Belajar Menjadi Pembalap Motor di 43 Racing School - Bagaimana pendapat
teman-teman ketika melihat anak di bawah umur sudah mengendarai motor?
Kesel. marah, atau malah biasa aja?
Chi termasuk yang sering kesal. Apalagi di komplek tempat Chi tinggal
waktu itu suka ada aja anak di bawah umur mengendarai motor dengan
ngebut. Chi perkirakan mereka masih usia SD kalau lihat dari postur
tubuh. Udahlah masih pada kecil, ngebut, dan gak pakai helm pula.
Kadang-kadang 1 motor bisa bertiga, lho.
Waktu sedang mengendarai mobil di komplek, setelah menjemput Nai, Chi coba samperin anak yang sedang mengendarai motor. Tetapi, mereka malah kabur. Chi coba kejar, malah semakin ngebut. Akhirnya Chi berbalik arah.
Para bocah yang mengendarai motor itu Chi yakin kebanyakan kurang berhati-hati. Kalau mereka semakin ngebut karena dikejar, Chi khawatir nanti terjadi sesuatu yang gak diinginkan. Mana di komplek Chi itu masih banyak anak kecil yang bermain di luar rumah.
Sebetulnya anak-anak yang mengendarai motor seperti ini kebanyakan bukan warga komplek. Mereka datang dari perkampungan sekitar komplek. Biasanya untuk memotong jalan atau memang sengaja buat kebut-kebutan. Mungkin karena dianggap jalan komplek lebih sepi daripada jalan umum.
Gak taunya Keke malah diajarin mengendarai motor sama ayahnya sejak SMP ... 😓
[Silakan baca: Darah Muda]
Alasan Belajar Mengendarai Motor
Reaksi pertama Chi tentu aja ngomel. Chi aja suka kesel lihat anak kecil udah mengendarai motor. Nah ini malah anak sendiri diajarin mengendarai motor sama ayahnya. Keke memang senang dengan dunia otomotif sejak kecil. Tapi, gak menyangka aja kalau belum cukup umur udah diajarin mengendarai motor.
Tetapi, K'Aie bilang mengizinkan karena sekadar belajar. Jadi masih dalam pengawasan orang tua. Keke juga gak dibebaskan mengendarai motor seenaknya. Dia masih pergi dan pulang sekolah naik ojek online. Kalau diminta tolong belanja ke minimarket, dia tetap harus naik sepeda.
Sekitar bulan September 2017, saat kami sedang ada di acara RRREC Fest in The Valley, K'Aie bilang kalau ada temannya yang seorang pembalap motor datang. Keke diajak sama ayahnya untuk kenalan. Sedangkan, Chi dan Nai memilih istirahat di tenda.
Setelah itu, Chi tanya ke Keke dan K'Aie ngobrolin apa aja. Udah diduga kalau obrolannya seputar motor. Temen K'Aie banyak nanya ke Keke. Intinya sih menurut teman K'Aie, Keke sudah cukup banyak mengerti tentang motor. Tetapi, memang darah mudanya bikin dia jadi masih suka pengen ngebut melulu. *Hmmm .... apa karena seorang pembalap, ya? Dari sekadar ngobrol aja udah bisa ambil kesimpulan. 😄
K'Aie juga cerita kalau Keke pengen menjadi pembalap motor. Temannya menyarankan untuk belajar di sekolah balap. Biar sekalian mengerti bagaimana teknik balapan yang benar. Menjadi pembalap memang bisa otodidak. Tetapi, menurut temen K'Aie, ketika nanti turun di arena balap akan kelihatan skill-nya mana yang pernah sekolah balap dan enggak.
Chi: "Ayah seriusan mau kasih izin Keke buat sekolah balap?"
K'Aie: "Ya kalau anaknya mau."
Chi: "Keke mah pasti mau. Tapi, kita juga udah siap, belum? Sekolah balap kan banyak persiapannya. Dari mulai biaya sampai mental. Jangan sampai udah menjanjikan ke anak, tapi gak bisa ditepatin."
K'Aie: "Siap, lah."
Persiapan Belajar di 43 Racing School
Singkat cerita, sekitar awal Desember, Keke bilang kalau ada 2 sekolah
balap yang lagi buka pendaftaran. Salah satunya adalah 43 Racing School.
Chi lupa yang satunya lagi apa. Tetapi, kami gak memilih yang satunya
karena salah satu syaratnya adalah harus punya Kawasaki Klx.
Kami punya motor Kawasaki Klx. Biasanya dipakai K'Aie ke kantor. Keke pun belajar mengendarai motor menggunakan Klx. Tetapi, kalau harus dipakai buat latihan balap, kami juga mikir-mikir dulu.
Belajar di 43 Racing School, tidak perlu membawa motor. Ada 3 motor yang disediakan yaitu Honda Blade, CBR 250, dan GP Mono Moriwaki. Semua peserta bisa menggunakan ketiganya sesuai dengan level latihan.
