Ketika Anak Belajar di Rumah dan Semua Ibu Mendadak Menjadi Guru Gara-Gara Corona

By Keke Naima - March 26, 2020

Ketika Anak Belajar di Rumah dan Semua Ibu Mendadak Menjadi Guru Gara-Gara Corona - Udah semingguan para pelajar di DKI dan beberapa kota lain belajar di rumah karena pandemi COVID-19. Para ibu pun mendadak menjadi guru. Gimana rasanya? Masih sanggup atau sudah mengibarkan bendera putih? Hehehe.

Ketika Anak Belajar di Rumah dan Semua Ibu Mendadak Menjadi Guru Gara-Gara Corona



Santai Ketika Ibu Mendadak Jadi Guru


Selama seminggu ini, Chi dan K'Aie santai banget dengan kegiatan belajar anak-anak di rumah. Padahal tugas mereka juga gak sedikit. Kok, bisa?


Sudah Terbiasa Belajar dan Bertanggung Jawab

Idealnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kalau sudah berjalan baik, di sekolah sudah cukup. Chi pernah merasakan itu saat anak-anak masih SD. Dengan belajar di sekolah aja, sebetulnya mereka udah mengerti. Tetapi, Chi tetap usahakan membiasakan mereka untuk mengulang pelajaran sekitar 1-2 jam sehabis maghrib.

Kadang-kadang mereka menolak untuk belajar kalau merasa udah yakin banget paham dengan pelajaran di sekolah. Ya paling Chi cuma ngetes dengan beberapa pelajaran. Kalau ternyata memang bener bisa, silakan deh mereka kembali bermain.

Begitu mereka masuk sekolah negeri, kondisi KBM memang berasa kurang ideal. Mereka tetap berusaha belajar sendiri. Kalau udah mentok baru tanya orang tua. Bisa juga minta bantuan pihak lain, misalnya didaftarkan ke bimbel.

Semakin mereka besar, Chi tidak mewajibkan lagi belajar. Chi anggap mereka sudah tau tanggung jawab dan konsekuensi. Jadi silakan atur sendiri mau belajar atau enggak.

"Bunda gak pernah memaksa dapat nilai bagus. Tetapi, yang Bunda lihat itu usahanya."

Kalimat itu terus disounding sejak mereka kecil hingga sekarang. Chi pernah lho beberapa kali marah besar karena nilai mereka jelek. Bukan karena kecewa dengan nilainya, tetapi Chi kecewa karena gak kelihatan belajar.

Bagaimana kalau mereka dapat nilai bagus, tapi gak kelihatan belajar?

Ya Chi cuma bilang, "Bagus, deh." Dengan ekspresi yang sengaja agak dingin hehehe. Chi maunya mereka tuh berusaha. Jangan terbiasa menyepelekan.

Di masa social distancing ini, mereka pun udah otomatis terbiasa belajar sendiri. Udah tau resikonya kalau gak belajar. Chi gak mau ribet ngomel-ngomel untuk hal ini. Harus tetap jaga kewarasan selama masa isolasi hihihi.


Back to Content ↑


Kerjasama dengan Suami

Sebagai ibu rumah tangga yang otomatis waktunya lebih banyak sama anak, tentunya Keke dan Nai lebih banyak tanya ke bundanya kalau urusan pelajaran. Sebisa mungkin Chi akan ajarin mereka.

Tetapi, Chi juga beberapa kali minta anak-anak nanya ke ayahnya. Kadang-kadang gak perlu menunggu alasan lagi ribet. Chi suka minta gantian ngajarin anak, di saat lagi ingin bersantai. Ya pokoknya gak mau menjadikan kegiatan belajar dan mengajar anak hanya dibebankan ke ibunya hehehe.


Back to Content ↑


Minta Bantuan Pihak Lain

Waktu SD, anak-anak ada pelajaran bahasa Sunda. Kalau ada PR, Chi minta mereka tanya ke neneknya hahaha. Kalau Keke atau Nai gak ngerti bahasa Arab, Chi minta mereka kembali bertanya ke guru. Chi bisa membaca tulisan Arab. Tetapi, masalah di buku pelajarannya gak ada terjemahan bahasa Indonesia sama sekali. Jadi mana Chi paham artinya hehehe.Kalau udah gitu biasanya Chi minta mereka belajar semampunya aja.

Bisa juga dengan Googling. Misalnya waktu SD, anak-anak pernah dapat soal matematika tentang akar pangkat. Kalau cuma akar pangkat 2, Chi masih bisa lah langsung ngajarin. Begitu masuk akar pangkat 3 dan seterusnya mulai deh pusing hahaha.

