"Ayaaaaahh! Banguuuun! Ke sekolah Keke sekarang! Jemput, pokoknya
jemput!"
K'Aie yang lagi asik tidur langsung terbangun melihat istrinya teriak panik. Cuma langsung terbangun aja, abis itu nyantai lagi. 😅
"Ada apa, Bun?"
K'Aie yang lagi asik tidur langsung terbangun melihat istrinya teriak panik. Cuma langsung terbangun aja, abis itu nyantai lagi. 😅
"Ada apa, Bun?"
Instagram dan Generasi Milenial -
Chi langsung kasih lihat IG Keke yang fotonya nol. Ok, kalau itu cuma
itu sih biasa. Tetapi, Chi panik saat melihat foto profil IG Keke
hanya berwarna hitam. Kemudian captionnya 'Bye, World!'
Duh! Ada apa sih ini?
Prank Pamit?
Setelah anak-anak berangkat ke sekolah, Chi lanjut untuk tidur
sekitar 2-3 jam. Kebiasaan tidur lewat tengah malam, kemudian bangun
sebelum subuh untuk menyiapkan bekal, membuat Chi merasa perlu
melanjutkan tidur lagi. K'Aie pun punya kebiasaan yang sama. Kecuali,
kalau ada kegiatan pagi. Tentunya gak bisa lanjut tidur lagi.
Chi bangun setelah alarm di hp berbunyi. Setelah itu, sekalian aja cek beberapa media sosial. Ketika Chi buka IG, melihat akun Keke seperti itu. Langsung kaget, lah.
Apa Keke ikutan nge-prank pamit gara-gara ulah seleb YouTuber itu?
Chi langsung berpikiran ke arah sana. Tetapi, rasanya gak mungkin. Selama ini, Keke bukan anak yang mudah ikut-ikutan apapun yang sedang viral.
Ya gini deh kalau jadi orang panikan. Apalagi kalau urusannya ma anak, Chi mudah banget khawatir. Keke juga akhir-akhir ini lagi agak diam seperti sedang kesal.
Sebetulnya bukan sesuatu yang aneh, mengingat mood remaja 'kan masih suka gampang naik turun. Tapi, tetap aja bikin Chi khawatir. Sampe Chi takut kalau Keke itu depresi.
Sempet ngomong ke diri sendiri kalau itu gak mungkin. Paling hanya darah muda anak remaja yang lagi bergejolak. Gak tau karena apa. Tetapi, mengingat depresi juga bisa jadi semacam silent killer 'kan bikin Chi makin panik. Keke juga baru masuk SMA. Belum tau pasti pergaulan SMA, khususnya di sekolahnya, seperti apa meskipun kelihatan lingkungannya baik.
Chi langsung WA ke Keke untuk tanya dia ada di mana. Ditunggu sekian menit cuma centang satu. Tambahlah panik karena jarang banget Keke cuma centang satu di WA. Meskipun kalau balasnya sih belum tentu langsung.
Karena gak juga centang dua, Chi pun semakin panik. K'Aie yang lagi tidur langsung Chi bangunin. Minta jemput Keke ke sekolah.
"Udah lah, Bun. Gak akan ada apa-apa. Mungkin dia lagi cari perhatian atau apa gitu."
"Iya kalau gak ada apa-apa. Kalau depresi, trus ... trus ... Ya gitu, deh!"
"Trus, Ayah harus bilang apa ke sekolah?"
"Bilang apa aja, kek! Pokoknya jemput Keke sekarang juga! Tapi, sudahlah kalau gak mau. Bunda aja yang jemput!"
Saat itu, Chi gregetaaaan banget sama K'Aie. Udah disemprot masih aja berusaha tenang. Sementara Chi makin panik.
Segera Chi ganti baju. Gak pakai mandi, cuci muka aja. Ganti baju dan dandan seadanya. Begitu Chi siap berangkat, ada WA masuk. Ternyata dari Keke.
"Ada apa, Bun? Keke di sekolah."
Saat itu juga Chi langsung tanya kenapa IGnya seperti itu. Chi jelasin juga kalau merasa sangat khawatir. Tapi, Keke bilang gak ada apa-apa. Dia janji akan jelasin di rumah.
"Jadi, Bunda jemput jangan?"
"Gak usahlah."
"Bener, ya. Tapi, jangan macam-macam!"
"Iya."
[Silakan baca: Berkomunikasi dengan Remaja - Pokoknya Gitu!]
Chi bangun setelah alarm di hp berbunyi. Setelah itu, sekalian aja cek beberapa media sosial. Ketika Chi buka IG, melihat akun Keke seperti itu. Langsung kaget, lah.
