Presentasi, Cara Meyakinkan Orang Tua untuk Membelikan Sesuatu
By Keke Naima - April 09, 2023
Saat pandemi, Chi lihat salah satu postingan Indra Brasco yang
menceritakan tentang Mima, putri sulungnya. Menurutnya, putrinya ini sejak
SMP selalu membuat proposal ketika ingin meminta sesuatu. Kemudian
dipresentasikan di depan ayah dan ibunya, Mona Ratuliu.
Di konten itu terlihat putrinya sedang mempresentasikan keinginannya
dibelikan iPad untuk keperluan kuliah. Ada layar tv yang memperlihatkan
proposal permintaannya.
Ternyata mirip dengan yang selama ini Keke dan Nai lakukan, Memang gak
sampai bikin proposal trus kemudian dipresentasikan menggunakan layar.
Etapi, pernah sekali waktu Keke menulis surat permohonan via email supaya
dibolehin pindah sekolah.
Terkadang Chi suka terlintas di pikiran kalau kami kayak agak ribet
memenuhi keinginan anak. Tapi, Chi langsung nyengir melihat konten di IG
Indra Brasco. Ternyata gak hanya keluarga kami yang kayak gitu
hehehe.
Harus Ada Alasan Kalau Mau Minta Sesuatu
Kebiasaa ini gak terjadi sejak Keke dan Nai remaja. Malah dari mereka
masih kecil. Contohnya dulu ada tuh permen yang bentuknya kayak lipstik.
Dijual di minimarket. Chi lupa nama merknya. Tapi, gak pernah ngebolehin
mereka beli permen itu.
Bentuknyanya kegedean. Chi yakin banget gak bakal habis. Karena pernah
beberapa kali beli lolipop, gak dihabisin. Keke dan Nai cuma penasaran
sama rasanya. Setelah itu gak dihabisin. Ya mungkin karena mereka juga
jarang makan permen. Jadi sebetulnya gak nagih banget, cuma kepengen
nyobain.
Karena gak pernah habis, Chi udah gak ngasih beli permen lagi. Tentu aja
mereka terus merayu supaa bisa dibeliin, dong. Terjadilah perdebatan
antara bunda dan anak-anaknya hahaha.
Perdebatan di sini bukan berarti ambek-ambekan, ya. Tapi, kayak negosiasi
gitu. Keke dan Nai menjelaskan alasan pengen beli permen tersebut. Chi pun
memberi alasan juga kenapa menolak permintaan mereka.
Keke dan Nai selalu dibiasakan mengutarakan alasan bila ingin sesuatu.
Ayah dan bundanya gak mau terima jawaban, "Ya, pengen aja." Udah pasti
langsung ditolak deh permintaan mereka.
Chi dan K'Aie juga gak menerima alasan karena lagi tren. Semua teman
punya. Oh tidak bisaaaa! Selama belinya masih pakai uang orangtua, gak
bisa membeli sesuatu hanya karena ikut-ikutan.
Oiya, waktu mereka kecil juga hampir gak pernah minta sesuatu sampai nangis gugulingan di lantai atau jalan kalau permintaannya gak dipenuhi. Wah! Malah makin gak dikasih kalau ngedrama kayak gitu. Jadi kayaknya lama-lama Keke dan Nai pun sadar, percuma aja minta sesuatu sambil ngamuk. Karena malah gak bakal dipenuhin. Kapan-kapan Chi ceritain lebih detil tentang ini, ya.
Oiya, waktu mereka kecil juga hampir gak pernah minta sesuatu sampai nangis gugulingan di lantai atau jalan kalau permintaannya gak dipenuhi. Wah! Malah makin gak dikasih kalau ngedrama kayak gitu. Jadi kayaknya lama-lama Keke dan Nai pun sadar, percuma aja minta sesuatu sambil ngamuk. Karena malah gak bakal dipenuhin. Kapan-kapan Chi ceritain lebih detil tentang ini, ya.
Belajar Membedakan Mana Kebutuhan dan Keinginan
Tujuannya sebetulnya supaya mereka paham mana kebutuhan dan keinginan.
Bukan berarti gak boleh mengeluarkan uang untuk keinginan, ya. Tapi,
setidaknya mereka tau prioritas. Harapan kami ketika nanti anak-anak punya
uang sendiri udah lebih bisa mengelola dengan bijak. Aamiin Allahumma
aamiin.
Di awal, Chi bilang kalau Keke pernah menulis surat permohonan pindah
sekolah via email. Kejadiannya saat baru masuk SMA. Di proposal itu dia
beralasan gak betah dengan sekolahnya. Tapi, kami merasa penyebab Keke gak
betah karena gak ada satupun teman SMPnya yang sekolah di sana. Karena
kami kan baru pindah rumah.
