Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI

By Keke Naima - November 01, 2016

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI - Cerita tentang pengalaman kami ketika mendaftarkan Keke ke SMPN DKI. Gak semulus yang dibayangkan. Ada dramanya hehehe. 

Setelah berdiskusi panjang, kami akhirnya memutuskan untuk mencoba sekolah negeri dulu baru ke swasta. Perjalanan yang penuh deg-degan pun dimulai. Sebetulnya, gak suka dengan proses mendaftar di sekolah negeri. Terkesan hanya mendapatkan 1x kesempatan saja.

Ya, persaingan untuk dapat masuk ke SMPN DKI melalui PPDB online hanya ditentukan dari NEM. Untuk mendapatkan NEM kan cuma ditempuh sekali ujian aja yaitu UN.  Gak ada pula yang namanya remedial di UN. Padahal ketika sedang UN, berbagai faktor bisa mempengaruhi hasil NEM siswa.

Beda dengan sekolah swasta. Gagal di tes masuk gelombang pertama, bisa coba lagi di gelombang berikutnya. Asalkan, mau bayar formulirnya lagi aja hehehe. Beberapa teman yang anaknya sudah yakin masuk sekolah swasta terlihat lebih santai. Sedangkan, Chi masih deg-degan menghadapi UN hingga proses PPDB selesai. Huff!


Tulisan ini juga lumayan panjang. Tadinya mau dibikin 2 bagian, tapi setelah dipikir kembali mendingan langsung jadi satu artikel aja :)

[Silakan baca: Tanpa Ikut Bimbel, Nilai UN Bisa Tetap Bagus? Bisa!]


Sebelum PPDB Online SMPN Dibuka


Jalur Prestasi

Sebetulnya PPDB buka jalan satu-satunya untuk bisa masuk ke SMPN DKI. Ada juga yang namanya jalur prestasi. Tapi, Chi merasa agak kesulitan untuk mencari info tentang hal ini padahal udah berkali-kali googling. Sampe bertanya-tanya sendiri, apa jangan-jangan di DKI memang tidak ada jalur prestasi?

Akhirnya, Chi memutuskan untuk bertanya langsung ke sekolah yang menjadi pilihan kami. Ternyata jalur prestasi ada. Pelaksanaannya beberapa bulan sebelum  PPDB online dibuka. Ada beberapa persyaratan supaya bisa masuk jalur prestasi. Chi sempat mencatat karena tadinya mau coba masukin Keke lewat jalur prestasi dari Taekwondo. Tapi, kami lupa untuk mengurus legalisir suratnya. Tau-tau udah lewat masa penerimaan jalur prestasi.

[Silakan Baca: Taekwondo Tournament]


Tips: Bila teman-teman memiliki anak yang berprestasi secara nasional, mending coba jalur prestasi aja. Tanya langsung ke sekolah yang bersangkutan tentang jalur prestasi ini. Apa saja persyaratannya dan berapa kuota yang tersedia di sekolah tersebut untuk jalur prestasi.


Passing Grade

Passing grade adalah nilai tertinggi dan terendah dari siswa yang diterima di sekolah tersebut. Nilai yang dimaksud diambil dari NEM.

"Berapa ya nilai passing grade tahun ini?"
"Kok, belum keluar ya passing gradenya? Padahal PPDB udah dibuka."

Beberapa kali Chi mendengar pertanyaan yang kurang lebih seperti itu. SALAH KAPRAH kalau menunggu passing grade keluar dulu baru proses PPDB. Passing grade justru keluar setelah seluruh proses penerimaan selesai.

Kalau keluarnya terakhir, kegunaannya passing grade untuk apa?

Kalau buat Chi untuk membuat target. Jadi gini, ketika Keke masih SD, Chi lihat dulu beberapa passing grade SMPN yang dituju. Jangan hanya passing grade di 1 tahun terakhir saja tapi paling enggak 2-3 tahun, lah. Biasanya, sih passing grade gak mengalami banyak perubahan. Misalnya, sekolah A di tahun 2013 nilai NEM tertinggi siswa yang diterima adalah 29,5 dan terendah 27,4. Paling di tahun 2014, 2015, dan 2016 masih seputaran di angka itu. Cuma beda di angka belakang koma aja.