Karena baru tau infonya di awal bulan Desember, kami hanya punya waktu sedikit untuk persiapan. K'Aie segera menghubungi temannya. Alhamdulillah dibantuin banget mencari info berbagai perlengkapan buat latihan. Gak semua perlengkapannya barang baru. Wearpack dan helm beli barang second. Untuk 2 barang second aja udah hampir 10 juta biayanya. Gimana kalau beli baru? 😄
Saat beli wearpack juga gak bisa langsung dipake. Bagian pahanya kesempitan! Jadi harus sedikit dirombak dan dikasih tambahan kain. Begitupun ketika membeli sepatu. Agak susah mendapatkan ukuran yang pas. Pokoknya last minute banget, deh! Sehari sebelum masuk sekolah aja cari berbagai perlengkapan. Huff!
Sehari sebelum masuk sekolah balap, Keke dan ayahnya diajakin buat ngumpul di salah satu tempat. Chi lupa nama tempatnya. Ya pokoknya saat itu juga ada beberapa pembalap motor yang ikut. Meskipun mereka berdua pulang ke rumah nyaris tengah malam, setidaknya dari hasil ngumpul ada berbagai info yang bisa Keke dapat.
[Silakan baca: Ketika Keke Bercita-cita Menjadi Pembalap Motor Profesional]
Kami punya motor Kawasaki Klx. Biasanya dipakai K'Aie ke kantor. Keke pun belajar mengendarai motor menggunakan Klx. Tetapi, kalau harus dipakai buat latihan balap, kami juga mikir-mikir dulu.
Belajar di 43 Racing School, tidak perlu membawa motor. Ada 3 motor yang disediakan yaitu Honda Blade, CBR 250, dan GP Mono Moriwaki. Semua peserta bisa menggunakan ketiganya sesuai dengan level latihan.
Karena baru tau infonya di awal bulan Desember, kami hanya punya waktu sedikit untuk persiapan. K'Aie segera menghubungi temannya. Alhamdulillah dibantuin banget mencari info berbagai perlengkapan buat latihan. Gak semua perlengkapannya barang baru. Wearpack dan helm beli barang second. Untuk 2 barang second aja udah hampir 10 juta biayanya. Gimana kalau beli baru? 😄
Foto milik 43 Racing School
Saat beli wearpack juga gak bisa langsung dipake. Bagian pahanya kesempitan! Jadi harus sedikit dirombak dan dikasih tambahan kain. Begitupun ketika membeli sepatu. Agak susah mendapatkan ukuran yang pas. Pokoknya last minute banget, deh! Sehari sebelum masuk sekolah aja cari berbagai perlengkapan. Huff!
Sehari sebelum masuk sekolah balap, Keke dan ayahnya diajakin buat ngumpul di salah satu tempat. Chi lupa nama tempatnya. Ya pokoknya saat itu juga ada beberapa pembalap motor yang ikut. Meskipun mereka berdua pulang ke rumah nyaris tengah malam, setidaknya dari hasil ngumpul ada berbagai info yang bisa Keke dapat.
[Silakan baca: Ketika Keke Bercita-cita Menjadi Pembalap Motor Profesional]
2 Minggu Belajar di Sekolah Balap
43 Racing School memiliki 2 paket di setiap batch yaitu paket A (10
hari) dan paket B (5 hari). Awalnya Keke ditawarin ambil paket B sama
ayahnya. Ya siapa tau Keke gak betah. Apalagi ini juga akan jadi
pengalaman pertamanya menginap lumayan lama tanpa orang tua. Kalau betah
kan tinggal naikin paket.
Tetapi, Keke gak mau. Pengennya langsung ambil paket A. Dia juga janji bakal betah. Nah, giliran bundanya yang agak mewek karena bakal jauhan ma Keke selama beberapa hari hehehe. Para siswa yang belajar di 43 Racing School memang harus tinggal di mess. Lokasi messnya dekat dengan rumah M. Fadli Imammudin, owner 43 Racing School
Keke belajar selama 10 hari dari hari Senin s/d Jum'at. Akhir pekan sekolah libur. Para siswa dibolehkan pulang atau tetap menginap di mess. Karena Sentul gak terlalu jauh dari rumah, kami memilih menjemput Keke setiap akhir pekan.
Setiap batch dibuka maksimum untuk 7 siswa. Tetapi, waktu itu ada 8 siswa karena mungkin berbarengan dengan musim liburan sekolah (Desember 2017). Usia minimal belajar di sini adalah 10 tahun. Tentu aja di usia segitu sudah harus bisa mengendarai motor.
Kendaraan memang disediakan oleh 43 Racing school. Tetapi, untuk semua perlengkapan harus menyediakan sendiri. Tidak ada sewa perlengkapan di sana. Total biaya yang kami habiskan untuk sekolah selama 10 hari itu sekitar Rp28 juta. Sudah termasuk biaya sekolah yaitu Rp12,5 juta. Tetapi, belum termasuk biaya makan Keke selama di sana, ongkos jalan, serta jajan kami bertiga saat mengunjungi Keke, ya.
