Reward vs Ranking, mana yang lebih baik? Kalau Chi, melihat selalu ada
sisi positif dan negatif. Ya, emang suka ada rasa agak mangkel kalau ada
orang tua yang membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain untuk
urusan ranking. Padahal ranking 'jelek' bukan berarti nilainya jelek,
lho. Karena siapa tau sekelas memang semuanya mendapat nilai
bagus.
Jadi, bagusan reward, dong? Hmmm... belum tentu juga.
Jadi begini, di postingan "Rapor Semester Ganjil Nai di Kelas 2", waktu rapor bayangan Nai dapet hadiah 1 set spidol dari wali kelas karena juara 1 untuk nilai-nilainya. Bukan hadiah yang mahal, tapi tetep bikin Nai girang banget. Besoknya, Chi dateng ke wali kelas untuk ngucapin terima kasih.
Wali kelas Nai cerita, kalau beliau memang menjanjikan ke anak-anak akan memberi hadiah untuk berhasil mendapatkan peringkat terbaik di kelas. Tujuannya supaya anak-anak rajin belajar. Memang, Chi lihat ada perubahan semangat belajar dari Nai. Tanpa harus Chi suruh, dia belajar dengan semangat. Dirangkum, dihapal, dan dipelajari. Tapi, Nai gak cerita kalau semua itu karena diiming-imingin hadiah oleh wali kelasnya. Chi sendiri uda ngerasa bahagia banget ngelihat anak bisa dengan kesadaran sendiri belajar. Kan, bundanya jadi bisa santai *eh :p
Tapi, setelah pemberian reward, wali kelas Nai merasa khawatir. Karena pemenang kedua seperti kelihatan kecewa wajahnya. Beliau khawatir, muridnya tersebut akan bersedih, trus cerita ke orang tuanya. Dan, orang tuanya akan menyalahkan wali kelas.
"Saya jadi khawatir, Bun. Kasihan juga melihat wajahnya yang kecewa. Tau gitu, saya bawain hadiahnya lebih dari 1, ya."
Chi bilang aja gak usah khawatir. Menurut Chi, sebagai orang tua, kita juga harus bisa mengajarkan anak untuk berbesar hati apabila mereka sendang merasa kecewa karena kalah. Kecewa boleh, itu perasaan manusiawi, kok. Tapi, jangan biarkan anak-anak menjadi hilang semangat. Kalau kayak gitu, gak akan punya semangat kompetisi kalau maunya menang terus.
Walaupun udah mendapatkan hadiah, ternyata gak otomatis Nai terus semangat belajar. Justru pas rapor semester ganjil, nilai Nai agak turun. Setelah Chi pelajari, penyebabnya buka karena Nai menyepelekan. Merasa udah mendapat hadiah, jadi gak perlu lagi belajar dengan rajin. Ternyata, bukan itu penyebabnya.
Saat itu, Chi lagi lumayan sibuk. Chi 'melepaskan' anak-anak. Terserah mau belajar apa enggak.Walopun Nai udah bisa belajar mandiri, tapi ternyata dia tetap butuh ditemani. Ya, walopun Chi gak ikut campur tangan, yang penting Chi duduk dekat dia walopun mungkin Chi sambil ngerjain yang lain. Saat itu, Chi gak kayak gitu. Bener-bener sibuk sama urusan sendiri. Akhirnya, Nai gak mau belajar padahal Chi udah ngingetin juga tentang hadiah, tapi dia cuek aja, tuh.
Pas terima rapor, wali kelasnya cerita kalau iming-iming yang spidol itu efeknya masih berlanjut dan positif banget. Murid-murid yang gak dapet spidol, jadi makin aktif untuk belajar di kelas. Peningkatan semangatnya kelihatan banget. Trus, nilai-nilai mereka juga pada meningkat. Spidol ternyata mampu bikin anak-anak semangat belajar. Justru nilai Nai pada turun, walopun turunnya sedikit.
Jadi, bagusan reward, dong? Hmmm... belum tentu juga.
Jadi begini, di postingan "Rapor Semester Ganjil Nai di Kelas 2", waktu rapor bayangan Nai dapet hadiah 1 set spidol dari wali kelas karena juara 1 untuk nilai-nilainya. Bukan hadiah yang mahal, tapi tetep bikin Nai girang banget. Besoknya, Chi dateng ke wali kelas untuk ngucapin terima kasih.
Wali kelas Nai cerita, kalau beliau memang menjanjikan ke anak-anak akan memberi hadiah untuk berhasil mendapatkan peringkat terbaik di kelas. Tujuannya supaya anak-anak rajin belajar. Memang, Chi lihat ada perubahan semangat belajar dari Nai. Tanpa harus Chi suruh, dia belajar dengan semangat. Dirangkum, dihapal, dan dipelajari. Tapi, Nai gak cerita kalau semua itu karena diiming-imingin hadiah oleh wali kelasnya. Chi sendiri uda ngerasa bahagia banget ngelihat anak bisa dengan kesadaran sendiri belajar. Kan, bundanya jadi bisa santai *eh :p
Tapi, setelah pemberian reward, wali kelas Nai merasa khawatir. Karena pemenang kedua seperti kelihatan kecewa wajahnya. Beliau khawatir, muridnya tersebut akan bersedih, trus cerita ke orang tuanya. Dan, orang tuanya akan menyalahkan wali kelas.
"Saya jadi khawatir, Bun. Kasihan juga melihat wajahnya yang kecewa. Tau gitu, saya bawain hadiahnya lebih dari 1, ya."