Memang bukan angka yang mutlak, sih. Misalnya, ada satu sekolah yang passing gradenya selalu tinggi tapi di satu atau 2 tahun ajaran tenyata menurun. Biasanya kalau begitu suka ada faktor penyebabnya. Salah satu penyebabnya adalah sekolah lagi direnovasi total. Akibatnya, banyak siswa yang memiliki NEM tinggi memilih sekolah lain.


Simpelnya, kalau di sekolah tersebut membuka 100 kuota, nanti di akhir pendaftaran akan dilihat NEM tertinggi dan terendah yang diterima di sekolah tersebut. Itu yang dinamakan passing grade.

Angka-angka tersebut Chi jadiin target. Chi bilang ke Keke kalau minimal punya NEM 27,5 kayaknya bakal tenang. Syukur-syukur bisa di atas 28, biar bisa bebas memilih SMPN manapun. Nyatanya NEM Keke sedikit di bawah target. NEMnya gak jelek, cuma memang butuh persaingan yang lumayan berat. Nah, di sini dramanya dimulai hehehe


Aktif Cari Info

Mencari info lewat internet aja gak cukup. Bahkan udah bertanya ke sekolah pun kadang belum cukup. Banyak informasi yang bersliweran yang kadang info satu dengan lainnya berbeda. Bikin bingung!

Salah satu kejadian, nih. Keke itu kan SDnya di Bekasi mau ke SMPN Jakarta. Beberapa teman bilang kalau dari luar DKI mau sekolah di DKI berarti harus ngurus surat pindah rayon. Di syarat dan ketentuan yang kami baca di website PPDB tidak ada ketentuan pindah rayon. Tapi ada yang bilang, pernah ada kejadian di syarat memang gak ada cuma begitu terdaftar biasanya sekolah yang bersangkutan meminta. Kalau sampe gak punya, nanti dianggap batal. Tanya ke beberapa SMPN, jawabannya pun berbeda-beda. Ada yang bilang pake, ada yang enggak. Bingung!

Untuk cari amannya, K'Aie pun mulai mengurus surat pindah rayon. Kami benar-benar mengurus sendiri. Dari mulai meminta berkas di SD trus kesana-kemari. K'Aie sampai sempat bilang kapok dan Chi pun ngakak. "Ya, begini deh kalau mau ke negeri. Harus kesana-kemari hehehe." Ya, memang lumayan cobaan juga sih mengurus sana-sini. Udahlah infonya simpang-siur, saat itu lagi bulan Ramadhan. Sinar matahari lagi bersinar dengan unyu-unyu saat itu. Dan harus wara-wiri untuk mengurus sekolah saat lagi puasa memang berat juga rasanya hihihi.


Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI 
Catatan dari salah satu SMPN yang didatangi tapi bukan dari SMPN Keke. Ada permintaan surat keterangan pindah rayon


Karena SDnya bukan di DKI, kami pun harus mengurus semua sendiri. Sekolah hanya sebatas membantu menyediakan berkas yang dibutuhkan. Berbeda kalau memilih SMPN di Bekasi. Setidaknya, sudah dibantu pengurusannya untuk proses pendaftaran.

Tapi, kelihatannya memang seperti itu. Dimana-mana sama aja. Teman Chi yang anaknya sekolah di DKI tadinya pengen sekolah di SMPN Bekasi. Ketika tahu harus mengurus sendiri, batal deh jadinya. Alasannya lebih praktis mendaftar di DKI karena sudah dibantu sekolah. Udah gitu, saat mengurus sana-sini, kami baru tau kalau bisa dikolektif. Hmmm ... Tau gitu titip siapa gitu, ya hihihi


Ternyata, setelah Keke diterima di SMPN sampai detik ini, gak diminta tuh surat pindah rayon. -_-


Dari Daerah Gak Bisa Daftar Ke DKI?