Apa Keke ikutan nge-prank pamit gara-gara ulah seleb YouTuber itu?
Chi langsung berpikiran ke arah sana. Tetapi, rasanya gak mungkin. Selama ini, Keke bukan anak yang mudah ikut-ikutan apapun yang sedang viral.
Ya gini deh kalau jadi orang panikan. Apalagi kalau urusannya ma anak, Chi mudah banget khawatir. Keke juga akhir-akhir ini lagi agak diam seperti sedang kesal.
Sebetulnya bukan sesuatu yang aneh, mengingat mood remaja 'kan masih suka gampang naik turun. Tapi, tetap aja bikin Chi khawatir. Sampe Chi takut kalau Keke itu depresi.
Sempet ngomong ke diri sendiri kalau itu gak mungkin. Paling hanya darah muda anak remaja yang lagi bergejolak. Gak tau karena apa. Tetapi, mengingat depresi juga bisa jadi semacam silent killer 'kan bikin Chi makin panik. Keke juga baru masuk SMA. Belum tau pasti pergaulan SMA, khususnya di sekolahnya, seperti apa meskipun kelihatan lingkungannya baik.
Chi langsung WA ke Keke untuk tanya dia ada di mana. Ditunggu sekian menit cuma centang satu. Tambahlah panik karena jarang banget Keke cuma centang satu di WA. Meskipun kalau balasnya sih belum tentu langsung.
Karena gak juga centang dua, Chi pun semakin panik. K'Aie yang lagi tidur langsung Chi bangunin. Minta jemput Keke ke sekolah.
"Udah lah, Bun. Gak akan ada apa-apa. Mungkin dia lagi cari perhatian atau apa gitu."
"Iya kalau gak ada apa-apa. Kalau depresi, trus ... trus ... Ya gitu, deh!"
"Trus, Ayah harus bilang apa ke sekolah?"
"Bilang apa aja, kek! Pokoknya jemput Keke sekarang juga! Tapi, sudahlah kalau gak mau. Bunda aja yang jemput!"
Saat itu, Chi gregetaaaan banget sama K'Aie. Udah disemprot masih aja berusaha tenang. Sementara Chi makin panik.
Segera Chi ganti baju. Gak pakai mandi, cuci muka aja. Ganti baju dan dandan seadanya. Begitu Chi siap berangkat, ada WA masuk. Ternyata dari Keke.
"Ada apa, Bun? Keke di sekolah."
Saat itu juga Chi langsung tanya kenapa IGnya seperti itu. Chi jelasin juga kalau merasa sangat khawatir. Tapi, Keke bilang gak ada apa-apa. Dia janji akan jelasin di rumah.
"Jadi, Bunda jemput jangan?"
"Gak usahlah."
"Bener, ya. Tapi, jangan macam-macam!"
"Iya."
[Silakan baca: Berkomunikasi dengan Remaja - Pokoknya Gitu!]
Instagram di Mata Generasi Milenial
Seperti janji Keke, sepulang sekolah dia cerita tentang akunnya.
Tetapi, Chi merasa kurang puas karena hanya sebentar. Ya begitulah kalau
ngobrol ma anak-anak. Kadang-kadang harus tarik ulur. Chi baru enak
ngobrol ma Keke beberapa hari kemudian setelah kejadian panik itu.
Katanya, dia gak suka kalau akunnya difollow ma orang yang gak dikenal. Kalau ini, Chi udah tau. Sejak pertama kali punya akun IG, Keke sangat selektif untuk urusan follow dan difollow. Dulu, akunnya dikunci. Beberapa kali dia dibully, dianggap sombong karena gak juga approved dan folback.
Keke baru buka akunnya karena dia pengen ikutan giveaway. Dia mengincar hadiah di giveaway itu. Chi lupa hadiah apa. Pokoknya saat itu Chi menyarankan kalau mau ikut giveaway, akunnya harus setting public. Biasanya persyaratan giveaway seperti itu. Kalau Keke gak keberatan dengan itu, ya silakan.
Setelah diizinkan ikut, Keke pun membuka akunnya. Untuk beberapa lama, akun Keke gak digembok. Kayaknya lama-kelamaan dia makin jengah karena followernya bertambah dari orang gak dikenal. Makanya dia bikin IGnya kayak gitu.
"Ya, kalau memang itu alasannya, kenapa gak dikunci lagi aja kayak dulu?"
"Dikunci tuh capek, Bun."