Untuk sarapan, kami sediakan susu, roti, dan pisang. Ada kulkas juga di mess buat menyimpan susu. Sedangkan untuk makan malam, di sekitar mess ada yang jual makanan. Gak sulit mencari makan di sana.
Inner suit harus dipakai sebelum menggunakan wearpack. Pastinya selesai latihan, inner suit akan basah oleh keringat. Sebaiknya bawa beberapa pasang. 2-3 pasang juga cukup. Semua pakaian peserta juga ada yang cuciin. Jadi bawa secukupnya aja
Tetapi, Keke gak mau. Pengennya langsung ambil paket A. Dia juga janji bakal betah. Nah, giliran bundanya yang agak mewek karena bakal jauhan ma Keke selama beberapa hari hehehe. Para siswa yang belajar di 43 Racing School memang harus tinggal di mess. Lokasi messnya dekat dengan rumah M. Fadli Imammudin, owner 43 Racing School
Selain sebagai pemilik 43 Racing School, M. Fadli Imammudin juga dikenal sebagai atlet Para-cycling Indonesia. Prestasi dari olahraga ini sudah banyak termasuk pada saat Asian Para Games 2018. Dulu, Fadli adalah seorang pembalap motor yang berprestasi di tingkat Asia. Tetapi, arena suatu insiden, sekarang menjadi atlet para-cycling.
Keke belajar selama 10 hari dari hari Senin s/d Jum'at. Akhir pekan sekolah libur. Para siswa dibolehkan pulang atau tetap menginap di mess. Karena Sentul gak terlalu jauh dari rumah, kami memilih menjemput Keke setiap akhir pekan.
Setiap batch dibuka maksimum untuk 7 siswa. Tetapi, waktu itu ada 8 siswa karena mungkin berbarengan dengan musim liburan sekolah (Desember 2017). Usia minimal belajar di sini adalah 10 tahun. Tentu aja di usia segitu sudah harus bisa mengendarai motor.
Kendaraan memang disediakan oleh 43 Racing school. Tetapi, untuk semua perlengkapan harus menyediakan sendiri. Tidak ada sewa perlengkapan di sana. Total biaya yang kami habiskan untuk sekolah selama 10 hari itu sekitar Rp28 juta. Sudah termasuk biaya sekolah yaitu Rp12,5 juta. Tetapi, belum termasuk biaya makan Keke selama di sana, ongkos jalan, serta jajan kami bertiga saat mengunjungi Keke, ya.
Tips: Kalau ingin ikutan sekolah balap memang sebaiknya persiapannya paling enggak 3 bulanan. Jangan mepet kayak kami. Untungnya ada teman-teman K'Aie yang bantuin cari perlengkapan dengan kualitas bagus.
Pembalap yang paling dirindukan saat makan siang 😂
Untuk sarapan, kami sediakan susu, roti, dan pisang. Ada kulkas juga di mess buat menyimpan susu. Sedangkan untuk makan malam, di sekitar mess ada yang jual makanan. Gak sulit mencari makan di sana.
Ayo mana sepatu Keke? 😄
- Wearpack
- Helm
- Sarung tangan balap
- Inner suit
- Sepatu balap
- Sepatu olahraga
- Sepatu olahraga
- Sandal
- Kaos Kaki
- Baju olahraga
- Pakaian sehari-hari
- Pakaian dalam
- Perlengkapan mandi
- Alat sholat
- Buku dan peralatan menulis
- Makanan untuk sarapan
Inner suit harus dipakai sebelum menggunakan wearpack. Pastinya selesai latihan, inner suit akan basah oleh keringat. Sebaiknya bawa beberapa pasang. 2-3 pasang juga cukup. Semua pakaian peserta juga ada yang cuciin. Jadi bawa secukupnya aja
Para Pelatih di 43 Racing School
M. Fadli tidak mengajar sendirian. Ada Ahmad Marta yang juga mengajarkan balap motor dan Gandung Darmoko sebagai pelatih fisik. Ada juga beberapa crew di tim mekanik. Bahkan fotografer pun disediakan. Setelah selesai sekolah, para siswa juga akan mendapatkan foto-foto selama latihan.
"Om Marta gak segalak om Fadli, Bun. Kalau om Fadli suka marah kalau sampai jatuh. Pokoknya gak boleh salah. Tapi, kalau om Marta justru gak apa-apa. Katanya biar belajar."
Chi ketawa kecil ketika Keke cerita seperti itu. Dari sebelum mulai latihan juga kami sudah berdiskusi kalau yang namanya pelatih bisa berbagai macam karakternya. Tetapi, asalkan tujuannya memang baik, terima saja meskipun cara melatihnya keras.