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI 
Jadwal pertama seperti ini, pra pendaftaran hanya sampai tanggal 24. Padahal SHUN Bekasi baru keluar tanggal 25 Juni. Kalau gak berubah juga jadwalnya, berarti yang dari Bekasi gak bisa daftar ke Jakarta. Untung last minute, jadwalnya berubah


Salah satu persyaratan wajib siswa daerah yang akan mendaftar ke DKI adalah harus melakukan pra pendaftaran. Sempat terjadi keresahan di sini. Salah satu syarat pra-pendaftaran adalah harus menyerahkan SKHUN. Kalau gak ada SKHUN, maka gak bisa ikut pra-pendaftaran. Kalau gak ikut berarti gak bisa ikut PPDB online. Dan, masa pra-pendaftaran SMPN DKI ditutup tanggal 24 Juni 2016. Masalahnya, SKHUN di Bekasi baru keluar tanggal 25 Juni!

Rupanya, urusan SKHUN/NEM ini setiap daerah bisa berbeda-beda. DKI Jakarta keluar NEM lebih cepat. Agak mengherankan sebetulnya karena UN kan dilaksanakan serempak di seluruh Indonesia. Tapi kenapa pengumuman NEM tanggalnya bisa berbeda-beda di setiap daerah? Bahkan untuk yang berdekatan seperti Jakarta - Bekasi saja bisa selisih beberapa hari.

Sekolah tidak bisa berbuat apapun. Pahitnya, kalau sampai Diknas DKI tidak mengubah kebijakannya, maka tertutup sudah bagi siswa Bekasi atau daerah lain yang belum keluar NEMnya untuk bersekolah di Jakarta. Lemas dan marah ketika Chi mengetahui hal ini. Gimana gak marah kalau usaha terancam gagal hanya karena kebijakan yang gak sinkron antara daerah satu dengan yang lain?


Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI

"Ramein di Twitter!" kata K'Aie. Maksudnya ngeramein bukan cari ribut, ya. Tapi, bertanya ke akun yang aktif. Chi lihat ada juga yang protes tentang hal ini. Dan, akun twitter Kemdikbud (@Itjen_Kemdikbud) aktif. Chi pun langsung nge-tweet malam hari menjelang pembukaan pra-pendaftaran. Alhamdulillah, responsnya cepat. Akun tersebut meminta diknas Jabar dan DKI untuk segera merespons.

Pagi harinya, ada teman yang mengabarkan kalau ada kebijakan baru tentang masa pendaftaran. Jadi diperpanjang dan langsung nyambung ke PPDB. Dan, seluruh sekolah di DKI bisa membuka pra-pendaftaran. K'Aie pun langsung mendatangi sekolah yang dipilih tapi ternyata belum tau kabar terbaru ini. Memang mendadak banget sih info terbarunya. Tetap bersyukur alhamdulillah, senanglah karena bisa ikut PPDB.


Untuk pra-pendaftaran tadinya hanya beberapa sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan. Tapi karena ada perubahan mendadak itu, semua sekolah bisa melakukan pra-pendaftaran.


Masa PPDB Online SMPN


Pra-Pendaftaran dan Pendaftaran

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI

Setelah NEM diterima, Sabtu pagi sekitar pukul 06.30 wib, K'Aie langsung bergegas ke sekolah yang dituju. Penting banget untuk datang sepagi mungkin karena antreannya mengular. Waktu K'Aie datang ke sana aja udah dapat antrean dengan nomor urut puluhan. Beberapa teman agak siang datangnya sudah ratusan pendaftar.

Saat pra dan pendaftaran jangan lupa bawa berkas yang dibutuhkan. Chi rada lupa berkas apa aja. Bawa juga foto copy surat-surat tersebut yang sudah dilegalisir. Di website PPDB online tertera kok berkas apa aja yang harus dibawa. Atau kalau mau lebih pasti tanya juga ke sekolah yang dituju.


Tips: Penting banget bawa berkas lengkap biar gak bolak-balik mengurus. Apalagi kalau melihat jumlah pendaftar yang jumlahnya ratusan.

