Tentang Review Jujur. "Hai, Gaeeessss! Kali ini gue mau review jujur tentang produk X yang lagi dipakai banyak orang."
Beauty vlogger ini pun mereview produk tersebut dari mulai kemasan, wanginya, cara pemakaian, dan lain sebagainya. Ya, seperti beauty vlogger pada umumnya, lah. Tetapi, yang menjadi pertanyaan Chi adalah ucapan tentang review jujur. Apa itu review jujur?
Ketika Chi scroll komen-komen di vlog tersebut, rupanya ada yang bertanya hal yang sama. Kemudian mendapatkan jawaban kalau review jujur artinya review sukarela alias bukan barang endorse atau tidak bekerjasama dengan brand tersebut.
Gak cuma sekali Chi melihat ada yang mereview dengan caption review jujur. Bahkan di salah satu akun IG artis ternama pun Chi pernah baca seperti itu. Rasanya agak gimana gitu untuk Chi pribadi.
Hmmm... Sebentar, sebentar.... Sebelum menyatakan setuju atau tidak dengan penjelasan tersebut, mendingan cek arti kata jujur di KBBI dulu.

Nah, jelas banget kan pengertian jujur dalam KBBI? Dan lawannya jujur berarti bohong. Lantas apakah para blogger, vlogger, atau social media influencer lainnya yang sedang review produk kerjasama dengan berbagai brand sedang melakukan kebohongan? Sebelum menjawab itu, mending ketahui beberapa hal di bawah ini dulu, yuk!
Jangan Samakan dengan Istilah KBBI
"Kalau berdasarkan KBBI memang begitu, tetapi kan ini maksudnya untuk membedakan tulisan sponsor atau bukan."
Kira-kira ada yang beranggapan seperti itu gak, ya? Jadi begini... Mungkin bagi kita yang berkecimpung di dunia ini bisa paham apa yang dimaksud dengan review jujur. Tetapi, bagaimana dengan orang awam? Jangan sampai malah jadi boomerang untuk diri sendiri kalau sampai ada yang menganggap bahwa kita sedang membuat review bohong kalau tidak ada keterangan review jujur.
Terikat Surat Perjanjian Kerjasama
Blogger, vlogger, atau social media influencer lainnya juga udah paham,
ya kalau setiap kali bekerjasama dengan brand tertentu ada yang namanya
perjanjian kerjasama. Ya memang gak semua kerjasama ada Surat Perjanjian
Kerjasama (SPK). Ada juga yang hanya berdasarkan diskusi di email atau
whatsapp. Tetapi, apapun itu tetap aja ada syarat dan ketentuan yang harus
dipenuhi oleh kedua pihak.
Kalau ada yang beranggapan sponsored post isinya puji-pujian melulu tanpa kritik, bukan berarti sedang melakukan kebohongan. Bisa jadi memang klien menginginkan 100% review positif. Kalau ada kritikan atau masukan, cukup secara intern aja. Ya memang gak semua brand seperti itu juga. Ada yang tetap membolehkan kasih masukan. Nah tentunya dengan bahasa yang baik buka niatan untuk menjatuhkan.
[Silakan baca: Michiyo Ramen - Enak, Sehat, Halal, dan Kekinian]
Secara pribadi, mau itu review berbayar atau enggak, Chi memang hampir gak pernah kasih kritikan keras. Malah kayaknya gak pernah, kecuali protes kualitas salah satu provider melalui Twitter hihihi. Ya itupun setelah melewati beberapa protes yaitu menelpon dan email. Protes keras via Twitter menjadi upaya terakhir. Itupun awalnya via DM dulu. Tetapi, kalau protes keras lewat blog atau vlog terhadap brand apapun sepertinya belum pernah.
Chi justru lebih berhati-hati ketika melakukan protes. Selama bisa ditoleransi ya udah. Lebih baik memberi masukan dengan baik kalau memang dirasa perlu.
Kembali lagi tentang perjanjian kerjasama, jadi kalau ada satu sponsored post yang isinya positif semua jangan langsung menuding kalau si penulis melakukan kebohongan. Pahami dulu tentang perjanjian kerjasama. Begitupun ketika menulis review yang bukan sponsored post. Bukan berarti kita bisa menulis seenaknya. Tetap memegang prinsip kehati-hatian ketika menulis, ya.