"Kenapa? Males ya kalau ada yang maksa-maksa apalagi sampai nge-bully?"
"Jadi banyak yang nge-DM kalau dikunci."
"Lha, emangnya kalau dibikin kayak gitu gak bakal ada yang nge-DM?"
"Ada, tapi gak sebanyak kalau dikunci. Trus, kalau gak Keke follback juga biasanya gak lama di-unfoll. Mungkin karena mikirnya Keke memang beneran gak ada."
"Errrgggh! Ya kalau memang bener begitu, ngomong dong sama Bunda! Udah tau Bunda gampang panik. Jangan gitu lagi!"
"Iya."
Mumpung obrolan lagi berjalan lancar. Chi jadi tertarik banget ngebahas tentang Instagram bersama Keke dan Nai. Penasaran aja, bagi mereka itu media sosial seperti apa, khususnya IG.
Katanya, dia gak suka kalau akunnya difollow ma orang yang gak dikenal. Kalau ini, Chi udah tau. Sejak pertama kali punya akun IG, Keke sangat selektif untuk urusan follow dan difollow. Dulu, akunnya dikunci. Beberapa kali dia dibully, dianggap sombong karena gak juga approved dan folback.
Keke baru buka akunnya karena dia pengen ikutan giveaway. Dia mengincar hadiah di giveaway itu. Chi lupa hadiah apa. Pokoknya saat itu Chi menyarankan kalau mau ikut giveaway, akunnya harus setting public. Biasanya persyaratan giveaway seperti itu. Kalau Keke gak keberatan dengan itu, ya silakan.
Setelah diizinkan ikut, Keke pun membuka akunnya. Untuk beberapa lama, akun Keke gak digembok. Kayaknya lama-kelamaan dia makin jengah karena followernya bertambah dari orang gak dikenal. Makanya dia bikin IGnya kayak gitu.
"Ya, kalau memang itu alasannya, kenapa gak dikunci lagi aja kayak dulu?"
"Dikunci tuh capek, Bun."
"Kenapa? Males ya kalau ada yang maksa-maksa apalagi sampai nge-bully?"
"Jadi banyak yang nge-DM kalau dikunci."
"Lha, emangnya kalau dibikin kayak gitu gak bakal ada yang nge-DM?"
"Ada, tapi gak sebanyak kalau dikunci. Trus, kalau gak Keke follback juga biasanya gak lama di-unfoll. Mungkin karena mikirnya Keke memang beneran gak ada."
"Errrgggh! Ya kalau memang bener begitu, ngomong dong sama Bunda! Udah tau Bunda gampang panik. Jangan gitu lagi!"
"Iya."
Mumpung obrolan lagi berjalan lancar. Chi jadi tertarik banget ngebahas tentang Instagram bersama Keke dan Nai. Penasaran aja, bagi mereka itu media sosial seperti apa, khususnya IG.
Follow, Folback, dan Unfollow
Berbeda dengan Keke yang merasa kesel kalau difollow orang gak dikenal, Nai sebaliknya. Sejak dulu akunnya selalu dibuka. Gak pernah dikunci. Bagi Nai, gak masalah ada yang follow dia asalkan jangan maksa minta follback. Dia pun hanya follow akun yan diinginkan.Keke itu punya 2 akun IG. Satu akun pribadi, satunya lagi akun tentang motor. Dia dan beberapa temannya yang punya hobi motret motor bagus bikin akun bersama. Dalam waktu sekejap, follower akunnya banyak.
Chi pernah nanya apa Keke beli follower melihat pertambahan yang pesat begitu. Belum lagi setiap foto yang diupload selalu menuai banyak like dan komen.
"Hahaha! Keke punya uang dari mana buat beli follower, Buuuun! 'Kan, Keke gak dikasih uang jajan."
"Ya abisnya cakep bener akun motor Keke."
"Ya itu sih gimana kita bikin foto, caption, dan hashtag. Semua harus pas."
Ugh! Sebuah saran yang kelihatan sederhana. Tetapi, prakteknya susah huahahaha! Chi pernah tawarin Keke untuk mengelola akun IG bundanya, tapi dia menolak. Padahal Chi tawarin upah, lho. Kayaknya karena beda segmen 😅
Kalau untuk akun otomotif, Keke memang tidak membatasi follower. Sayang aja karena kesibukan sekolah masing-masing, udah lumayan lama akun itu vakum.
Tone IG, Yay or Nay?
