Momen Kebersamaan Saat Asian Games 2018
Masih teringat dengan jelas diingatan saya bagaimana megahnya opening
ceremony Asian Games 2018. Rasa haru dan bangga terus mengaduk perasaan
saya selama tayangan upacara pembukaan ajang olahraga terbesar se-Asia
berlangsung. Padahal saya hanya menonton di layar kaca. Membayangkan
mereka yang berkesempatan menonton langsung, pasti rasanya lebih dari
yang saya rasakan.
Bangga banget lah ternyata negara kita bisa membuat opening ceremony semegah itu dengan memperlihatkan beragam budaya Indonesia. Berbagai pujian pun mengalir. Tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari mancanegara. Bahkan banyak juga yang berharap kelak Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade.
Kebanggan saya ternyata tidak berhenti sampai situ. Satu per satu atlet Indonesia yang bertanding menunjukkan prestasinya. Ya meskipun belum bisa mengalahkan juara bertahan yaitu China. Tetapi, tetap saja perolehan medalinya di ajang ini sangat membanggakan.
Bangga banget lah ternyata negara kita bisa membuat opening ceremony semegah itu dengan memperlihatkan beragam budaya Indonesia. Berbagai pujian pun mengalir. Tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari mancanegara. Bahkan banyak juga yang berharap kelak Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade.
Kebanggan saya ternyata tidak berhenti sampai situ. Satu per satu atlet Indonesia yang bertanding menunjukkan prestasinya. Ya meskipun belum bisa mengalahkan juara bertahan yaitu China. Tetapi, tetap saja perolehan medalinya di ajang ini sangat membanggakan.
Menonton Langsung Pertandingan Olahraga di Asian Games
Sebetulnya saya ingin banget menonton langsung pertandingan olahraga di
Asian Games. Kapan lagi coba negara kita menjadi tuan rumah?
Yup! Event olah raga terbesar ke-2 setelah olimpiade ini memang diselenggarakan 4 tahun sekali. Tetapi, untuk menjadi tuan rumah, tentunya tidak 4 tahun sekali. Makanya saya sempat ingin banget menonton salah satu pertandingan Asian Games.
Saya yakin menonton langsung pertandingan pasti lebih seru. Ingat aja pengalaman beberapa tahun silam ketika menonton pertandingan sepakbola. Saya yang bukan penggemar sepakbola aja bisa ikut deg-degan dan sesekali berteriak ketika menonton langsung. Keseruannya memang berbeda.
Tadinya saya berencana menonton balap sepeda di Velodrome, Rawamangun. Tetapi, setelah lihat jadwalnya ternyata hari kerja semua. Gak ada pertandingan di hari Sabtu atau Minggu. Hmmm... sulit kalau begitu karena gak ada yang jaga papah mertua. Kalau pun ada di hari akhir pekan pun belum tentu bisa berlama-lama.
Pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games adalah tahun 1962. 56 tahun kemudian, Indonesia kembali mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah Asian Games.
Yup! Event olah raga terbesar ke-2 setelah olimpiade ini memang diselenggarakan 4 tahun sekali. Tetapi, untuk menjadi tuan rumah, tentunya tidak 4 tahun sekali. Makanya saya sempat ingin banget menonton salah satu pertandingan Asian Games.
Saya yakin menonton langsung pertandingan pasti lebih seru. Ingat aja pengalaman beberapa tahun silam ketika menonton pertandingan sepakbola. Saya yang bukan penggemar sepakbola aja bisa ikut deg-degan dan sesekali berteriak ketika menonton langsung. Keseruannya memang berbeda.
Tadinya saya berencana menonton balap sepeda di Velodrome, Rawamangun. Tetapi, setelah lihat jadwalnya ternyata hari kerja semua. Gak ada pertandingan di hari Sabtu atau Minggu. Hmmm... sulit kalau begitu karena gak ada yang jaga papah mertua. Kalau pun ada di hari akhir pekan pun belum tentu bisa berlama-lama.
