Budaya Membaca Hingga Tuntas

By Keke Naima - February 23, 2016

Budaya Membaca Hingga Tuntas 

Budaya Membaca Hingga Tuntas - Yang namanya pro-kontra sepertinya ada trendnya. Ya, mungkin ini cuma perasaan Chi aja. Tapi, akhir-akhir Chi mulai sering melihat pro-kontra tentang kegiatan calistung bagi anak balita.

Membahas tentang boleh atau tidak mengajarkan anak membaca, Chi punya 2 tips jitu. Setidaknya jitu bagi Keke dan Nai karena sudah membuktikan. Kalau teman-teman mau mencoba, silakan baca postingan Chi yang berjudul "2 Tips Jitu Mengajarkan Anak Membaca."

Oke, setiap orang tua punya pertimbangan sendiri tentang kapan anak boleh diajarkan membaca. Silakan aja. Kita gak bisa menerapkan standar yang sama untuk setiap keluarga. Tapi, membahas tentang membaca, sebetulnya akhir-akhir ini Chi lagi agak 'gerah'


literasi membaca di indonesia

Teman-teman pernah lihat poster di atas? Kabarnya, gak sampai 12 jam sudah banyak sekali yang share. Hingga artikel ini dibuat, sudah sekitar 1800-an yang share dan lebih dari 1.200 yang komen. Apa pendapat teman-teman ketika melihat poster di sebelah kiri itu? Jangan melihat status di sebelah kanannya karena itu sudah diedit total sama si pemilik status.

Aslinya, Dian Pratama (yang membuat status viral itu) menulis dengan sangat panjang dan tidak seperti yang terlihat di screenschot itu. Gambar yang Chi upload ini, statusnya sudah diedit semua sama dia. Tapi ada cara untuk melihat tulisan awalnya. Caranya, di pojok kanan atas yang ada panah ke bawa itu diklik. Lalu pilih opsi view history. Nah, kelihatan tulisan awalnya, deh.

Kalau teman-teman penasaran, silakan mampir ke akunnya. Tapi yang mau Chi bahas di sini adalah Chi setuju dengan pendapat Dian Pratama ini. Chi punya rasa keprihatinan yang sama dengan dia. Saat ini, rasanya semakin banyak saja warga social media yang menggampangkan share. Seringkali bikin lelah membaca karena selalu diiringi dengan caption yang emosi.

Oke ... oke ... Chi lebih sering gak menanggapi kalau yang seperti itu. Paling sesekali aja kalau udah gregetan sampe ke ubun-ubun hahaha.  Kalau share bisa sangat mudah, begitu halnya dengan hide. *tinggal klik doang* Biasanya Chi lebih memilih untuk hide post kalau melihat yang seperti itu.

Ya, share memang mudah. Tapi saking mudahnya sampai kita lupa untuk 'THINK'. Think before you share. Bahkan kata 'think' juga bisa berarti ...


T - is it True?
H - is it Helpful/Hurtful?
I - is it Inspiring/Illegal?
N - is it Necessary?
K - is it Kind?

THINK. Ya ... THINK ... Yuk, kita sama-sama renungkan lagi. 

Baru baca judul, udah langsung share. Padahal kita juga sadar kalau zaman sekarang makin banyak judul berita yang heboh tapi isi gak nyambung. Tapi entah gimana, tetep aja kita main share. Salah satu contoh adalah heboh tentang Loom Band. Beramai-ramai orang share tentang hal ini tanpa cek dan ricek terlebih dahulu. (Silakan baca: Biasakan Cek dan Ricek, Nak)

cek ricek untuk berita hoax

Gak cuma judul, sih. Seringkali cuma lihat foto atau gambar yang diupload juga kita langsung share. Lihat contoh foto yang Chi upload di atas. Rumah ibu yang kebanjiran itu juga sempat viral beberapa waktu lalu.  1 foto dipakai beramai-ramai berbagai media dengan berita yang berbeda. Jadi sebetulnya ibu itu rumahnya di mana?