Chi bilang aja gak usah khawatir. Menurut Chi, sebagai orang tua, kita juga harus bisa mengajarkan anak untuk berbesar hati apabila mereka sendang merasa kecewa karena kalah. Kecewa boleh, itu perasaan manusiawi, kok. Tapi, jangan biarkan anak-anak menjadi hilang semangat. Kalau kayak gitu, gak akan punya semangat kompetisi kalau maunya menang terus.
Walaupun udah mendapatkan hadiah, ternyata gak otomatis Nai terus semangat belajar. Justru pas rapor semester ganjil, nilai Nai agak turun. Setelah Chi pelajari, penyebabnya buka karena Nai menyepelekan. Merasa udah mendapat hadiah, jadi gak perlu lagi belajar dengan rajin. Ternyata, bukan itu penyebabnya.
Saat itu, Chi lagi lumayan sibuk. Chi 'melepaskan' anak-anak. Terserah mau belajar apa enggak.Walopun Nai udah bisa belajar mandiri, tapi ternyata dia tetap butuh ditemani. Ya, walopun Chi gak ikut campur tangan, yang penting Chi duduk dekat dia walopun mungkin Chi sambil ngerjain yang lain. Saat itu, Chi gak kayak gitu. Bener-bener sibuk sama urusan sendiri. Akhirnya, Nai gak mau belajar padahal Chi udah ngingetin juga tentang hadiah, tapi dia cuek aja, tuh.
Pas terima rapor, wali kelasnya cerita kalau iming-iming yang spidol itu efeknya masih berlanjut dan positif banget. Murid-murid yang gak dapet spidol, jadi makin aktif untuk belajar di kelas. Peningkatan semangatnya kelihatan banget. Trus, nilai-nilai mereka juga pada meningkat. Spidol ternyata mampu bikin anak-anak semangat belajar. Justru nilai Nai pada turun, walopun turunnya sedikit.
Di hari pertama semester genap, waktu Chi jemput Nai, Chi lihat dikerudungnya ada gambar emoticon. Emoticon senyum yang terbuat dari kertas biasa trus dikasih peniti. Beberapa anak lain juga ada yang pakai.
Kata Nai, yang dapet bros emoticon adalah anak-anak yang berhasil mengerjakan tugas tepat waktu. Selama libur sekolah mereka memang ditugaskan membuat kliping tentang energy. Wuiihh, bangganya Nai dapet bros emoticon itu. Memberi reward memang gak harus mahal, ya :)
Jadi, mending ranking apa reward, nih. Ya, kalau Chi sih tetep gimana kita menyikapinya. Dalam hidup kita akan dihadapkan beberakali kompetisi. Ada yang dinilai juara 1, 2, 3 dan seterusnya seperti ranking. Ada juga yang seperti reward.
Seneng banget kalau anak kita berhasil menang. Tapi, harus diingat juga supaya jangan sampe terlena baik ketika mendapat peringkat bagus di ranking atau mendapat reward. Dan, ketika merasa kalah, sebaiknya orang tua jangan ikut mematahkan semangatnya. Sebisa mungkin kita harus bisa bikin anak-anak bangkit lagi.
Jadi, buat Chi reward atau ranking adalah gimana kita menyikapinya :)
12 Comments
Setuju, Mak Chi, mau rangking atau reward, adalah bagaimana kita menyikapinya. Maunya sih selalu dapat kedua2nya, hehe. Tapi yaitu tadi, terpulang kembali ke bagaimana kita menyikapi dan membimbing si anak agar berjiwa besar kala memperoleh dan saat tidak mendapatkannya. :)
ReplyDeleteanak juga harus belajar untuk tidak selalu bisa mendapatkan ya, Mbak :)
Deletesehari-harinya di sekolah kadang guru kasih reward juga misalnya kalau lulus suatu surat atau bisa menjawab soal
ReplyDeletebikn anak2 jadi semangat, ya, Lid
DeleteReward atau bahkan sekadar pujian mang efektif bikin semangat belajar naik, dulu jman ngajar aku sering manfaatin ini. Jgn kan anak2 kya Nai Mbak, mahasiswa aja doyan kok dpt hadiah ;-)
ReplyDeleteyang udah emak2 kayak saya juga senang :D
Deletedi sekolah anakku tak ada ranking mak, anak dinilai dengan dirinya sendiri dan ortu tak diberitahu tentang ranking. adapun setelah kelas 6, barulah ortu boleh tahu posisi anaknya di kelas. kalau reward, ada yang sifatnya mingguan, ada yang permapel atau perkegiatan. lumayan memacu anak-anak.senang baca tulisan mak Chi
ReplyDeletedi sekolah anak saya juga gak pake ranking, Mbak. Reward bisa mengacu semangat, ya
DeleteTerima kasih :)
betuuuuul mba Myra, Reward atau Ranking ada plus minusnya pastinya.
ReplyDeleteTapi ak setuju, anak harus belajar kecewa. Karena gak selamanya apa yang dia inginkan atau harapkan bisa terwujud. Tinggal PR buat orang tuanya biar anak tetap semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
karena hidup gak selamanya nyenengin :D
DeleteIya, iiya mba. Anak2 harus dikasi pemacu supaya semangat terusbelajarnya ya. Biarlah rangking urusan belakangan. Yang penting semangat belajar terus ada.
ReplyDeleteyup, jangan sampe semangat belajar menghilang
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^