Setelah selesai urusan pendaftaran, nanti akan dapat selembar kertas yang disebut token dan juga nomor pendaftaran. Kertas ini yang berisi data untuk mendaftarkan siswa secara online. Mudah kok bikin akun dan cara daftarnya. Tapi yang perlu diingat adalah wajib berhati-hati. Karena banyak yang terjebak ketika menentukan sekolah pilihan.

Untuk DKI, PPDB Online menggunakan website http://jakarta.siap-ppdb.com. Gak semua daerah menggunakan website siap-ppdb ini. Contohnya di Bandung, menggunakan website sendiri. Tapi, daerah Jawa Barat lain seperti Bekasi atau Parongpong menggunakan website siap-ppdb. Walaupun, sama-sama pakai siap-ppdb pun setiap daerah punya aturan sendiri. Jadi, harus benar-benar dicermati, ya :)

DKI tadinya menggunakan website lain untuk tahun ini. Tapi, masih ingat kejadian heboh PPDB online SMA? Yang akhirnya membuat seluruh calon siswa harus melakukan proses pendaftaran ulang? Nah, akhirnya balik lagi ke web siap-ppdb. Gak tau ya apakah tahun depan masih pakai web ini atau tidak :)


Jalur Umum 1

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI\
Seperti ini jadwal untuk jalur umum 1. Di setiap jalur ada jadwalnya. Dicermati dengan teliti, ya. Jangan sampai terlewat :)


Ada 3 proses penerimaan PPDB Online SMPN DKI Jakarta, yaitu

  1. Jalur umum 1
  2. Jalur lokal
  3. Jalur umum 2

Di jalur umum 1, seluruh siswa dari manapun bisa mendaftar ke DKI. Ada 2 jalur penerimaan untuk jalur umum 1, yaitu

  1. Calon siswa yang memiliki KK DKI
  2. Calon siswa yang KK nya bukan DKI

Yang membedakan tentu kuotanya. Di sekolah negeri, rata-rata 1 kelas berisi maksimal 36 siswa. Jadi, kalau sekolah A membuka 6 kelas untuk kelas 7, berarti dihitung saja total perkalian 6 x 36, yaitu 216 siswa.

Di jalur umum 1, tidak seluruh total kuota yang dibuka. Paling hanya 30% dari total kuota. Misalnya, sekolah A memiliki total kuota sekitar 300-an, berarti jumlah kuota yang dibuka untuk calon siswa yang memiliki KK DKI adalah 100 siswa. Sedangkan untuk yang bukan dari KK DKI, hanya 10% dari kuota jalur umum sekolah tersebut. Contoh, kalau sekolah A buka 100 kuota untuk yang KK DKI, berarti yang bukan KK DKI jatahnya 10 siswa.

Mengingat jalur umum dibuka secara nasional, kebayang kan persaingannya kayak apa? Apalagi untuk SMPN favorit. NEM-nya tinggi-tinggi amat! Sampe Chi mikir, 'Anak-anak ini pada makan apa, ya NEM-nya bisa pada tinggi kayak gitu?' hehehe. Persaingannya ketat banget dan dalam hitungan detik ada aja calon siswa yang terlempar dari kuota.


Persaingan memang berdasarkan urutan. Setiap saat peringkat calon siswa bisa turun kalau ada calon siswa lain yang daftar ke sekolah yang sama tapi NEMnya lebih tinggi. Lalu, bagaimana kalau ada ada calon siswa yang nilainya sama? Dilihat per mata pelajaran. Urutannya adalah Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Kalau ada 2 anak mempunyai total nilai sama, tapi si A nilai bahasa Indonesia lebih tinggi dari B, maka si A yang peringkatnya ada di atas B.

Oiya, kalau untuk SMPN DKI dilihatnya dari nilai rata-rata NEM, ya. Sebetulnya sama aja, sih NEM atau nilai rata-rata. Kalau NEM kan nlai total dari 3 pelajaran yang UN. Sedangkan nilai rata-rata adalah total NEM dibagi 3. Gitu aja, sih.