Kalau ada yang beranggapan sponsored post isinya puji-pujian melulu tanpa kritik, bukan berarti sedang melakukan kebohongan. Bisa jadi memang klien menginginkan 100% review positif. Kalau ada kritikan atau masukan, cukup secara intern aja. Ya memang gak semua brand seperti itu juga. Ada yang tetap membolehkan kasih masukan. Nah tentunya dengan bahasa yang baik buka niatan untuk menjatuhkan.
[Silakan baca: Michiyo Ramen - Enak, Sehat, Halal, dan Kekinian]
Secara pribadi, mau itu review berbayar atau enggak, Chi memang hampir gak pernah kasih kritikan keras. Malah kayaknya gak pernah, kecuali protes kualitas salah satu provider melalui Twitter hihihi. Ya itupun setelah melewati beberapa protes yaitu menelpon dan email. Protes keras via Twitter menjadi upaya terakhir. Itupun awalnya via DM dulu. Tetapi, kalau protes keras lewat blog atau vlog terhadap brand apapun sepertinya belum pernah.
Chi justru lebih berhati-hati ketika melakukan protes. Selama bisa ditoleransi ya udah. Lebih baik memberi masukan dengan baik kalau memang dirasa perlu.
Kembali lagi tentang perjanjian kerjasama, jadi kalau ada satu sponsored post yang isinya positif semua jangan langsung menuding kalau si penulis melakukan kebohongan. Pahami dulu tentang perjanjian kerjasama. Begitupun ketika menulis review yang bukan sponsored post. Bukan berarti kita bisa menulis seenaknya. Tetap memegang prinsip kehati-hatian ketika menulis, ya.
"Ini bukan sponsored post, lho."
Kadang-kadang kalau baca kalimat begitu, Chi suka berpendapat dalam hati, 'Memangnya kenapa kalau sponsored post?' Pernah beberapa kali membaca pendapat kalau ketahuan tulisan sponsored post, jadi suka pada malas baca. Ya mungkin ada beberapa pembaca yang seperti itu. Tetapi, seberapa besar, Chi gak tau. Gak pernah survey juga.
Chi sendiri bukan pembaca yang anti sponsored post. Gak pernah membeda-bedakan mana sponsored post atau enggak. Selama tulisan tersebut enak untuk dibaca, Chi akan membacanya sampai tuntas. Apalagi kalau memang temanya sedang Chi cari. Bakal dibaca banget deh meskipun belum tentu meninggalkan jejak di kolom komentar.
Tulisan yang enak dibaca atau enggak itu tergantung selera masing-masing, ya. Ada yang suka membaca review yang gaya tulisannya penuh humor, serius, pengalaman pribadi, singkat karena langsung ke poinnya, dan lain sebagainya. Gak bisa didebat atau digeneralisir kalau ini, sih. Masing-masing punya selera.
Sebagai blogger, Chi berusaha menghindari menulis yang hard selling banget. Chi pernah menolak tawaran menulis hard selling di blog. Tetapi, bukan berarti Chi menghindar membaca tulisan hard selling, lho. Kadang-kadang tulisan begini juga dibutuhkan banget. Terutama kalau Chi lagi butuh informasi yang to the point.
Makanya Chi bukan termasuk yang percaya kalau sponsored post gak akan ada yang baca. Di blog ini aja sponsored post tentang salah satu brand sabun selalu menjadi popular post. Padahal itu tulisan 2 tahun yang lalu dan Chi bukanlah beauty blogger. Sesekali aja mengulas produk kosmetik. Tetapi, tetap aja ada yang mencari tulisan tersebut.
[Silakan baca: Kesan Pertama Mencoba Oilum Collagen Series - Agar Kulit Tubuh Tetap Sehat dan Indah]
Kalau membaca tulisan para beauty atau food blogger, seringkali Chi gak berpikir apakah ini tulisan sponsored atau bukan. Mau sponsored atau enggak, biasanya gaya menulisnya sama.
Jadi ya daripada Chi ribet sendiri memilah-milah mana sponsored post atau bukan, mendingan mencoba menikmati. Kalau suka baca sampai tuntas. Gak suka ya tinggalkan. Praktis! Ya gak hanya beauty atau food blogger aja, sih. Parenting blogger atau apapun juga Chi mah baca aja kalau memang suka.