Chi pun langsung googling. Sekarang banyak kok artikel yang memberikan pelajaran secara cuma-cuma. Kalau untuk matematika, Chi cari cara termudah untuk menyelesaikan soal. Alhamdulillah ada aja artikel yang menulis. Bahkan sampai sekarang, Googling masih menjadi andalan Chi kalau anak-anak minta diajarin.


Back to Content ↑


Terima Fakta Kalau Ibu Gak Menguasai Semua Pelajaran

Nai: "Buuun! Tau gak nilai ulangan IPA Ima berapa? Dapat 9, Buuuun!"
Bunda: "Alhamdulillah. Perasaan tiap kali diajarin Bunda nilainya lumayan, Dek. Waktu itu matematika juga tinggi, kan."
Nai: "Iya. Ya udah Ima kalau gitu belajarnya sama Bunda aja, ya?"
Bunda: "Haaaah? Hadeuuuuh ... hadeuuuhhh .... Bisa-bisa Bunda gak ngapa-ngapain kalau ngajarin terus. Pelajaran sekarang makin susah hehehe."

Kami pun tertawa bersama. Tentu  aja seneng banget nilai Nai bagus setelah Chi ajarin. Tetapi, kalau udah usaha tanya sana-sini gak bis ajuga ngajarin, ya harus terima kalau faktanya gak semua pelajaran kita kuasai.

Buat Chi dengan menerima kenyataan bisa bikin diri sendiri gak jadi stress. Gak selalu menuntut anak untuk mendapatkan nilai bagus. Lha, kita aja sebagai ibunya gak menguasai semua. Masa anak harus dituntut terus bagus nilainya.

[Silakan baca: Desperate Motherhood - Drama Ibu-Ibu Sekolahan]

Di masa belajar di rumah akibat pandemi COVID-19 ini, anak-anak juga kadang-kadang dapat soal yang gak mudah. Ada beberapa dramanya juga. Bahkan ada 1 tugas yang gak Nai kerjakan sama sekali dengan alasan terlalu berat.


"Adek udah tau kan konsekuensinya kalau gak ngerjain?"

Nai bilang tau dan mau bertanggung jawab. Ya udah, kami pun gak mau ribet memaksa untuk tetap mengerjakan. Biarkan aja dulu. Mudah-mudahan juga ada evaluasi setelah masa social distancing ini selesai.


Back to Content ↑


Pahami Dari Sisi Orang Lain

Sejak dulu, Chi memang tidak melepaskan begitu aja urusan KBM ke guru. Ya bayangin aja, Chi hanya punya 2 anak rasanya gak bisa selalu menyatukan pikiran mereka. Gaya belajar mereka berbesa. Bagaimana coba guru yang setiap hari harus ketemu dengan puluhan karakter murid?
 
Ketika anak-anak dikasih tugas banyak di masa pandemi ini, sebetulnya gak mudah juga bagi para guru. Bayangin aja hp para guru mendadak full memorynya karena harus terima banyak tugas.

Kenapa gak lewat media lain?

Bagi generasi digital, pindah belajar ke Google Classroom itu hal mudah. Tetapi, bagi para guru, apalagi yang udah sepuh, itu udah jadi beban baru lagi.

Belum lagi mereka pun harus tetap ke sekolah. Gak tau di jalan terpapar virus atau enggak. Kabar baiknya, katanya sekarang para pengajar pun diminta untuk Work From Home. Alhamdulillah.

Pikirin juga deh mereka yang jadi tenaga kesehatan. Serempongnya jadi guru dadakan, setidaknya setiap hari masih ketemu anak. Masih bisa meluk dan becanda ma mereka. Bisa menjaga kesehatan anak-anak dari virus Corona.

Sedangkan mereka yang berada di garda terdepan, setiap hari malah berhadapan dengan virus ini. Risiko yang dihadapi sangat tinggi. Malah bisa berisiko juga mereka yang jadi pasien berikutnya. *Semoga gak ada lagi garda terdepan yang jadi korban. Patah hati Chi setiap kali baca berita ini 😭😭

Para garda terdepan ini kan juga ada yang jadi ibu seperti Chi. Tentu batinnya juga pengen meluk anak setiap saat. Jadi merasa banget kalau kerempongan yang Chi alami, gak seberapanya dibandingkan para nakes.

Coba bayangin kalau para nakes ini memilih untuk lebih berada di rumah dan menjadi guru bagi anak-anak. Trus yang ngurusin kesehatan masyarakat dan membasmi pandemi Corona ini siapa?

[Silakan baca: Tips Belajar Asik dan Menyenangkan Bagi Anak]


Back to Content ↑


Evaluasi Belajar di Rumah di Minggu Pertama


Evaluasi Belajar di Rumah di Minggu Pertama

Berikut adalah evaluasi belajar di rumah untuk minggu pertama. Evaluasi ini udah Chi tulis di FB. Jadi, mungkin beberapa teman pernah baca tulisan ini.

