Ternyata banyak fans-fans eh temen-temen blogger yang nanya penampakan schotel buatan Chi & resepnya waktu Chi cerita tentang schotel di postingan pasar mini. Pokoknya tunggu aja tanggal tayangnya, nanti di posting kalo udah bikin lagi :D *ngumpeeeettt takut di timpukin temen-temen :p

Seperti yang Chi tulis di postingan pasar mini, karena ngantuk berat jadinya Chi boro-boro kepikiran buat foto. Mana sempet jatoh 1 loyang tambah ilfil aja deh.. Besoknya cukup grabak-grubuk khas keriuhan pagi. Jadi gak kepikiran lagi untuk foto-foto.. Yang ada Chi sibuk mewanti-wanti Keke gimana cara berjualan, dll..

Kali ini Chi masih mau cerita tentang pasar mini lagi karena masih ada sedikit cerita yang tertinggal, yaitu tentang manfaat yang didapat.. Semoga bacanya belom bosen ya :D

Minggu kemarin itu adalah minggu di adakannya beberapa acara di sekolah dalam rangka Muharam dan juga mendo'akan serta memberi bantuan kepada saudara-saudara kita sesama muslim di Gaza sana.

Jadi ada acara aneka lomba, mengumpulkan sumbangan, mengenalkan kepada anak-anak tentang palestina, hingga acara di hari terakhir adalah membuat pasar mini.

Ada beberapa hal positif yang bisa di ambil dari kegiatan pasar mini :

1. Belajar berani berjualan -- biasanya kendala yang sering terjadi kan masalah keberanian ya.. Dengan adanya acara ini, anak jadi berani belajar berjualan

2. Belajar bertanggung jawab -- di postingan sebelumnya Chi cerita kalo tiap-tiap anak mendapat modal Rp. 20.000,- dari sekolah. Kata Keke modal itu harus di kembaliin lagi tepat Rp. 20.000,- Untuk anak-anak yang jualannya untung, termasuk Keke tentunya gak masalah dengan pengembalian itu. Tapi kata Keke ada juga teman-temannya yang hasil penjualannya gak sampe Rp. 20.000,- tetep harus mengembalikan modal tersebut Rp. 20.000,- Sebetulnya Chi kasian juga ya dengernya, berhara untung malah nombok. Tapi di pikir-pikir lagi mengajarkan anak bertanggung jawab, karena biar gimana itu kan bukan uang mereka :)

3. Belajar mengamati sekeliling -- Keke cerita banyak, barang-barang apa aja yang laku dan yang tidak. Itu artinya dia mengamati juga sekaligus berjualan.

4. Belajar mengevaluasi -- Keke cerita kalo diantara teman 1 kelompoknya, puding yang paling cepet lakunya..
Bunda : "Menurut Keke kenapa puding lebih cepet lakunya ketimbang schotel?"
Keke   : "Mungkin karena rasanya enak bun.."
Bunda : "Mungkin kali ya.. Tapi bunda kan gak ngerasain pudingnya.. Bisa juga karena orang lebih mengenal nama puding.. Kalo schotel untuk beberapa orang masih terdengar asing namanya.."
Keke   : "Iya sih, trus puding juga penampilannya bagus bun. Warna-warni trus di atasnya ada buah-buahan gitu"
Bunda : "Itu juga bisa jadi faktor yang bikin laku.. Makanya schotelnya Keke kan bunda kasih gambar yang lucu untuk di tancepin di atas scotelnya.. Maksudnya supaya keliatan menarik bagi pembeli.."
Dan masih banyak evaluasi tentang dagangan-dagangan lainnya yang gak melulu tentang makanan

5. Belajar bersimpati -- Keke juga cerita kalo ada salah temannya yang bawa makanan tapi kurang laku. Padahal kata Keke makanannya enak. Jadi Keke beli lumayan banyak karena menurut Keke selain enak, dia kasian kalo sampe temennya gak sampe Rp. 20.000,- hasil jualannya.. Dan kami pun kembali ke poin #4, yaitu mengevaluasi kenapa dagangan temennya Keke itu bisa kurang laku

6. Belajar membuat strategi -- walopun Chi udah kasih tahu Keke kalo cup yang paling kecil di jual Rp. 1.500,- yang agak gede sedikit di jual Rp. 2.000,- tapi pada prakteknya Keke jual dengan harga sama yaitu Rp. 2.000,- Alasan dia gak mau ribet. Trus dia juga berinisiatif memberi wali kelasnya diskon, bahkan memberi gratis ke Nai (tapi Nai gak mau). Chi gak kasih tau tentang hal itu.. Semua inisiatif Keke. Dan menurut Keke dia belajar berstrategi juga..

Semoga aja tahun-tahun berikutnya masih ada kegiatan-kegiatan seperti ini lagi.. Karena banyak manfaat yang bisa di dapat menurut Chi :)