Tiket Festival Asian Games 2018
Karena penasaran banget dengan Asian Games, saya pun mengajak suami
untuk pergi ke Gelora Bung Karno (GBK). Ya, minimal bisa merasakan aura
Asian Games meskipun tidak menonton pertandingan apapun. Sekitar pukul
10.00 wib, kami berangkat ke GBK. Keke dan Naima diminta untuk menjaga
kakeknya selama kami pergi.
Perjalanan menuju GBK cukup lancar. Sempat berputar-putar di sekitar GBK karena bingung cari parkiran. Akhirnya kami parkir di kantor Kemenpora dan berjalan kaki menuju GBK. Kami sempat antre di salah satu halte untuk naik Trans Jakarta. Tetapi, semakin lama semakin banyak yang antre. Maka kami pun memutuskan untuk jalan kaki saja ke gerbang 2 GBK.
Karena tidak ada rencana menonton pertandingan apapun, kami hanya membeli tiket festival seharga 10 ribu rupiah per orang. Kami hanya berkeliling GBK sebanyak 3x, setelah itu memutuskan untuk pulang.
Perjalanan menuju GBK cukup lancar. Sempat berputar-putar di sekitar GBK karena bingung cari parkiran. Akhirnya kami parkir di kantor Kemenpora dan berjalan kaki menuju GBK. Kami sempat antre di salah satu halte untuk naik Trans Jakarta. Tetapi, semakin lama semakin banyak yang antre. Maka kami pun memutuskan untuk jalan kaki saja ke gerbang 2 GBK.
Karena tidak ada rencana menonton pertandingan apapun, kami hanya membeli tiket festival seharga 10 ribu rupiah per orang. Kami hanya berkeliling GBK sebanyak 3x, setelah itu memutuskan untuk pulang.
Suasana Kebersamaan di Gelora Bung Karno
Gelora Bung Karno di hari itu tidak terlalu padat. Mungkin karena masih
pagi. Setelah sampai rumah, saya melihat timeline di Facebook tentang
ramainya suasana GBK saat malam hari. Meskipun begitu, bukan berarti
tidak ada momen istimewa yang saya dapat saat di sana pada siang
hari.
Suara riuh rendah dari dalam stadion GBK sesekali terdengar. Saat itu memang sedang ada pertandingan atletik meskipun saya gak tau nomor apa yang sedang dipertandingkan. Tetapi, mendegar keramaiannya dari luar arena saja sudah terbayang seperti apa keseruannya. Meskipun tidak di dalam arena, beberapa kali saya menangkap momen kebersamaan di Gelora Bung Karno. Kebersamaan dengan keluarga hingga teman-teman.
Suara riuh rendah dari dalam stadion GBK sesekali terdengar. Saat itu memang sedang ada pertandingan atletik meskipun saya gak tau nomor apa yang sedang dipertandingkan. Tetapi, mendegar keramaiannya dari luar arena saja sudah terbayang seperti apa keseruannya. Meskipun tidak di dalam arena, beberapa kali saya menangkap momen kebersamaan di Gelora Bung Karno. Kebersamaan dengan keluarga hingga teman-teman.
Momen Kebersamaan dengan Keluarga
Minggu (26/8) saat kami ke GBK, cukup banyak orang tua yang datang bersama anak-anak. Ajang Asian Games ini memang menjadi momen spesial yang layak banget dinikmati bersama keluarga. Mengenalkan kepada anak tentang beberapa negara di Asia, sportifitas, semangat, hingga kebersamaan. Hal seperti ini tentunya semakin menciptakan bonding antara orang tua dan anak.