Setelah surat permohonannya dibaca, kami pun berdiskusi dengan Keke.
Lumayan alot juga diskusinya. Keke mengemukakan beberapa alasan, kami pun
punya beberapa pertimbangan. Keputusannya, Keke gak jadi pindah
sekolah.
Kami juga pernah berdiskusi panjang ketika Keke ingin membeli smartphone.
Dia pengen beli yang harganya di atas bujet yang kami tentukan. Katanya,
nambah pakai uang jajannya. Ya meskipun pakai uang pribadi, tetap merasa
perlu didiskusikan. Membiasakan anak-anak untuk gak konsumtif.
Pertimbangkan dulu ketika ingin beli sesuatu. Apalagi yang harganya
mahal.
[Silakan baca: Menggunakan uang Pribadi, Salah Satu Literasi Keuangan yang Efektif untuk Anak]
[Silakan baca: Menggunakan uang Pribadi, Salah Satu Literasi Keuangan yang Efektif untuk Anak]
Mengajarkan Anak untuk Tidak Konsumtif
Dulu, mamah Chi pernah bilang kalau terkadang suka sulit menolak
permintaan anak. Kalau bilang gak punya uang, biasanya anak suka bingung
lihat orangtuanya belanja. Katanya gak punya uang, tapi belanja? Akhirnya
(terpaksa) diturutin deh permintaan anak.
Nah, Chi dan K'Aie gak mau begitu ke anak-anak. Balik lagi ke cerita
tentang permen. Ketika menolak permintaan Keke dan Nai untuk beli permen,
Chi jelasin alasannya.
Pokoknya sebisa mungkin gak pernah menjadikan alasan gak punya uang untuk
menolak permintaan anak. Kecuali memang beneran gak punya uang. Selain
itu, biar mereka juga belajar menghargai uang. Sereceh apapun harus
dihargai.
Nai pernah minta dibeliin kamera polaroid. Setahun lebih permintaannya baru dikabulkan. Ya terkadang bisa lama, bisa juga cepat. Tergantung apa yang diminta oleh anak. Beberapa kali juga permintaan mereka kami tolak.
Keke dan Nai sudah mulai peduli dengan kesehatan kulit wajah. Udah mulai pakai skincare sejak remaja. Beda banget sama bundanya yang baru nyadar setelah kepala 3. K'Aie juga sama cueknya hahaha.
Nai pernah minta dibeliin kamera polaroid. Setahun lebih permintaannya baru dikabulkan. Ya terkadang bisa lama, bisa juga cepat. Tergantung apa yang diminta oleh anak. Beberapa kali juga permintaan mereka kami tolak.
Keke dan Nai sudah mulai peduli dengan kesehatan kulit wajah. Udah mulai pakai skincare sejak remaja. Beda banget sama bundanya yang baru nyadar setelah kepala 3. K'Aie juga sama cueknya hahaha.
Tapi, Nai suka beli skincare yang harganya lumayan mahal. Chi beberapa
kali nyaranin cobain yang lebib murah, seringkali ditolak Nai dengan
berbagai alasan. Konsekwensinya, dia nambahin pakai uang pribadinya.
Sejauh ini dia oke aja, sih. Tetap ada yang bisa ditabung dan buat
jajan.
[Silakan baca: Tips Merawat Kulit Wajah Agar Tidak Berjerawat untuk Remaja]
[Silakan baca: Tips Merawat Kulit Wajah Agar Tidak Berjerawat untuk Remaja]
Bahkan untuk kepentingan sekolah juga gitu. Misalnya ketika Keke meminta
uang untuk buku pelajaran kuliah. Buku-buku kuliah tuh banyak yang mahal.
Tapi, kami gak langsung kasih begitu aja uangnya, lho. Kami suka tanya ada
yang jual bekasnya, gak? Ada teman yang punya trus bisa dipinjem?
Memungkinkan gak pinjem ke perpustakaan?
Kalau ternyata gak ada, baru deh kami kasih uang buat beli buku baru.
Masa' iya kami tunda lama untuk keperluan belajar. InsyaAllah biayanya ada
kalau untuk pendidikan. Aamiin Allahumma aamiin.
Entah ya apa bagi beberapa orang prinsip kami ini ribet atau enggak.
Tapi, kami merasakan manfaatnya. Alhamdulillah Keke dan Nai bukan anak
yang konsumtif. Gak ngegampangin minta ke orangtua trus ngambek kalau gak
dikasih.
Keke dan Nai udah terbiasa mempresentasikan apa yang
diinginkan/dibutuhkan. Kalau disetujui tentunya seneng banget. Tapi, kalau
ditolak pun biasa aja. Alhamdulillah.
0 comments
Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^