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI
Ini hasil akhir nilai rata-rata siswa yang keterima di SMPN Keke. Nilai rata-rata terendahnya, 91,83! Sedangkan Keke nilai rata-ratanya adalah 89,3 :D
Di Jalur Umum 1, dibuka 100 kuota, sedangkan jumlah pendaftar yang berminat ke SMPN tersebut hampir 1000 calon siswa. Berarti hampir 900 calon siswa yang tidak diterima di SMPN tersebut untuk Jalur Umum 1.


Walaupun sudah mendapatkan token, kami tidak langsung mendaftar online. Memantau dulu persaingan NEM. Pagi-pagi, Chi lihat trafik sekolah yang kami inginkan. Seandainya didaftarkan saat itu juga, Keke masih ada diurutan 10 besar. Itu karena yang daftar masih sedikit. Tapi, gak sampe pukul 2 sore, Keke sudah terlempar. Artinya, banyak siswa yang NEMnya lebih tinggi di atas Keke. *cuma bisa nyengir hehehe*

Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI 

Setiap calon siswa diberikan memilih 3 sekolah negeri pilihan. Tetapi, calon siswa TIDAK HARUS membuat 3 pilihan. Rupanya banyak juga yang belum tau. Disangkanya, ada 3 pilihan itu artinya harus mengisi semuanya. Padahal gak perlu. Karena ketidak tahuan itu, akhirnya ada yang memilih tiga sekolah. Tapi, ada juga yang memilih 3 sekolah karena khawatir gak diterima. Padahal urusan memilih sekolah ini kita harus bener-bener hati-hati, deh. Jangan sampai akhirnya menyesal.

Menentukan urutan sekolah pilihan sebaiknya berdasarkan passing grade. Bukan karena lokasi atau lainnya. Di sinilah pentingnya untuk tau passing grade sekolah pilihan yang dipilih. Kenapa berdasarkan passing grade? Misalnya, kita pilih SMPN B di urutan pertama dan sekolah A di urutan kedua. Tapi, berdasarkan sejarah, passing grade sekolah A selalu lebih tinggi dari sekolah B. Kalau pas seleksi, calon siswa sudah terlempar dari pilihan pertama, berdasarkan aturan langsung masuk seleksi pilihan kedua. Kalau di pilihan kedua juga terlempar, langsung ke seleksi pilihan ketiga. Tapi, kalau pilihan kedua passing grade-nya lebih tinggi dari yang pertama itu sih udah otomatis terlempar, lah. Langsung masuk seleksi di pilihan ketiga. Itupun dengan catatan passing grade pilihan ketiga lebih rendah dari pilihan pertama atau kedua. Kalau lebih tinggi udah otomatis gak keterima diketiga sekolah itu.

Kami hanya ingin masuk di salah satu SMPN saja. Kebetulan yang kami pilih itu termasuk salah satu sekolah favorit di DKI. Tapi, bukan itu alasannya melainkan karena paling dekat dengan rumah. Pertimbangan lokasi memang masih jadi salah satu alasan utama kami. Gak pengen anak-anak sekolah yang (terlalu) jauh.

[Silakan baca: Pilah-Pilih Sekolah]

Begitu tau, calon siswa yang masuk ke sana di jalur umum 1 ini NEMnya sudah di atas Keke semua, kami berencana untuk tidak ikut saja. Tunggu jalur berikutnya dibuka. Tapi, kemudian Chi membaca info kalau seluruh calon siswa SMPN DKI wajib ikut jalur umum 1 dulu supaya bisa ikut jalur berikutnya. Duh! Ini benar gak, ya beritanya? Benar-benar galau membacanya sedangkan kami udah gak tau mau cari info di mana lagi. Serba simpang-siur sedangkan waktu pendaftarn sudah berjalan.


Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI 
Gara-gara baca info ini yang bikin galau, jadinya kami memutuskan untuk mendaftar di jalur umum 1


Akhirnya, kami pun (terpaksa) mendaftar. Tapi, cuma memilih 1 sekolah saja. Di mana sudah tau jawabannya pasti terlempar. Ya, emang sekadar syarat aja sih kami mendaftar biar bisa ikut jalur berikutnya hehehe.