Lucu memang melihat gambarnya. Chi pun sempat ngakak. Tapi ngakak miris begitu, deh. Dan foto hoax seperti itu sering terjadi. Salah satu yang sempat bikin Chi gregetan adalah tentang seorang calon ibu muda yang wafat karena pre-eklamsia. Tapi kemudian diberitakan oleh salah satu media kalau calon ibu itu wafat karena memakai pemutih wajah sembarangan. Dan kalau ditelusuri, semua berawal dari salah satu komentar yang sok yakin banget kalau almarhumah wafat karena pakai pemutih wajah sembarangan hanya karena melihat foto yang diupload suami almarhumah saat sedang koma di rumah sakit. Hadeeeuuuhh ... -_-

mencari informasi melalui google

Padahal ngecek foto itu gampang, lho. Segampang kita telusuri berita dengan memasukkan kata kunci. Lihat gambar di atas? Klik ikon kamera lalu upload foto yang mau dicek. Atau paste URLnya juga gak apa-apa. Nanti bisa dilihat, kok, apa foto di berita itu benar atau hoax. Pokoknya Google itu termasuk gudang informasi. Tapi harus hati-hati, gak semua informasi langsung dipercaya. Biasakan untuk memfilter, lah.

Seperti beberapa waktu lalu saat kejadian kebakaran hutan di Sumatera. Okelah kita sama-sama prihatin. Seharusnya ada yang bertanggung jawab dan jangan sampai kebakaran hutan terus terjadi. Tapi juga jangan sampai percaya dengan berita hoax. Chi pernah cek salah satu foto, gak taunya itu foto kebakaran hutan di negara lain yang sudah terjadi sekian tahun silam. Sekarang ini pun semakin banyak netizen yang utak-atik foto seolah-olah kejadian tersebut benar-benar terjadi. Hati-hati, ya, jangan langsung percaya.

Susah juga menduga-duga apa tujuan dari berita yang dishare setengah-setengah atau malah hoax. Dian Pratama, jelas mengakui kalau dia sedang melakukan social eksperiment. Dan, memang terbukti, kan? Banyak netizen yang cuma sekadar lihat gambar atau baca sepotong tapi langsung share bahkan sambil mencak-mencak. Atau malah ada juga kita yang secara sadar/tidak membuat caption yang gak sesuai dengan berita. Hanya karena kita gak suka aja dengan berita tersebut. Kalau kayak begini termasuk pembohongan publik juga kayaknya walaupun kesannya sepele. Ayolah, kita gak perlu melakukan itu hanya supaya orang lain sependapat dengan kita.

Memang ada juga membuat berita heboh dengan tujuan tertentu. Contohnya kalau ada fanpage selalu bikin berbagai status viral yang mengundang emosi. Kabarnya, setelah fanpage tersebut jadi banyak yang like dan comment, fungsinya langsung berubah. Bisa jadi toko online atau fanpage artis pendatang baru. Entah benar atau tidak, tapi sesuatu yang berpotensi memancing emosi manusia memang paling cepat menyebar, deh. Paling mengundang perhatian.

Dan jangan lupakan, ketika ada 2 pihak yang berpro-kontra, biasanya suka ada pihak ketiga yang ingin mengompori suasana. Biasanya sadar atau tidak yang gampang share secara emosi adalah yang paling dimanfaatkan ;)

Hati boleh panas, Chi pun masih suka begitu kalau baca berita yang gak disuka. Tapi, berusaha untuk gak share atau beropini saat masih emosi tinggi. Mungkin ada kalanya ini jari-jari harus diplester. Pengalaman pribadi Chi yang beberapa kali tangannya alergi. Ketika diplester, mau internetan di hape susah, uy! Hehehe ... Atau cukuplah kita minum kopi dulu sejenak buat menenangkan pikiran. Atau terserah aja mau ngapain yang penting jangan ngegampangin share. Ada kalanya perlu sedikit ribet karena menelusuri satu per satu asal berita. Tapi daripada salah? Ketauan banget, kan, jadinya kalau kita termasuk orang yang gampang terpengaruh. Akan ada banyak mata yang menilai dirimu. Seperti apa teman-teman mau dikenal oleh lingkungan sekitar? :)

Ketika masih kecil, orang tua ingin anak-anak bisa membaca. Terlepas dari berbagai pendapat kapan tepatnya anak sudah boleh diajarkan membaca. Tapi dengan apa yang terjadi sekarang, rasanya bisa membaca saja belum cukup.