Contohnya seperti Fadli yang kata Keke paling galak. Tetapi, Keke juga paham maksud dari pelatihnya. Pada saat balapan yang sesungguhnya tentu jatuh sangat tidak diinginkan. Kesusul pembalap lain aja bisa sulit mengejarnya, apalagi kalau sampai jatuh.
Lalu kenapa Marta membolehkan jatuh pada saat latihan? Karena risiko seperti itu akan ada. Seorang pembalap juga harus merasakan bagaimana rasanya jatuh. Keke pernah beberapa kali jatuh saat latihan. Teman senagkatannya malah ada yang sampai terpental. Itulah kenapa penting banget memiliki perlengkapan balap yang aman.
Tahapan Latihan Balap Motor
Setiap siswa yang berlatih di sini tentunya sudah harus memiliki basic
mengendarai motor. Kalau usia minimum yang diterima adalah 10 tahun,
berarti sudah belajar motor sejak umur di bawah itu. Ada 3 tahapan saat
latihan di sini yaitu basic (Honda Blade 125), intermediate (Honda
CBR250R), dan expert (GP Mono).
Gak hanya teknik mengendarai motor aja. Menurut Chi, sebaiknya juga mulai tau tentang mesin, khususnya motor, sedikit demi sedikit. Ya, memang ada teknisi yang menangani. Tetapi, kan, pembalap juga yang akan pakai motornya. Pada saat balapan harus tau apakah motornya nyaman atau enggak. Gak sekadar bisa pakai.
Keke sudah beberapa kali melakukannya. Saat sedang menyelesaikan putaran di sirkuit, dia memilih berhenti karena merasa ada yang salah dengan motornya. Memang seharusnya begitu. Mau lagi seru kayak apapun saat balapan, harus melipir kalau motor mulai dirasa bermasalah. Hubungannya kan dengan keamanan juga.
Gak hanya teknik mengendarai motor aja. Menurut Chi, sebaiknya juga mulai tau tentang mesin, khususnya motor, sedikit demi sedikit. Ya, memang ada teknisi yang menangani. Tetapi, kan, pembalap juga yang akan pakai motornya. Pada saat balapan harus tau apakah motornya nyaman atau enggak. Gak sekadar bisa pakai.
Keke sudah beberapa kali melakukannya. Saat sedang menyelesaikan putaran di sirkuit, dia memilih berhenti karena merasa ada yang salah dengan motornya. Memang seharusnya begitu. Mau lagi seru kayak apapun saat balapan, harus melipir kalau motor mulai dirasa bermasalah. Hubungannya kan dengan keamanan juga.
Level basic menggunakan Honda Blade
foto milik 43 Racing School
foto milik 43 Racing School
Level intermediate mengendarai CBR250R
Waktu itu, Keke belum berani mengendarai motor ini
Saat para siswa latihan fisik, wearpack digantung dulu.
Tempat helm dan sarung tangan
Latihan fisik dulu sebelum balapan. Salah satunya keliling sirkuit
sebanyak beberapa putaran.
Sesi pemberian materi, diskusi, dan evaluasi
Apakah Keke akan Menjadi Seorang Pembalap?
Kalau bertanya ke Keke, pasti dia akan menjawab mau banget. Tetapi,
sejujurnya Chi masih galau. Bukan berarti gak mendukung minatnya ini,
lho.
Menjadi seorang pembalap profesional, tentu butuh totalitas. Bahkan pernah ada seseorang yang mengatakan kalau menjadi atlet, kadang-kadang harus bisa mengorbankan hal lain. Urusan pendidikan juga mungkin bisa ikut dikorbankan.
Nah, di bagian ini masih berat buat Chi. Memang beberapa kali terjadi bentrok. Keke pun gak bisa sering latihan, kecuali saat libur. Itupun harus dilihat dulu apakah ada PR atau ulangan. Keke pernah bilang mau ikut beberapa kejuaran termasuk di luar kota. Tetapi, Chi masih melarang kalau di luar kota. Pastinya akan banyak izin. Mana dia sekarang udah kelas 9. Jadi bisa dibilang belum sepenuhnya Chi membebaskan Keke beraktivitas balapan. Padahal Chi pengen banget kasih dia dukungan penuh. Dilema banget, uy!
Tapi, setidaknya dengan gabung di bengkel ada beberapa keuntungan yang didapat Keke. Kalau sebelumnya dia hanya latihan berdua dengan ayahnya, sejak gabung di bengkel jadi punya tim mulai dari mekanik hingga pelatih. Gabung di sini juga direkomendasikan sama teman K'Aie yang pembalap itu. Ada beberapa pembalap juga yang gabung. Kalau begini, keuntungan lainnya adalah pergaulan Keke dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama juga semakin luas.