Untuk teman-teman yang ingin mendaftarkan putra/i-nya di SMPN DKI tetapi belum ber-KK DKI juga patut perhatikan urusan kuota ini, ya. Jatah dari luar DKI sedikit banget dan hanya bisa ikut seleksi di Jalur Umum 1. Chi gak tau apakah kalau tidak diterima kemudian masih ikut seleksi SMPN di daerah asalnya atau tidak. Karena ada yang bilang bisa, tetapi ada juga yang bilang tidak.

Begitupun dengan teman-teman yang berencana punya KK DKI. Setahu Chi, untuk bisa ikut PPDB Online dengan KK DKI juga ada minimal jangka waktunya. Jadi, gak bisa mepet bikinnya.


Jalur Lokal

Jalur lokal HANYA bisa diikuti oleh calon siswa yang memiliki KK DKI. Dan untuk SMPN DKI jalur lokal yang dipilih HANYA yang satu kecamatan dengan KK-nya.

Misalnya, KK yang kita miliki adalah kecamatan Menteng, berarti bila ingin ikut jalur lokal hanya bisa memilih sekolah yang berada di area kecamatan Menteng saja. Untuk tau di kecamatan tersebut ada SMPN apa saja, bisa googling. Tapi, di website PPDB begitu masuk jalur lokal sudah otomatis pilihannya berdasarkan kecamatan, kok. Dengan kata lain, pilihannya sudah mengerucut tidak lagi sebanyak Jalur Umum 1.

Lalu kenapa Chi sampai meng-capslock kata HANYA? Karena ini pun sempat simpang-siur. Memang sih di aturan PPDB Online jelas tertulis seperti itu. Tapi, ketika K'Aie melakukan pendaftaran, petugasnya mengatakan kalau untuk jalur lokal tetap bisa memilih sekolah manapun di DKI asalkan KK DKI.

Kalau memang bisa daftar di sekolah manapun, tentu bikin kami lega. Walaupun kami ber-KK DKI tetapi kalau harus mengikuti aturan berdasarkan kecamatan, jaraknya jauh dari rumah. Sedangkan, SMPN yang kami incar beda kecamatan.

Dengan rasa optimis, kami pun coba daftar online begitu jalur lokal dibuka. Tapi, apa yang terjadi? Ternyata memang berdasarkan kecamatan. Jelas saja sekolah yang kami pilih tidak ada. Chi lemes banget lihatnya. Ujung-ujungnya nangis. Stress! Sambil berangkat ke kantor, K'Aie sempat mampir ke sekolah yang dituju untuk bertanya tentang pilihan ini. Kan, katanya bisa daftar di sekolah manapun? Ternyata, jawabannya sudah bisa diduga. Ikuti aturan yang ada di web. Beugh!

Kuota jalur lokal lebih besar dari jalur umum 1. Misalnya total sekolah tersebut kuota maksimalnya adalah 300, bila di jalur umum 1 sudah membuka 100 kuota maka kuota di jalur lokal adalah 200 ditambah sisa kuota jalur umum 1. Ya kali aja ada yang gak melakukan pendaftaran ulang setelah dinyatakan diterima di jalur umum 1.

Kalau dipikir-pikir, lucu juga, ya. Chi yang tadinya gak pengen banget Keke masuk negeri malah jadi yang paling sedih. Justru K'Aie lebih tenang. Gimana gak sedih, setahunan Keke belajar supaya NEMnya bagus tapi terancam gak bisa masuk negeri karena aturan ini.

[Silakan baca: Pilih Sekolah Swasta atau Negeri?]

Sebetulnya sih bagus juga aturannya karena tujuannya supaya pendidikan merata. Artinya, murid yang NEMnya tinggi gak ngumpul di sekolah tertentu saja. Makanya diadain jalur lokal yang jatah kuotanya lebih besar dari jalur umum 1. Biasanya di jalur lokar persaingannya lebih longgar. Siswa yang keterima di jalur ini, range NEMnya lebih luas. Ada yang tinggi ada juga yang rendah.