Keke itu lumayan rajin upload foto di IG daripada Nai. Tetapi, gak sesering bundanya hehehe. Meskipun begitu, jumlah foto di IG feed dia paling cuma 3 atau 5.Alasannya adalah tone. Keke peduli banget dengan tone IG. Menurut dia, tone di IG wajib bagus. Tetapi, Chi kurang menggali seperti apa tone yang bagus versi Keke. Chi lihat dia gak pernah edit foto pakai filter macam-macam. Ya seadanya aja yang penting fotonya gak blur. Chi keburu mau jalan ke Bandung, makanya bahasan tentang tone ini agak ngegantung.
Foto-foto yang udah di-upload, gak dihapus. Tetapi, dimasukkan ke archieve. Bisa aja suatu saat dia tampilkan lagi di feed kalau sesuai dengan tone. Tebakan Chi, kayaknya tone versi dia itu yang fotonya senada.
Sedangkan Nai gak peduli dengan tone. Sama lah kayak tentang follower. Dia gak mau ambil pusing. Gak pernah juga dia hapus atau archieve foto-foto yang udah di-upload. Tetapi, dia memang jarang banget upload foto. Buka IG tiap hari cuma buat nge-like beberapa foto/video yang dia suka.
[Silakan baca: Berkomunikasi dengan Remaja - Ibu vs Google]
Chi inget waktu Keke baru selesai sekolah balap motor. Ada temannya yang bilang ngapain juga sekolah balap mahal-mahal. Mendingan uangnya dibeliin barang-barang hype supaya bisa eksis di Instagram. Tetapi, gak semua anak generasi milenial seperti itu. Gak bisa digeneralisir juga.
"Tergantung niatannya, Bun. Buat yang niatannya pengen bisa endorse macam-macam dan dibayar, kayaknya follower memang penting. Keke 'kan enggak ke situ niatnya."
Begitulah kata Keke. Gak ada yang bener maupun salah. Kalau memang tetap ingin menjadikan media sosial sebagai ruang pribadi seperti pilihan Keke dan Nai, silakan aja. Begitupun ketika ingin jadi influencer. Bagus malah ya kalau masih muda sudah menghasilkan karya kemudian dibayar.
Hanya pastikan aja untuk terus belajar. Jangan sekadar bikin konten yang penting viral. Kayaknya lebih sedikit nih yang bikin konten berkualitas dari generasi milenial. Masih banyak yang asal ngejar follower, melakukan panjat sosial, dan berbuat apapun asal bisa viral.
[Silakan baca: Begini Cara Berkomunikasi dengan Remaja]
Kalau menurut peraturan, usia minimal memiliki media sosial adalah 13 tahun. Berarti Keke dan Nai sudah dibolehkan membuat akun karena usianya sudah sesuai. Tetapi, bukan berarti Chi lepas tangan, lho.
Kedewasaan seringkali gak berjalan seiring dengan bertambahnya usia. Makanya, gak heran di media sosial pun banyak yang sudah dewasa, tetapi melakukan sesuatu yang gak patut.
Tentu aja, Chi gak akan terus-menerus mengawasi akun mereka dengan ketat. Sedikit demi sedikit harus dilepas dan biarkan juga mereka belajar bertanggung jawab. Harapannya, tentu aja Chi pengen mereka bisa memanfaatkan media sosial dengan baik.
23 comments
cara pandang anak remaja ttg IG vs ortu emang beda ya mba? Ikhsan sekarang yo lagi mulai seneng pake IG. Musti belajar memahaminya…
ReplyDeletethanks for sharing mba chi
iya, Mbak. Karena beda generasi juga
Deleteqiqiqiqiqiq, seru mba :)
ReplyDeleteJAdi bayangin besok2 saya kayak gini.
Jadi belajar banyak dari mba Myra, emang punya anak remaja itu bikin nano-nano banget :)
Jadi berpikir, kira-kira kapan ya saya ikhlas kasih hape ke si kakak dan biarin dia ber medsos :D
Emak2 memang suka parno ya :D
ReplyDeleteAku juga seperti itu, kalo sore liat di WA anakku (info: last seen siang hari) atau liat di IG (active nya siang), sampai sore belum aktif, aku coba WA atau DM. Kalo nggak dibales2 langsung deh kepikiran, baru lega kalo sudah dibales WA nya hehe
Yesss begitulah dunia remaja jaman now.
ReplyDeleteBener2 parents kudu menambah stok sabaaarrr :D
Enjoy the process kitaaa ya Mbaaa *hugs*
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Meskipun beda genrasi,tetep saja ya, jadi ibu mesti nggak boleh ketnggalan ngikutin teknologi digital ya mba.