Ketika Chi ingatkan kalau dia udah kelas 9, malah dijawab, "Bun, mumpung ada yang bantuin. Motor ada, wearpack ada. Kesempatan, Bun!" Chi pun akhirnya hanya pasrah hehehe. Ya tetap diwanti-wanti jangan sampai ketinggalan urusan sekolah. Setidaknya semua tugas sekolah beres.
Untuk urusan dukung-mendukung, kakek dan nenek (orang tua Chi) agak keberatan kalau Keke menjadi pembalap. Mereka gak pernah mau diajak nonton Keke latihan. Alasannya ngeri, takut Keke kenapa-napa.
Tetapi, orang tua Chi gak melarang. Lagipula Chi cukup memaklumi. Papah dan mamah kayaknya memang agak ngeri sama motor. Kalau sama anak perempuannya malah dilarang banget belajar mengendarai motor.
Dulu, waktu SMA, Chi pernah beberapa kali merengek minta dibeliin motor. Gak pernah dikabulkan permintaannya. Menurut papah dan mamah lebih baik mengendarai mobil. Eh, bener aja. Begitu Chi minta mobil malah langsung dibeliin 😂
Chi juga beberapa kali ditanya, apa gak ngeri kalau Keke sampai jatuh? Ngeri lah pasti. Ketika anak-anak bertanding taekwondo aja Chi suka ngeri sendiri melihat pada saling tendang begitu. Kadang-kadang suka merasa jadi orang tua yang tega.
Tetapi, Chi belum pernah lihat sendiri kalau Keke jatuh dari motor. Beberapa kali dia jatuh saat latihan, Chi lagi gak ada di lokasi. Hanya mendengar ceritanya dan melihat sepatu serta wearpacknya yang tergores. Terakhir kali jatuh saat latihan di Sirkuit Sentul Besar. Sampai ada bagian di helm yang copot dan gores, perlengkapan lain juga rusak, bahkan motornya pun sampai gak bisa dikendarai. Harus dibenerin dulu, deh. Kalau gak salah dia berhenti latihan sampai hampir 2 bulan karena motor rusak. Itulah kenapa penting banget memakai perlengkapan yang tidak hanya nyaman, tetapi juga harus aman.
Menjadi seorang pembalap profesional, tentu butuh totalitas. Bahkan pernah ada seseorang yang mengatakan kalau menjadi atlet, kadang-kadang harus bisa mengorbankan hal lain. Urusan pendidikan juga mungkin bisa ikut dikorbankan.
Nah, di bagian ini masih berat buat Chi. Memang beberapa kali terjadi bentrok. Keke pun gak bisa sering latihan, kecuali saat libur. Itupun harus dilihat dulu apakah ada PR atau ulangan. Keke pernah bilang mau ikut beberapa kejuaran termasuk di luar kota. Tetapi, Chi masih melarang kalau di luar kota. Pastinya akan banyak izin. Mana dia sekarang udah kelas 9. Jadi bisa dibilang belum sepenuhnya Chi membebaskan Keke beraktivitas balapan. Padahal Chi pengen banget kasih dia dukungan penuh. Dilema banget, uy!
Pertama kali ikut pertandingan, masih menggunakan wearpack pinjaman.
Wearpack punya dia belum jadi
Tapi, setidaknya dengan gabung di bengkel ada beberapa keuntungan yang didapat Keke. Kalau sebelumnya dia hanya latihan berdua dengan ayahnya, sejak gabung di bengkel jadi punya tim mulai dari mekanik hingga pelatih. Gabung di sini juga direkomendasikan sama teman K'Aie yang pembalap itu. Ada beberapa pembalap juga yang gabung. Kalau begini, keuntungan lainnya adalah pergaulan Keke dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama juga semakin luas.
Ketika Chi ingatkan kalau dia udah kelas 9, malah dijawab, "Bun, mumpung ada yang bantuin. Motor ada, wearpack ada. Kesempatan, Bun!" Chi pun akhirnya hanya pasrah hehehe. Ya tetap diwanti-wanti jangan sampai ketinggalan urusan sekolah. Setidaknya semua tugas sekolah beres.
Selama ikut pertandingan balap, Keke dikasih pinjam wearpack. Punya Keke mulai sempit karena dia bertambah tingginya. Lagipula wearpack dia yang lama kan ada brandnya seperti yang Chi ceritain di atas. Sekarang ini, Keke lagi bikin wearpack baru. Bukan pakai second lagi dan disesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Butuh waktu sekitar 2-3 minggu untuk proses pembuatan wearpack.
Untuk urusan dukung-mendukung, kakek dan nenek (orang tua Chi) agak keberatan kalau Keke menjadi pembalap. Mereka gak pernah mau diajak nonton Keke latihan. Alasannya ngeri, takut Keke kenapa-napa.
Tetapi, orang tua Chi gak melarang. Lagipula Chi cukup memaklumi. Papah dan mamah kayaknya memang agak ngeri sama motor. Kalau sama anak perempuannya malah dilarang banget belajar mengendarai motor.