Itulah yang bikin Chi sedih. Ini sekolah dekat sama rumah tapi gak bisa memilih di sana saat jalur lokal karena beda wilayah administrasi. Padahal kalau lihat range NEM yang diterima di jalur lokal sekolah tersebut, Keke bisa keterima. Malah mungkin masih termasuk urutan 50 besar dari sekitar 200-an kuota yang dibuka. *sedih banget*


 
Ini nilai rata-rata siswa yang keterima di SMPN Keke untuk Jalur Lokal. Kalau aja Keke bisa ikut jalur lokal untuk SMPN tersebut, kemungkinan udah keterima


Chi dan K'Aie pun berdiskusi. Pilihan pertama adalah memilih sekolah yang sesuai dengan KK. Resikonya memang jauh dan kami mulai berhitung waktu serta ongkos transportasi umum bila Keke bersekolah di sana. Rencananya mencoba 1-2 semester aja kemudian pindah ke SMPN yang dekat dengan rumah. Pilihan kedua, kami tidak ikut jalur lokal ini dan berharap masih ada sisa kuota di jalur berikutnya. Akhirnya, kami memilih jalur berikutnya dan tidak ikut jalur lokal sama sekali.

[Silakan baca: Keke dan Transportasi Pulang Sekolah]

Bener-bener harus berstrategi untuk urusan kuota ini. Chi bersyukur K'Aie lebih tenang. Gak kayak Chi yang emosional hehehe. Karena ketenangan memang penting untuk urusan pilih sekolah negeri. Jangan grasa-grusu, jangan sampai salah pilih.

Contohnya nih, ada teman yang pengen anaknya masuk sekolah A. Karena khawatir gak diterima, di saat jalur umum 1 membuat 2 pilihan. Sekolah A untuk pilihan pertama dan sekolah B untuk pilihan kedua. Padahal KKnya satu kecamatan ma sekolah A. Kalau kondisinya seperti itu, mendingan buat 1 pilihan aja, yaitu sekolah A. Karena kalau sampai gak diterima di jalur umum pertama, tetap bisa ikut jalur lokal dan memilih sekolah A dengan kans yang pastinya lebih besar. Toh, NEM nya juga sebetulnya gak jelek.

Terlempar di sekolah A, anaknya keterima di sekolah B melalui seleksi jalur umum 1. Kalau sudah begini, pilihannya adalah melakukan pendaftaran ulang untuk sekolah B. Atau tidak melakukan daftar ulang sama sekali tapi gak boleh ikut seleksi untuk jalur berikutnya. Teman Chi ini, akhirnya (terpaksa) memilih menyekolahkan anaknya di sekolah B. Karena udah gak mungkin bisa ikut jalur lokal. Kan, statusnya udah keterima di jalur umum walaupun bukan di sekolah A.


Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI 
Nah, Keke kurang lebih kayak gini. Nasib tinggal di perbatasan -_-


Temen Chi itu sebetulnya bisa aja coba di jalur 3, seperti yang kami lakukan. Tapi, memang gak bisa berharap banyak dari jalur 3. Belum tentu juga jalurnya dibuka. Tapi, kami sih nekat aja, deh. Sekecil apapun, harapan tetap ada. Kalau memang gak dibuka, ya berarti memang sudah jalannya Keke harus sekolah di swasta.


Jalur Umum 2

Menunggu jalur ke-3 atau jalur umum 2 adalah masa yang paling menegangkan. Baru dibuka jalurnya setelah lebaran! Seumur-umur baru kali ini, Chi lebaran dengan rasa was-was. Orang lain mah udah mikirin mudik dan nikmatnya hidangan ketupat bersama keluarga besar, Chi boro-boro. Riweuh, lah.

Mana selama masa PPDB ini kan Keke kena Typus selama sebulan. Pikiran Chi jadi bercabang-cabang. Emosi jadi mudah terpancing. Malas banget kalau ditanya keluarga besar, "Keke sekolah dimana?" Sedih kalau melihat banyak teman sudah mulai sibuk beli seragam baru untuk anak-anaknya, Chi belum ada persiapan apapun.  Gimana mau beli seragam kalau sekolah aja belum tau di mana? Sedangkan di sisi lain, Keke belum juga sembuh.