"Saya gak cocok pakai produk A. Kok bisa sih itu blogger nulis kalau kalau produk tersebut bagus?"
Trus, kalau udah begini gimana? Akankah kita menuduh blogger tersebut sedang berbohong? Apalagi kalau kemudian produk atau makanan yang direview tersebut kerjasama dengan klien.
Sebaiknya jangan langsung menuduh begitu, ya. Selera itu gak bisa didebat. Menurut kita enak, belum tentu menurut orang lain. Kalau kita sampai terpengaruh dengan salah satu tulisan, tetapi ternyata fakta gak sesuai ekspektasi itu bukan salah bloggernya. Malah berarti blogger tersebut pintar mempengaruhi orang lain melalui tulisannya, kan?
Nah urusan cocok atau tidak memang kembali ke selera masing-masing. Gak bakal ketemu kalau didebat. Cuma menghasilkan debat kusir nantinya.
Eits! Bukan berarti Chi menuduh berbohong, ya. Justru Chi jadi suka heran sendiri. Kok sekarang kayak mudah banget menilai jujur atau enggak hanya karena dari kategori review yang dibuat. Padahal seharusnya bebas-bebas ajak mau nulis sponsored, organik, lomba, atau apapun, yakan? Selama gak menyakiti pihak lain.
Ya ini murni opini pribadi. Terserah aja sih kalau mau tetap pakai keterangan review jujur atau enggak. Sama terserahnya dengan Chi yang tetap mau baca apa aja (sponsored atau organik) selama memang suka dengan tulisannya.
Kadang-kadang kalau baca kalimat begitu, Chi suka berpendapat dalam hati, 'Memangnya kenapa kalau sponsored post?' Pernah beberapa kali membaca pendapat kalau ketahuan tulisan sponsored post, jadi suka pada malas baca. Ya mungkin ada beberapa pembaca yang seperti itu. Tetapi, seberapa besar, Chi gak tau. Gak pernah survey juga.
Chi sendiri bukan pembaca yang anti sponsored post. Gak pernah membeda-bedakan mana sponsored post atau enggak. Selama tulisan tersebut enak untuk dibaca, Chi akan membacanya sampai tuntas. Apalagi kalau memang temanya sedang Chi cari. Bakal dibaca banget deh meskipun belum tentu meninggalkan jejak di kolom komentar.
Tulisan yang enak dibaca atau enggak itu tergantung selera masing-masing, ya. Ada yang suka membaca review yang gaya tulisannya penuh humor, serius, pengalaman pribadi, singkat karena langsung ke poinnya, dan lain sebagainya. Gak bisa didebat atau digeneralisir kalau ini, sih. Masing-masing punya selera.
Sebagai blogger, Chi berusaha menghindari menulis yang hard selling banget. Chi pernah menolak tawaran menulis hard selling di blog. Tetapi, bukan berarti Chi menghindar membaca tulisan hard selling, lho. Kadang-kadang tulisan begini juga dibutuhkan banget. Terutama kalau Chi lagi butuh informasi yang to the point.
Makanya Chi bukan termasuk yang percaya kalau sponsored post gak akan ada yang baca. Di blog ini aja sponsored post tentang salah satu brand sabun selalu menjadi popular post. Padahal itu tulisan 2 tahun yang lalu dan Chi bukanlah beauty blogger. Sesekali aja mengulas produk kosmetik. Tetapi, tetap aja ada yang mencari tulisan tersebut.
[Silakan baca: Kesan Pertama Mencoba Oilum Collagen Series - Agar Kulit Tubuh Tetap Sehat dan Indah]
Kalau membaca tulisan para beauty atau food blogger, seringkali Chi gak berpikir apakah ini tulisan sponsored atau bukan. Mau sponsored atau enggak, biasanya gaya menulisnya sama.
Jadi ya daripada Chi ribet sendiri memilah-milah mana sponsored post atau bukan, mendingan mencoba menikmati. Kalau suka baca sampai tuntas. Gak suka ya tinggalkan. Praktis! Ya gak hanya beauty atau food blogger aja, sih. Parenting blogger atau apapun juga Chi mah baca aja kalau memang suka.
Selera Gak Bisa Didebat
"Saya gak cocok pakai produk A. Kok bisa sih itu blogger nulis kalau kalau produk tersebut bagus?"