Dulu, waktu SMA, Chi pernah beberapa kali merengek minta dibeliin motor. Gak pernah dikabulkan permintaannya. Menurut papah dan mamah lebih baik mengendarai mobil. Eh, bener aja. Begitu Chi minta mobil malah langsung dibeliin 😂
Chi juga beberapa kali ditanya, apa gak ngeri kalau Keke sampai jatuh? Ngeri lah pasti. Ketika anak-anak bertanding taekwondo aja Chi suka ngeri sendiri melihat pada saling tendang begitu. Kadang-kadang suka merasa jadi orang tua yang tega.
Tetapi, Chi belum pernah lihat sendiri kalau Keke jatuh dari motor. Beberapa kali dia jatuh saat latihan, Chi lagi gak ada di lokasi. Hanya mendengar ceritanya dan melihat sepatu serta wearpacknya yang tergores. Terakhir kali jatuh saat latihan di Sirkuit Sentul Besar. Sampai ada bagian di helm yang copot dan gores, perlengkapan lain juga rusak, bahkan motornya pun sampai gak bisa dikendarai. Harus dibenerin dulu, deh. Kalau gak salah dia berhenti latihan sampai hampir 2 bulan karena motor rusak. Itulah kenapa penting banget memakai perlengkapan yang tidak hanya nyaman, tetapi juga harus aman.
Perlengkapan Balapan dan Diet
"Bun, Keke butuh sepatu balap baru, tuh." Chi cuma diam saat K'Aie ngomong gitu. Beberapa hari lalu, Keke bilang sliding padnya udah habis. Sarung tangan juga udah harus ganti baru. Sekarang ngomongin sepatu balap. Usianya belum pada genap setahun 😅
Ada juga yang bertanya, bagaimana balapan motor kalau pakai kacamata? Bisa, kok. Asalkan pakai kacamata yang pas aja. Kalau kata Keke, kacamata yang enak buat balapan itu yang gagang di bagian telinganya bengkok. Kalau yang bentuknya lurus, gak nyaman karena mudah bergerak.
Gak harus mahal juga, tetapi yang penting nyaman. Kacamata yang biasa Keke pakai saat balapan motor bukan kacamata yang sehari-hari dipakai. Harganya juga jauh lebih murah daripada yang biasa dia pakai. Tetapi, memang nyaman kalau buat balapan.
Kalau kacamata memang masih bisa pakai yang murah. Tetapi, untuk perlengkapan balap harganya termasuk lumayan. Memang di pasaran harganya bervariasi, tetapi sebaiknya jangan yang murah meriah juga harganya. Bukannya apa-apa , balap motor kan termasuk olahraga dengan risiko tinggi. Cari perlengkapan yang bener-bener aman untuk meminimalkan risiko.
Cari barang second pun gak masalah. Asalkan masih bagus kualitasnya. Kayak wearpack dan helm pertama Keke semuanya second. Tetapi, semuanya masih bagus kualitasnya. Wearpack pertama Keke itu kan bekas pembalap Honda. Jadi meskipun second, kualitasnya bagus. Untuk wearpack second waktu itu harganya Rp5,5 juta. Sedangkan helm Arai second harganya Rp4 juta.
Di sini, Keke masih dianggap gemuk. Harus menurunkan berat badan 12-15 kg
[Silakan baca: Taekwondo Tournament]
Keke semakin rutin olahraga lari. Bersepeda dan lari memang paling dianjurkan. Masih juga ditambah dengan latihan taekwondo. Pola makannya juga semakin dikontrol. Tidak sekadar makan sehat, tetapi porsinya juga diperhatikan. Nasinya diganti dengan nasi merah. Cuma, sejak pindah rumah aja belum makan nasi merah lagi. 😄
Btw, akhir-akhir ini Keke minta didaftarin lagi ke 43 Racing School. Apalagi sekarang sekolah ini punya materi baru yang belum ada saat Keke belajar di sana. Tetapi, nanti dulu, ya. Sekarang bener-bener fokus untuk UNBK aja dulu. Lagipula ikut beberapa lomba aja dulu buat memperbanyak pengalaman 😁
Di bawah ini video angkatan Keke (batch 10). Dokumentasi milik 43 Racing School. Setiap batch kayaknya bakal dibikinin video juga. Bila teman-teman tertarik untuk belajar balap di sini atau ingin mencari info lebih lanjut, silakan follow akun Instagram @43racingschool
55 Comments
Haduuuh anak cowok itu full adrenalin ya. Hati2 ya Keke, biar lambat asal selamat. Loh?! Anakku aja (cewek sih) udah kuliah masih aku antar jemput, padahal udah aku beliin motor. Kalau nggak bisa jemput, tak suruh naik gojek. Dulu dia ikut Taekwondo. Kalau pas pertandingan nggak ada bapaknya, aku yg antar dan akutu nggak mau masuk ke arenanya, cuma nungguin di luar. Kalau ada bapaknya, aku nggak mau ikut ngantar. Alhamdulillah sekarang udah nggak taekwondo lagi. Laaaah kok malah alhamdulillah?
