinasi di gelombang pertama dulu yg pakai sinovac...
niatnya ikhtiar yaa klopun bisa kena, katanya efeknya tdk separah yg tdk/belum vaksin
Iya, Mbak. Diingat terus tanggal yang kedua hihihi
DeleteWah...vaksinasi di Malay dapat goodie bag yaa..
ReplyDeleteIstimewaaa~
Wah..kak Chie berhenti ngopi dulu..
Barusan dibahas di grup alumniku niih..."Abis vaksin masih boleh minum kopi gak?"
Mungkin lebih ke gaya hidup sehat dan seimbang yaa..
Bismillah..
Semoga vaksin bisa mencegah kita semua dari pandemi.
Kalau tentang kopi memang ada yang menyarankan dan tidak. Tetapi, saya memilih brenti aja dulu. Cuma 2 hari ini brentinya
DeleteKebetulan hari Senin minggu depan temanku di vaksin AstraZeneca mbak
ReplyDeletetadi dia curhat, takut dan bingung
sebab keluarga nya di vaksin sinovac, dia sendiri yang beda
lalu ada kasus tetangganya meninggal krn hbs vaksin ini, padahal ya belum tentu krn vaksin ya.
artikel mbak ini, aku share ke temanku ya, biar dia tenang
KIPI pada vaksin biasanya sangat kecil, Mbak. Gak mungkin lah boleh disuntikkan secara massal kalau risikonya tinggi. Makanya harus lolos uji klinis dulu berkali-kali.
DeleteKalau pun sampai ada yang meninggal harus dicari tau penyebabnya. Gak bisa langsung berkesimpulan karena vaksin
Jakarta cepat ya mbak progressnya. yang di daerah masih nungguin nih. untuk yg manula dan dewasa aja masih rebutan. jadi yg anak juga ngga bisa segera.
ReplyDeletesemoga aku segera nyusul vaksin deh :)
Mungkin karena Jakarta episentrum wabah. Kasus hariannya masih tinggi
DeleteAlhamdulillah mbak sudah vaksin. Semoga indonesia bs kembali normal y dg kesadaran bervaksin. Sy jg sdh vaksin sm suami. Tp vaksin sinovac aja kemarin. Sehat selaluu mbakk
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
DeleteAku bulan lalu nanya ke nakes tapi belum boleh dan sekarang sepertinya udah bisa mba jadi pemgen cepwet vaksin meskipun bukan AZ sih tapi di sini adanya sinovac
ReplyDeleteKalau pernah terpapar memang harus menunggu 3 bulan setelah dinyatakan sembuh. Nanti pakai vaksin yang ada aja dulu
DeleteAku ga sabar mau suntik kedua mba, 30 agustus :D. Jujurnya, dari semua kIPI AZ, aku paliiiing suka yg bikin ngantuk hahahahha. Mungkin Krn aku tipe yg susah tidur. JD kalo bisa tidur nyenyak dan tanpa terganggu itu enak banget bangunnya. Semoga aja vaksin kedua juga bikin ngantuk lagi :D.
ReplyDeleteAku makin takut akhir2 ini mba. Rasanya kok tiap hari buka medsos selaluuu ada berita temen/keluarga yg meninggal. Makanya aku suka skip Cepet kalo liat IgS. Nth kenapa kalo udh baca berita dukacita kayak lgs drop. Dan aku tahu itu ga bgs utk imun. :(
Iya ontrol masing-masing aja. Seandainya gak kuat mending jangan dibaca. Tetapi, yang penting harus taat prokes
DeleteSaya juga udah divaksin kemarin Mba. Efeknya ngantuk dan mudah lelah. Udah seminggu lebih padahal tapi merasa badan kurang fit aja. Memang ini efek vaksin, saya malah lebih khawatir kalau belum divaksin dan pandemi masih lama usai.
ReplyDeleteToss kita, Mbak. Serem deh saya kalau ngebayangin pandemi gak juga usai
DeleteHerd immunity yang secepatnya dilakukan -olehku dan banyak manusia lain di dunia- tentu saja untuk secepatnya membentengin diri dan keluarga ya Chi
ReplyDeleteAku pake astra zeneca dan KIPInya nyaris ga ada sih, aku malah ga terlalu nyenyak tidur - pegal pegal dikit itu biasa juga, mungkin karena lokasi rumah yang jauh dari vaksin (aku di Tangerang ujung dan vaksinnya ke Kemayoran karena ikutan perusahaan abang ipar)
kelaparan doang habis ngantri pas jam makan siang, absi itu hajar bleh ke nasi padang langganan
Hhahahha mantap ya, Mbak. Langsung beli nasi padang
DeleteAlhamdulillah ya mbak, sudah divaksin, semoga sehat selalu yaa. bener banget mbak, aku juga mikirnya gitu, kalau kita vaksin bukan hanya menjaga diri kita agar lebih kuat melawan virus, tapi juga menjaga orang lain agar pandemi segera usai.
ReplyDeleteKita terus ikhtiar ya, Mbak
Deleteaku merasakan kipinya dong mak, meriang semaleman, pusing, lemes.. huhuuhuhu. alhamdulillah cuma 2 hari aja sih.. hehe. tapi kabarnya vaksin ini bikin jadwal mens berantakan. Mak myra gimana?
ReplyDeleteSaya enggak, Mbak. Tetao sesuai jadwal haidnya
DeleteWah aga keras ya efek kalau astrazeneca. Entah nanti pfizer. Saya pertama sinovac, cuma pegal biasa aja beberapa hari sama aga ngantuk. Tapi jadual kedua ga match, skrg sedang unggu vaksinasi ulang untuk pfizer semoga lancar..
ReplyDeleteAgak keras, tetapi masih ringan, kok. Memang udah boleh ya untuk yang kedua berbeda varian?
DeleteAda poin penting nih mom Chi tentang memakai pakaian yang memudahkan nakes bekerja bisa menghemat waktu. Karena waktu barengan, para hijabers ada yang pake gamis dengan lengan sempit. Apa kudu buka baju telenji gitu ... duh....ya kalo ada gamis yang dibuka retsleting dari atas, lah kalo kudu dibuka kayak kaos *tutup muka*
ReplyDeleteAku juga pake AZ tapi kok hanya dikasih jeda waktu sebulan ya?
Gak harus sampai buka baju sih, Mbak. Digulung aja lengannya. Tetapi, memang jadinya memakan waktu. Makanya sebaiknya cari baju yang memudahkan proses vaksinasi.
DeleteSetahu saya AZ jedanya 3 bulan. Tetapi, sebaiknya tanya aja ke penyelenggaranya. Apa ada salah ketik atau hal lain?
Wah sama kak Keke, aku juga dapatnya AZ. Kalau aku ngerasa demam tapi pas H+2. Demam seharian. Besoknya sudah tiap-apa. Waktu selesai vaksin, diberi obat demam karena kata petugasnya rata-rata efeknya ke demam. Salam sehat kak Keke:)
ReplyDeleteIya, pada umumnya yang divaksinasi AZ merasakan demam. Sehat-sehat juga, ya :)
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^