Back to Content ↑


Keke (SMA)

Tidak ada tugas sama sekali. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di rumah diganti sama UTS online. Gak tau apa pertimbangannya karena selama ini sekolahnya justru gak pernah ada UTS.

Ada beberapa drama selama UTS berlangsung. Chi beberapa kali kesiangan bangun! Otomatis Keke pun ikut kesiangan ikut UTS di jam pertama. Untung masih keburu hehehe.

Pernah juga udah mau selesai ngerjain, trus HPnya error. Ini gara-gara dia ngerjain UTS sambil usilin bundanya. Akhirnya langsung serius ngerjain karena waktunya tinggal dikit dan dia harus ngerjain ulang. Hahaha usil, sih!

Tadi pagi lagi serius ngerjain soal, tau-tau bubar jalan karena ada kecoa melintas. Keke langsung ngibrit. Ayahnya yang sibuk ngusir kecoa wkwkwkw!

Ada juga guru yang menunda UTS. Katanya nanti aja kalau KBM sudah kembali normal. Keke pun senang hahaha.

Di hari pertama, murid diminta setor foto lagi ngerjain UTS ke walas. Kayaknya sesi ini lebih lama daripada Keke ngerjain soal. Beberapa kali diulang. Sampai dia sreg baru boleh dikirim. Padahal semua anak yang kirim foto juga pada muka bantal.


Back to Content ↑


Nai (SMP)

Jadwal pelajaran dan tugas dibagikan setiap hari. Jadwal belajar online mengikuti jam sekolah. Tugas yang dikumpulin juga per hari.

Jadi selama jam belajar, Nai lebih banyak di kamar. Sesekali aja keluar buat makan atau ke toilet. Selesai 'jam sekolah' dia udah santai. Bisa nonton, bikin camilan, dll.

Soal-soal yang dikasih juga masih sanggup dia kerjakan tepat waktu, kecuali pelajaran olahraga. Dia menolak tugas harus bikin video lagi olahraga di rumah.

"Bunda sih terserah aja. Kalau Adek gak mau bikin, harus berani tanggung jawab. Terima risikonya kalau sampai ditegur guru, ya."

Nai pun menyanggupi. Ya udah, Chi gak mau ribetin.


Back to Content ↑


Keponakan (SD)

Kemarin keponakan sempat japri buat curhat ke Chi. Katanya kesel karena liburan malah dikasih banyak tugas.

Kalau Chi lihat, tugasnya sebetulnya gak banyak juga. Tetapi, konsep anak SD sepertinya libur itu berarti gak belajar. Ya udah Chi coba kasih pengertian aja yang kira-kira masuk dengan usianya. Kelihatannya sih dia paham.

Setelah 5 hari pertama terlewati, Chi ajak Keke dan Nai untuk review KBM secara online. Mereka pun kompak menjawab lebih betah di rumah! Huahahahaa kayaknya Chi kurang galak, nih!


Back to Content ↑


Semua Ada Prosesnya


Ya bisa dibilang Chi agak merasakan buah manisnya. Anak-anak udah terbiasa belajar dan bertanggung jawab. Sedangkan Chi juga sudah terbiasa untuk tidak menjadi ibu yang perfeksionis. Makanya di masa belajar #dirumahaja ini lebih santai. Nyaris tanpa drama.

Jadi inget, waktu anak-anak belum sekolah, Chi dan K'Aie pernah pengen banget memilih homeschooling. Makanya sampai bikin blog khusus buat menuliskan jurnal HS Keke dan Nai. Tetapi, dengan pertimbangan panjang, kami membatalkan rencana tersebut. Ya anggap aja sekarang lagi merasakan rencana homeschooling yang sempat tertunda hehehe.

Semua memang ada prosesnya. Tetapi, bagi yang pontang-panting pada saat ini, yuk tarik napas sejenak. Saat ini memang kondisinya sedang tidak normal. Tidak hanya bagi kita para ibu, kok.

Jadi coba tarik napas panjang sejenak. Setelah itu baru pikirin lagi baiknya gimana. Kalau perlu cari circle yang senasib biar sama-sama memberi dukungan.

Semangat untuk semua! Semoga pandemi COVID-19 ini segera berlalu. Mudah-mudahan sebelum Ramadhan. Aamiin.

Btw, beneran nih gak ada drama selama belajar di rumah. Ada! Tetapi, seru-seru aja. Nanti ya di postingan lain bakal Chi ceritain.


Back to Content ↑

  • Share:

You Might Also Like

16 comments

  1. Kalo orang tua seperti Chi dan K aie keknya bakalan adem ayem karena santet, meski ada drama kecil ya wajar.
    Harus banyak belajar jadi ortu dan jadi guru dadakan ya, terutama belajar menahan hawa nafsu.