ReplyDeletehehehe memang bikin deg-degan ya, Mbak
Deletebelajar dg ahlinya ya, jd diajar cara yang benar ya dan diawasi
ReplyDeleteBuka list BW, postingan ini yg kubaca pertama. Aku tertariiiik banget sama Keke sejak pertama dirimu post di FB (kalau ga salah sekitar tahun lalu ya?) tentang Keke sekolah balap. Dan walaupun ini postingan panjaaaang sekali, aku baca sampai selesai! Keke yang semangat ya sekolah formalnya, biar bisa ikutan sekolah balap lagi!
ReplyDeleteTerima kasih banyak ya, Mbak :)
DeleteAllhamdulillah udah cape2 latihan balap dikasih makanan yang enak RM Sederhana :-D tadi aku lihat fotonya lgs ketawa kirian mau ikutan balapan juga.
ReplyDeleteSemangat Keke latihannya biar jadi pembalap jagoan
Makan enaknya yang paling ditunggu hehehe
DeleteAduhh mbaaa, saya belajar banyak banget di blog ini.
ReplyDeleteBelom bisa bayangin kalau anak saya juga ingin bercita2 jadi pembalap.
Sereemmm mba hihihi.
Tapi emang kalau udah minatnya, sebaiknya didukung ya, biar lebih positif ga asal balap2 liar aja :)
Sukses yaaa kakak Keke
Ya intinya terus mendukung passion anak. Tetapi, tentunya harus sesuai kemampuan juga
DeleteWah ternyata ada ya racing school. Baru tau mba hehe semoga minat dan passion Nai dan Keke bs terbangun dan mengukir prestasi yaa
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
DeleteDuh mak cie nyalimu kuat juga ya dgn memberikan ijin si kaka utk jd pembalap. Hebat, smoga si kaka bs ikutan Moto GP suatu hari nanti 😍
ReplyDeleteAamiin. Ya paling gak dia gak kebut-kebutan untuk balapan liar, Mbak :D
DeleteDaku baca artikel ini kek lagi baca buku biografinya valentine Rossi, karena dia juga dari kecil belajar racing-nya
ReplyDeletekebanyakan memang latihannya justru sejak kecil
DeleteWaaa Keke hebat banget, sudah ketemu hobby yang menyenangkan.
ReplyDeleteEmang sih untuk jadi pembalap harus totalitas ya Mbak Myr. Terkadang kalau akan ada pertandingan sekolah juga harus dikorbankan. Kalau aku membayangkan seperti Mbak Myra, pastinya juga akan terpojok di pilihan yang sulit :)
Iya, Mbak. Belum bisa totalitas banget. Karena saya masih galau antara pendidikan dan passionnya
DeleteKeke kok keren banget sih, mainannya laki banget dong! Balapan. Semoga nanti bisa jadi pembalap handal yaa.. sabar-sanar Mbak Myra. Pulang-pulang Keke dah jadi pembalap. Hihi
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin :)
DeleteSemangat ya Keke semoga menjadi pembalap yang handal. Eh salut juga sama mamanya, support terus anaknya.
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Mbak :)
DeleteAaak samaaa. Aku jg sebel banget liat anak kecil2 bawa motor di jalan. Pengen jitakin emak bapaknya yg kasih izin sungguh. Mending diarahin ke sekolah gini sekalian yak kl emang suka. Drpd ga jelas di jalan
ReplyDeleteRisikonya jauh lebih tinggi kalau balapan liar, ya
DeleteMinat Keke jd pembalap terarah betul nih, beruntungnya keke
ReplyDeleteOrang tuanya juga jadi aman Keke gak turun ke asal jalan raya
iya, Mbak. Daripada sruntulan gak jelas di jalan
DeleteBerat badan si keke bisa turun 12kg kalau itu apa mba rahasianya hihi. Semoga keke bisa mewujudkan impiannya ya di sekolah balap ini.
ReplyDeleteSalah satunya mengganti beras putih ke beras merah, Mbak
DeleteAku masih parno kalo anak mau belajar naik motor. Apalagi jadi pembalap. Kayaknya nanti aja saat mereka sudah lulus SMA, baru boleh belajar naik motor.
ReplyDeleteGak apa-apa, Mbak. Setiap orangtua pasti punya pertimbangan masing-masing
DeleteDuuuuh, kadang sebagai emak kitanya deg-degan ya Mbaak, sama pilihan hobi anak. Tapi semoga dengan dukungan kita, hobi mereka jadi positif dan meminimalisasi hal-hal yang negatif ya Mbak Myr....
ReplyDeleteLuar biasa mba Chi, mengijinkan Keke ikut balapan motor. Semoga Keke tetap semangat sekolah juga.