[Silakan baca: Keke dan Pencernaan Sensitif]

Kami pun mudik tidak terlalu lama karena harus mengurus sekolah. Kalaupun pahitnya Keke gak jadi ke SMPN, tetep aja harus melakukan daftar ulang di sekolah swasta yang sudah dipilih. Gak sabar rasanya menunggu jalur ke-3 ini dibuka.


Jalur ke-3 atau jalur umum 2 ini bisa dikatakan jalur sisa. Artinya bila sekolah tersebut masih ada sisa kuota, berarti jalur ini dibuka. Aturannya sama seperti Jalur Umum 1, tetapi yang bisa ikut hanya yang ber-KK DKI.

Namanya juga jalur sisa. Bisa dibuka, bisa enggak. Agak berharap, banyak yang gak melakukan daftar ulang di jalur lokal. Jadi, masih ada kuota untuk jalur umum 2. Sebelum SMPN, diawali dengan jalur 2 untuk SMAN DKI dulu. Walaupun yang boleh ikut hanya yang ber-KK DKI saja, persaingannya tetap ketat.

Begitu hari H, Chi langsung buka web PPDB. Bersorak gembira ternyata masih ada sisa kuota untuk sekolah yang kami inginkan walupun cuma 2 kuota saja. Iya, cuma 2! Padahal sekolah lain rada lebih banyak, paling gak bisa sampe 5 kuota, lah. Kami pun langsung daftar saat itu juga dan Keke ada di nomor buntut.

Jalur ke-3 ini hanya dibuka dari pukul 08.00 s/d 17.00 wib. Seharian itu Chi dibikin deg-degan. Chi juga lihat sekolah lain yang dekat dengan sekolah pilihan kami. Karena biasanya calon siswa yang memilih di sekolah lain, pilihan keduanya di sekolah yang kami mau itu. Seperti di urutan ke-4 (dari sisa 5 kuota) calon siswa di sekolah lain, pilihannya sekolah yang kami tuju. Bila calon siswa ini terlempar di pilihan pertama, otomatis akan masuk di pilihan kedua dan Keke yang terlempar karena kalah NEM. Ah, deg-degan bangeeeett!

Menit-menit terakhir, menjelang penutupan jalur ke-3 kami rajin melakukan screenshot. Kelebihan sistem online ini, seleksinya transparan. Kita bisa setiap saat memantau bahkan melihat nilai seluruh siswa dari sekolah manapun. Tapi, namanya juga teknologi siapa tau error. Makanya kami screenshot terus untuk jaga-jaga sebagai barang bukti kalau terjadi sesuatu. Begitu status pendaftaran tertulis AKHIR, rasanya Chi langsung lemas! Alhamdulillah, nama Keke ada di sana, Di sekolah yang memang kami pilih.


Daftar Ulang

Setelah dinyatakan diterima, jangan lupa daftar ulang, ya. Karena kalau gak daftar ulang, dianggap mengundurkan diri. 

Chi waktu itu gak sempat tanya ke SMPN, untung ada teman yang kasih tau berkas apa aja yang harus dibawa. Tapi, saran Chi kalau gak tau apa aja yang harus dibawa, mending bawa aja semua berkas. Usahakan datang pagi, siapa tau butuh mengurus ini-itu. Kalau Keke udah komplit berkasnya, jadi ngurusnya gak lama. Apalagi yang daftar ulang kan cuma 2 orang :D

Lega setelah Keke diterima. Selesai juga proses panjang yang bikin deg-degan ini. Kalau gak mau deg-degan pilihannya adalah lewat jalur prestasi, NEMnya harus tinggi banget, atau pilih SMPN yang satu kecamatan ma KK. :D

Beginilah cara dan rasanya ikut PPDB Online SMPN DKI. Kalau teman-teman punya cerita apa tentang daftar ke sekolah negeri? Kalau Chi mau bernapas sejenak dulu, deh. 2 tahun lagi mungkin akan merasakan seperti ini lagi untuk Nai. Tapi, semoga lebih dilancarkan :)

    • Share:

    You Might Also Like

    0 comments

    Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

    Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^