ReplyDeleteKalau sang ibu ngga ngerti perkembangan susah dampingi anak ya mba
dunia remaja unik ya, bikin deg degan juga, masalah medsos emang rentan banget ya masuk ke dunia abg, bs positif atau negatif masuknya, tp kalo kuliat abg abg perempuan yang akunnya suka aneh2
ReplyDeleteRemaja kreativitasnya kalo udah terkait media sosial emang luar biasa ya. Beda banget dengan saya yang udah emak-emak dan malah belum begitu memperhatikan pentingnya tone saat ngatur feed Instagram. Kurang telaten... Tapi pelan-pelan mau juga ah rapiin feed IG.
ReplyDeleteAnak remaja memang khas yaaa mbaaa.. auka heboh sendirii deh judulnyaa
ReplyDeleteHihihi sebagai golongan milenial, rasanya Ujame pengen tossan sama dek Keke. Memang tone ig itu penting banget sih sekarang, supaya keseluruhan kelihatan menarik.
ReplyDeleteKalo mau ngefilter kakak Ujame saranin pake VSCO atau Lightroom ya, Dek :D
Kalau usia medsos udah bisa mbak di atas 13 tahun ya, cuma memang harus tetap diawasi ya mbak sehingga benar-benar mereka mengerti dan membatasi penggunaannya. Apalagi kan waktu terus berkembang jadi jaman mereka jaman medsos banget hehe.
ReplyDeleteKeke lbh tertutup yah orgnya kak, tp aq salut sih sama prinsipnya kalau sosial media, bhwa privacy it penting
ReplyDeleteSulungku udah main instagram dan facebook nih. Tau nggak hobinya apa di medsos? Stalking-in akun ibunya cobaaaa.... Kadang kalau pas komen dia sedih ga bisa jalan-jalan kayak ibunya, aku ikut sedih juga. Dia mungkin belum paham kalau medsos itu kan share yang seneng-senengnya aja kaaaann...
ReplyDeleteDuh temannya Keke kok gitu amat ya? Aku diblock si bungsu dari story wkwkwk, cuma bisa lihat feed. Tapi anak2ku memang jarang medsosan, mereka mainnya line aja. Moga2 deh temannya nggak pada julid ngatur2
ReplyDeleteAnak-anak milenial memang begitu ya. Ada aja yang bikin heran. Anak-anakku juga pada punya IG, tapinya jarang upload. Katanya males. Bikin cuma buat stalking akun temen-temennya. Wkwkwwk..
ReplyDeleteNgomongin soal Tone, aku juga udah diajarin Pascal nih caranya hihihi , lebih tau dia nih. Tapi akunay aja yang masih males.
ReplyDeleteSosmed buatremaja boleh tapi kita juga harus mantau juga ya
Aku tuh seneng banget deh kalau kak Mira bahas remaja gini soale jadi pembelajaran anakku juga yang menuju remaja hahaha. Aku pengen banget komunikasi ku sama anak2 bisa enak kaya kamu dan Kenai sih hehe.
ReplyDeleteWah si Keke unik ya Mbak, secara anak2 jaman sekarang malah suka kalau akun IG ya banyak yang follow. Keke malah sebaliknya ya. Tapi ya memang sepertinya pandangan sebagian anak terhadap medsos ada yang seperti Keke, tapi yang lebih suka eksis dan pengen punya banyak followers seperti lebih banyak lagi.
ReplyDeleteaku punya adik yang masih remaja, tapi karena dia selama SMP dan SMA masuk pesantren, bagi dia instagram cuma buat dilihat2 aja. Dianya mager upload kecuali terpaksa hehehe. ada2 aja remaja ini yaaa..
ReplyDeleteWaduh, ternyata urusan IG di dunia remaja bisa sepelik itu ya Mom. Beda sama pikiran dewasa, kalau mau lock ya lock aja bodo amat sama pendapat orang lain. Cukup kaget kalau Keke sampai dibully hanya gara2 IG dilock.
ReplyDeleteBikin panik juga ya bun kalau lihat akun medsos anak tiba-tiba berubah.Anak kayak Keke di zaman sekarang langka banget sepertinya. Soalnya kan kebanyakan anak pengen eksis dan mementingkan follower. Semoga apapun itu cita-cita Keke bisa tercapai yaa.
ReplyDeleteperlu pendampingan tapi juga jangan banyak melarang ya
ReplyDeleteLucu juga yah, klo punya anak remaja. Susah2 ganpang. Tp krna mainannya sama (sosmed) jd lebih punya topik yang samaan gitu hehe
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^