ReplyDeleteNah aku diprotes anak sulungku. Katanya, ibu waktu masih muda sering ke gunung. Tapi waktu dirinya minta ijin mendaki ke Lawu nggak diijinkan. Ibu curang katanya, hihihii
ibu-ibu suka lebih khawatiran, ya ehhehe
DeleteWow ternyata lumayan juga ya biaya sekolah pembalap. Tapi salut Mbak Myra dan suami memfasilitasi Keke, ketimbang anaknya makai motor di jalan umum kan?
ReplyDeleteBaru tau kalau motor2nya pun ada 3 macam, aku kira ya motornya sama semua buat latihan balap ini :D
Iya Pril, daripada dia ikut balapan liar
DeleteWah, perlengkapannya banyak juga ya Chi. Lumayan juga menguras kantong. Demi anak memang kudu diikhtiarkan nih. Keke, semoga bisa jadi pembalap handal ya. Tapi jangan lupa dengan sekolahnya dulu, bentar lagi UNBK kan yaaa...
ReplyDeleteKarena harus bener-bener aman, Mbak. Makanya peralatannya lumayan banget
DeleteDuh, Keke keren. Hobinya cowok banget. Aku kalo jadi abege pasti ngefans deh sama Keke. Hehehe... tetap selalu utamakan safety, ya. Walopun seru, hobi ini sangat berisiko tinggi. Aku gak kebayang kalo anakku yang cowok ada yang ikut racing kayak gini. Tiap dia racing, pasti dek-dekan terus. MakChi tabah bangeeet :D
ReplyDeleteMakanya dimasukin ke sekolah bapal. Biar paham tentang safetynya. Gak cuma kebut-kebutan :D
DeletePassion yang ditekuni dengan serius pasti ada hasilnya.. Keke semangaaat ya. Suamiku yang seneng bangeeet dengan balapan mbaa.. sampai sekarang masih suka kebut-kebutan dan senengnya motor CC besar
ReplyDeleteKeren! Semangat ya, Mbak
DeleteDuh seru banget, jadi ngebayangin andai anakku bisa ikutan sekolah balap disana pasti bapaknya seneng banget hehe soalnya yg suka balap bapaknya 😋
ReplyDeleteYuk dukung, Mbak hehehe
DeleteAku kok ikut deg-degan yaa...ketika passion anak sudah mulai fokus pada satu hal tertentu.
ReplyDeleteBukan dari segi materiil, tapi balapan kan yaa...emm, lumayan besar juga resikonya.
Gak kebayang bagaimana kesan kak Chi pertama kali saat Keke tertarik di bidang ini.
Kesan pertama ya deg-degan. Galau antara mendukung dan enggak ahhaha
DeleteWah keke semoga semakin jago ya membalapnya. Kalau soal motor di tempat saya malah ada taman bermain yang nyewain motor kecil matic gitu buat anak-anak. Jadinya kayaknya mereka sekalian belajar naik motor. Cuma ya namanya anak-anak pasti kontrolnya beda dong ya
ReplyDeletePasti, Mbak. Tetapi, kan, bisa terus berlatih.
DeleteSalut sama Ayah Bundanya..kalau itu anakku yang minta jadi pembalap mungkin berpikir seribu kali dulu huhuhu. Maka, bisa jadi pembelajaran buatku juga nih...passion anak itu jika diarahkan dengan dukungan optimal bisa jadi solusi untuk menggali potensi yang dimiliki.
ReplyDeleteSukses ya Keke!
Penasaran kacamata yang dipakai buat balapan itu sama dengan kacamata yang biasa dipakai buat main arung jeram itu ya? Yg gagangnya melengkung banget sampai ke belakang gtu ya mbak?
ReplyDeleteKacamata biasa sebetulnya, Pril. Cuma gagangnya memang enakan yang melengkung kalau pakai helm
DeleteAku mah suka degdegan kalau lihat anak-anak suka balapan motor, tapi seru ya kalau memang hobi dan apalagi ada sekolah khususnya. SOalnya nih adik iparku juga masih suka balapan motor di sirkuit.
ReplyDeleteIya bikin deg-degan. Apalagi kalau sampai crash atau tabrakan. Tapi, kalau disekolahin juga belajar tekniknya
Deletebaru tau mbak ada sekolahnya juga ya ternyata buat balapan kayak gini. aku jadi deg2an nanti anak laki ku punya hoby balapan apa gak ya, hihihi..
ReplyDeleteAda beberapa sekolah balap. Tinggal pilih aja mana yang cocok
DeleteDaripada ugal ugalan gak jelas di jalan rayamending arahin ke sekolah balap siapa tau bisa banggain Indonesia di dunia balap. Anak cowo jugabisa mencari jati dirinya tanpa harus ugal ugalan. Dukung bgt lah ada sekolah racing seperti ini
ReplyDeleteSetidaknya hobinya tersalurkan di tempat yang benar
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^