Yakin kalau anak sudah paham dengan isi buku cerita yang dibaca? Jangan-jangan hanya sekadar membaca. Sepertinya membaca hingga tuntas harus dibiasakan. Dan seringkali pula Chi membahas buku yang sedang atau sudah dibaca oleh Keke dan Nai. Biar tau bagaimana pendapat mereka tentang buku yang dibaca. Apalagi Keke dan Nai, kan, anak generasi digital. Chi sedikitpun gak berharap mereka akan menjadi anak-anak yang ngegampangin share tanpa dibaca. Semoga itu gak terjadi. Aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

29 comments

  1. Sebaiknya di pastikan dahulu kontennya. DIbaca dahulu sampai selesai. Setunu eh setuu bangeds bunda.

    ReplyDelete
  2. aduh bener banget mbak, saya memilih kalem-kaleman aja di fb. Yang di sharing artikel sendiri aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau sharing artikel sendiri, lebih tau isinya, ya :)

      Delete
  3. La ini salah satu kebiasaan buruk asal main share aja sebelum tau berita yg benee armtau kejelasannya. Budaya males baca sampe tuntas ini.bikin kita jd ga cerdas bersosmed ya akhirnya

    ReplyDelete
  4. setuju mak chi ^^ sekarang jdul berita sama isi gak nyambung huhuhu

    ReplyDelete
  5. aih baru tahu bisa ngecek foto di gugel *kudet*
    iya, suka sebel dg orng2 yg main share aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak cuma untuk cek berita hoax, sih. Kadang saya cek siapa tau ada foto saya yang disalah gunakan :D

      Delete
  6. Iya mbak Myra, harus tahu sumber beritanya dulu baru percaya, jaman sekarang banyak berita heboh tapi ternyata bohong ya :)

    ReplyDelete
  7. Nah, ini nih, salah satu kebiasaan buruk orang sini.Paling sebel tuh yang judulnya bombastis (apalagi kalo endingnya dikasih titik-titik biar misterius) tapi isinya zonk. Makanya cek dan ricek, lalu baca sampe kelar biar tau itu layak dishare apa nggak.

    Oiya, btw salam kenal ya mbak, pertama kali melipir ke sini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal kembali. Terima kasih sudah mampir :)

      Delete
  8. jagankan share ulang, dibaca aja jarag kalau aku biasanya lgs delete kalau di broadcast

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya tuh kalau di WA suka panjang-panjang broadcastnya

      Delete
  9. wehehee.. iya emang sering pas di sosmed ada berita yang judulnya menjebak dan akhirnya ketika dibuka hasilnya cuma "ealah"
    biasakan membaca dhulu sblum share (y)

    ReplyDelete
  10. ini yang harus kita perhatikan sebenarnya dalam mengambil tindakan harus ada kebijakan :)

    ReplyDelete
  11. Emang banyak banget, mbaa. Main kirim, langsung komen tanpa membaca dengan jelas isi sebetulnya apa. Lalu nggak ada yang ngecek pula. mau dtarik dari peredaran, kayaknya nggak mungkin. Terima kasih sudah berbagi, mba

    ReplyDelete
  12. itu memang menjadi problem kita ya mba..tidak membaca hingga tuntas tapi lalu sok tau :)

    ReplyDelete
  13. Selalu mawas diri kalo di socmed. Harus membaca benar-benar satu berita lalu mikir mau share apa nggak. Gitu juga dengan meme. Sebal banget memang kalo ada yang share berita tapi kok nggak benar ya.

    ReplyDelete
  14. Prihatin banget, apalagi yang di share situs abal-abal yang mengarah ke tindakan provokatif. Kalau aku sih gak bakalan aku baca.

    ReplyDelete
  15. Mungkin karena membaca belum membudaya untuk kalangan bangsa kita, ya?

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^