    Apa anak kita udah gede ya Chi, jadinya sante. Kk Olip pun emang lagi skedul PKL yg diliburkan , tp tetep tugas sekolahnya ada dan masih bisa sendiri.

    ReplyDelete
  2. Alhhamdulillah gak sampai mengibarkan bendera putih. Bener banget harus kerja sama dengan pasangan & anak-anak. Jangan sampai di rumah juga nyuruh anakbelajar terus, lah kita aja bosen di ruamh terus pasti mereka juga ya. Kalau jadi guru di rumah sih gak dadakan ya krn udah biasa. Aku kasihan juga sama mama-mama yang kerja di rumah sakit harus ninggalin anak di saat ini demi membantu orang lain. Semoga virus cepat hilang

    ReplyDelete
  3. Ponakanku yang seusia Keke, baik sekolah atau belajar di rumah kaya gini gak pernah belajar. Mungkin gara-gara masuk SMK yang pelajarannya lebih sedikit. Kalau yang SD, kadang nemenin juga. Pelajarannya sudah jauh beda gak kaya dulu

    ReplyDelete
  4. Waahhh, beneran ini UJIAN KESABARAN dan KEIKHLASAN wkwkwkwkwk
    Sekarang baru nyadar kalo jadi guru nggak gampang, brooo sist :))

    ReplyDelete
  5. Aku dramanya sama yang bungsu Mbak...
    Kalau yang gede kelas 9 dah oke..jalan sendiri dan sudah punya tanggung jawab. Lagian dia tipe baca buku dan tekun
    Kalau yang bungsu duh,,kabur melulu, santuy anaknya hahah

    ReplyDelete
  6. Iya mbak, anak-anakku terbiasa belajar sendiri, kalau bingung baru tanya, jadi nggak terlalu stres sih dengan sfh ini, paling ngingatin ada tugas today..

    ReplyDelete
  7. Ada hikmahnya ya ternyata mba,, orangtua jd berasa dekat bngt bisa bljar bareng meski pertanyaan anak2, kadang Kita hrs mikir Cari jawabannya

    ReplyDelete
  8. Aku aja pusing loh mb pas anak belajar di rumah ini. Padahak anak msh kelas 1 sd. Doeeenk.haha.. Soalnya punya bayi yg nempel mulu. Halah banyak alasan ya..ckck.. Gak kebayang jd mb yg anaknya udah gedee. Mungkin kalo aku ilmunya udah ilang2 pelajaran umur segitu

    ReplyDelete
  9. Ternyata seru juga ya belajar di rumah, tapi kalau homeschooling enggak berani, hehe...

    ReplyDelete
  10. Mendadak HS semua ya para ortu haha.
    Anakku yang kedua selow aja krn dia dasarnya suka belajar. Yg pertama bolak balik mewek kalau kami yg ngajarin. Tadi video call ma gurunya buat belajar ketawa2 masa, wkwkwk

    ReplyDelete
  11. Kalo anak-anak udah terbiasa mandiri dan punya tanggung jawab sejak SD, memang lebih mudah ya menghadapi belajar dari rumah. Yang sedih tuh ketika masih sekolah dasar, mereka memang ngertinya libur ya main aja di rumah.

    Semoga doa kita diijabah Allah ya mbak, pandemi tidak berlangsung lama. JAdi bulan Ramadhan bisa terlaksana seperti semula, bisa tarawih di masjid-masjid

    ReplyDelete
  12. Anakku kelas 4 SD dan selalu bikin ibunya tarik ulur 'gas'. Seringnya kayak sengaja ga mau ngerjain tugas yang diberikan guru selama belajar di rumah ini. Aku ya paham sih kalau dia bosan. Tapi kan semakin cepat selesai dia makin punya banyak waktu untuk nge-game setelahnya. Ye kaaan....

    ReplyDelete
  13. setuju ngajarin anak bukan hanya tugas seorang ibu, ayah juga harus berpartispasi, banyak dirmh sekarang seringnya tugas ngurus, ajarin anak hanya untuk ibu saja

    ReplyDelete
  14. Sedihnya aku masih kerja sementara ART di rumah ga punya HP jadi tugas anakku dikerjakan malam alhasil seadanya..ya weslah aku ga nuntut anakku bernilai besar yg penting kenal tugas dan tanggungjawab dulu

    ReplyDelete
  15. Iya bener, semua orang kena imbasnya. Ga adil juga sih kalo marah sama pihak sekolah. Dan harapannya pihak sekolah juga ikut terlibat ga cuman sekedar ngasih tugas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena ini baru kejadian dna mendadak pula. Jadi smeua masih gagap. Ya semoga aja akan terus ada evaluasi

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^