Momen Kebersamaan dengan Teman-Teman
Tidak hanya keluarga, kami juga melihat rombongan anak sekolah lengkap dengan seragam bersiap-siap memasuki GBK. Suasana di dalam pun kurang lebih sama. Tidak hanya anak-anak yang berseragam sekolah saja. Tetapi, siapapun mereka memiliki keseruan yang sama. Semuanya terlihat bahagia.
Tolong-menolong, gotong-royong, ramah-tamah, serta tenggang rasa merupakan warisan budaya Indonesia. Masih adakah warisan tersebut saat ini? Jawabannya, masih ada.
Keistimewaan lain dengan diselenggarakannya Asian Games di Indonesia adalah semua masyarakat bisa bergabung dalam #KontingenKebaikan. Kontingen kebaikan ini melakukan berbagai hal baik selama Asian Games berlangsung.
Kebersamaan dengan keluarga atau teman juga termasuk hal baik dan bagian dari warisan budaya Indonesia. Bahkan ada ungkapan "Makan gak makan , asalkan kumpul." Yup! Begitulah orang Indonesia, memang senang sekali berkumpul. Saya banyak menangkap suasana kebersamaan ini selama berada di GBK.
[Silakan baca: Danone-AQUA: Yuk, Bergabung Dalam #KontingenKebaikan di Ajang Asiang Games 2018]
Pesta Asian Games sudah usai. Api sudah padam dan obor secara resmi sudah diserahkan ke China. Tetapi, semoga semua momen kebaikan gak pernah padam sampai kapan pun. Tidak hanya pada saat Asian Games atau event istimewa lainnya, tetapi juga dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adakah momen kebaikan yang teman-teman lihat selama Asian Games berlangsung? Cerita, yuk!
14 comments
Seru yaaa nonton yang di GBK. Aku nonton yang di Palembang aja udah senang. Banyak momen kebaikan yang didapat.
ReplyDeleteMomen gak terlupakan ya, Koh :)
DeleteSaya nyesel gak ke Senayan cuma buat liat booth nya aja, padahal udah jalan dari rumah, eh malah mampirnya ke tempat lain, hahahaha. .. Saya tiap berangkat kerja lewatin gbk, rame luar biasa, antusias masyarakat tinggi banget yah, kapan lagi Indonesia jadi tuan rumah
ReplyDeleteYup! Saat itu tinggi banget antusiasnya :)
DeleteEmang deh asian games ini bikin warga dikampungku juga makin nyatu, sering nobar jadi sering kumpul. Sedih rasanya sekarang udah berakhir.
ReplyDeletekangen momen Asian Games, ya
DeleteMoment kebersamaan akan membuat moment spesial terasa istimewa.
ReplyDeleteSewaktu mpo ke gelora bung karno untuk lihat asian games mpo sempat oma gaul yang datang bersama teman teman untuk nonton atlet lari. Usia tidak mempengaruhi untuk dukungan atlet
iya, Mpo
DeleteSayang aku ga bisa nonton samasekali, kecuali dr tv. Suami yg sempet nonton, bela2in cuti demi bisa nonton pertandingan tenis meja. Dia olahraganya memang itu :). Makanya pgn banget bisa liat pertandingannya walopun atlet indonesia samasekali gada di pertandingan itu.
ReplyDeleteTapi aku yg nonton dr tv aja berasa kok mba meriahnya, bangganya.. Duuh, ga kebayang kalo bisa melihat langsung :)
iya pasti seru banget
DeleteKujuga terpukau mba sama opening ceremony yang luar biasa megah dan keren. Apalagi yang tari saman itu, aku sampai enggak ngedip melihatnya.
ReplyDeleteAku suka sama penutup postingan mbanya. Ya, semoga momen kebaikan di Asian Games 2018 enggak pernah padam dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteKmrn gak sempet ke Festival Asian Games. Tapi seneng liat masyarakat antusias di sana. Memang Indonesia patut berbangga ya sudah berhasil menyelenggarakan pesta olahraga terbesar Asian Games :D
ReplyDeletekeren ya, Pril :)
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^