Trus, kalau udah begini gimana? Akankah kita menuduh blogger tersebut sedang berbohong? Apalagi kalau kemudian produk atau makanan yang direview tersebut kerjasama dengan klien.
Sebaiknya jangan langsung menuduh begitu, ya. Selera itu gak bisa didebat. Menurut kita enak, belum tentu menurut orang lain. Kalau kita sampai terpengaruh dengan salah satu tulisan, tetapi ternyata fakta gak sesuai ekspektasi itu bukan salah bloggernya. Malah berarti blogger tersebut pintar mempengaruhi orang lain melalui tulisannya, kan?
Nah urusan cocok atau tidak memang kembali ke selera masing-masing. Gak bakal ketemu kalau didebat. Cuma menghasilkan debat kusir nantinya.
Jujur Itu Urusan Hati
Eits! Bukan berarti Chi menuduh berbohong, ya. Justru Chi jadi suka heran sendiri. Kok sekarang kayak mudah banget menilai jujur atau enggak hanya karena dari kategori review yang dibuat. Padahal seharusnya bebas-bebas ajak mau nulis sponsored, organik, lomba, atau apapun, yakan? Selama gak menyakiti pihak lain.
Ya ini murni opini pribadi. Terserah aja sih kalau mau tetap pakai keterangan review jujur atau enggak. Sama terserahnya dengan Chi yang tetap mau baca apa aja (sponsored atau organik) selama memang suka dengan tulisannya.
Bagus deh blognya.
BalasHapusTampilannya keren, warnanya juga cerah.
Terima kasih banyak
Hapuskalau menurut aq, sebaiknya semua review yang tidak berbayar tidak perlu di beri keterangan review jujur, kalau kita sebagai penulis ingin tulisan kita di percaya yah tentu saja kita harus memberikan tulisan mengenai review dengan jujur tanpa memberikan embel2 tersebut.
BalasHapussementara yang berbayar, aq pikir juga bebas diberi keterangan sponsored post atau tidak, tergantung dari keinginan si penulis
bener kata mbak mira, orang akan membaca tergantung dia suka atau tidak pd tulisan termasuk dengan review maupun yang organik
Yup! Makanya saya suka agak 'gerah' kalau baca label review jujur hehehe
HapusWkwkwk. Aku juga selalu tergelitik si kalo ada yg mengawali reviewnya dg warning "jujur" atau "bukan sponsored post". Lha emang klo yg nerima sponsored post bohong semua ta? Hihi
BalasHapusnah ituuuu, makanya tulisan ini lahir hahaha
HapusSponsored post yang ditulis serius pakai niat juga ya bakal menarik buat dibaca kok, Malah review jujur tapi nulisnya asal asalan itu yang bikin males baca :)
BalasHapusYup! Kembali ke kualitas konten. Makanya saya gak pernah menilai tulisan berdasarkan sponsor atau bukan
HapusKalau aku sih Review sesuka-sukanya aja kak, tapi emang perlu Review jujur :) thanks opininya
BalasHapusTulisan sponsored juga perlu jujur, kok
HapusEits..aku juga sama ya agak kurang gimana gitu sama istilah review jujur, terkesannya kalau review bukan sponsored post itu tidak jujur ya, hehehe..untng chi udah jelasin semuanya, sing penting nulis yang apik biar enak dibaca bikin video yang keren biar enak ditonton ya
BalasHapusSetuju banget mbak, nulis sponsored post atau bukan, kalo aku tetep menggunakan bahasa yang sopan. Misal ada yang kurang cocok, seperti keasinan. Aku kasih notice yaitu dengan menuliskan pesan sama pelayannya agar garam dikurangi krn sedang diet garam.
BalasHapusSetujuuu...
BalasHapusKalau aku, aku samain aja mbk,baik yg berbayar atau nggak. Review dr sisi positifnya. Toh juga nggak semua job yg nawarin review produk gitu, bakal diambil. Kn dipilih2, sesuai dg aku atau nggak.
Yang di khawatirkan adalah ada brand yang ngendorse buat di review jujur in sama itu vlogger gimana dunks ceritanya klau begituuhh?? Hehehehe
BalasHapusTop banget, emang selera gak bisa di debat. Hihihi kadang tergantung pribadi cocokan yang mana namun terkadang nyinyiran di blog atau di japri tetap harus lapangkan hati
BalasHapusAku kalau review dan ternyata gak cocok di hati baik itu dibayar atau gak biasanya dibuat semacam kritikan sih. Jd ya tetap jujur jatuhnya
BalasHapusSetuju mba... aku baca tulisan teman-teman tak mau tahu itu sponsored or not. But saya akan betah berlama lama baca tulisan itu klo memang asyik untuk dibaca. Tp paling suka baca tulisan yang diiringi humor humor ringan gitu mba. Salam sukses tuk mba. Saya suka tulisannya
BalasHapusEh aku kaget baca keterangan "review jujur" versi sang beauty vlogger itu. Hehe. Baru tau nih kalau bagi dia/mereka artinya review sukarela 😎
BalasHapusSetuju banget deh sama opini Mbak Myra 😊
Kalo aku masih belajar untuk ngugulaa suatu produk biasa dijelaakan apa adanya, lebih-lebih saat nulis film harus jujur hihihi
BalasHapusSepakat, Chi.
BalasHapusSemua kembali pada selera asal.
Soal jujur bukan hak manusia untuk menghakimi apalagi mengucilkan di tengah masyarakat.
Kalau saya pribadi, jujurnya sebisa mungkin tidak mengupas habis hal yang seharusnya jadi rahasia.
Iya nih mba.. kadang aku capeeek baca postingan bersponsor hehehe. Aku pribadi sih ngg akan mencpuriburusan blogger yg memang mau post content seperti itu but for me, blogging is beyond sponsored posts hehehe. Kalau ngg jujur reviewnya keliatan kok mba
BalasHapusIdem mbak, baik yg berbayar maupun bayar sendiri saya jg gk kasi kritik keras di blog. Biasanya email gtu sih atau bilang ke yg kasi job. Cuma gk pengen merusak bisnis org aja sih... Semua patut dapat kesempatan jd lbh baik lg.
BalasHapusHihii...bener, jujur itu soal hati, hanya kita dan Tuhan yang tau, eh apa brandnya juga tau ya..hmmm XD
BalasHapusReview jujur.
BalasHapusBerarti review yang lain gk jujur ya?
Hehehe
Penamaannya agak menggelitik.
Eh bener ya Cji, aku klo pas baca review dari beauty blogger, ga pernah kepikiran apakah itu sponsored post atau enggak. Lebih asyik mengamati reviewnya yg kece2. Thinking positif aja.
BalasHapusMenulis konten "sponsored post" itu memang punya tantangan sendiri ya Chi.
BalasHapusSetuju sama Chi, aku juga berusaha menghindari "hard selling"
Biasanya kalau kehabisan ide, "hard selling" mau tak mau jadi pilihan, HAHAHA.
Tapi aku memang lebih nyaman dengan "soft selling"
Biasanya sama klien aku suka nego di bagian ini.
Jadi pembaca pelan-pelan dibawa sehingga tak terasa sedang digiring ke arena "jualan".
Dan sekali lagi itu adalah, tantangan!
In syaa Allah review aku selalu jujur.
BalasHapusYang bikin ga jujur...ya ga usah ditulis.
Anggap saja kitanya sedang kena ujian.
Wkkwkw...
Misal :
Produknya enak, hanya pengiriman lama.
Aku ga perlu detil nulis bagian "slow response banget deeh.."
Kan bikin negatif yang baca.
saya juga bukan orang yang anti baca tulisan sponsored post, Mba. Saya akan tetap baca tulisannya walau tahu itu adalah tulisan/review berbayar :)
BalasHapusDan beberapa review produk di blogku juga gak berbayar, saya tulis untuk berbagi pengalaman saat memakai produknya, kali aja ada orang di luar sana yang ingin membacanya :)
Naahh naaahh ini ni. Suka yang paling akhir, jujur ni urusan hati. Kalau buatku, selama yang kita tulis yang kita alami, in sha Alloh sudah mencoba jujur dlm review.
BalasHapusBismillah selalu belajar mengulas dengan jujur, apa yang dirasakan ya itulah yang ditulis.
BalasHapusWah saya malah suka tuh postingan sponsor post, jadi tau produk apa yg ingin disampaikan saat mengiklankan sesuatu, tentunya liat juga sih apa dia berlebihan memuji2 produk yg ia perkenalkan itu
BalasHapus