Nai dan Business Day- Business day adalah hari yang paling ditunggu oleh Nai sejak
4 tahun lalu. Bussines day adalah kegiatan di sekolah Keke dan Nai. Di
mana satu angkatan diajak untuk belajar berbisnis di sekolah. Nanti
pembelinya adalah warga sekolah, dari guru hingga murid. Angkatan Keke sudah melakukannya pada tahun 2012 lalu. Dulu namanya
Pasar Mini (silakan baca:
Pasar Mini). Keke jualan schotel. Dan, berhasil membawa pulang uang sebesar 43
ribu *Sukses masuk kantong bundanya hahaha* Melihat Keke ada kegiatan Pasar Mini, Nai pun berharap suatu saat bisa
merasakan kegiatan ini. Makanya, dia senang banget ketika waktunya tiba.
Dia makin senang ketika mendengar kabar kalau jualannya per group. Dia
dan 3 orang sahabatnya pun langsung berembuk. Keputusan bersama yang
berlangsung cepat adalah jualan slime *Hadeeuuhh slime memang kekinian
banget.*
Sebetulnya, Chi keberatan Nai jualan slime.
Pengennya makanan aja tapi Nai bersikeras tetap ingin jualan slime
karena sudah jadi keputusan bersama katanya. 1 bulan sebelum busines day, Nai terlihat berwajah layu saat keluar
dari sekolah ... Bunda: "Kok, wajahnya begitu? Lagi sedih?" Nai: "Ternyata grupnya ditentuin, gak bisa milih." Bunda: "Trus, Ima sama siapa?" Nai: "Belum tau, ditentuinnya nanti. Sekarang disuruh jualan ini dulu.
Bunda beli, yaaa! Punya Ima gak laku-laku." Chi lalu meminta Nai bercerita lebih detil. Ternyata, peraturan
Business Day kali ini berbeda dengan zaman Keke. Waktu Keke, semua murid
yang jualan di Pasar Mini dikasih modal masing-masing 20 ribu. Terserah
mau jualan apa, gak pake grup-grupan. Yang penting, setelah Pasar Mini
selesai, wajib mengembalikan modal 20 ribu itu ke sekolah. Kalau Nai lain lagi. Setiap anak dikelompokkan dan ditentuin jualannya.
Lalu, setiap anak dikasih stiker 20 lembar untuk dijual. Disarankan
harga jualnya 5 ribu per stiker. Nai jadi gak semangat ikut Business
Day. Udahlah rencana bikin slime terancam gagal karena belum tentu 1
grup, trus disuruh jualan stiker pula. Nai bilang kalau dia gak bisa jualan. Saat di sekolah, dia terus aja
mengikuti sahabatnya untuk jualan. Hasilnya, sahabatnya berhasil menjual
beberapa stiker ke kakak kelas. Sedangkan Nai tidak terjual sama sekali
stikernya. Bunda: "Adek harusnya jangan ngikutin terus." Nai: "Ima malu, Bunda. Trus gimana, dong. Ayah sama Bunda aja yang
beli, yaaa." Bunda: "Ayah sama Bunda belakangan aja. Ima usaha dulu." Nai: "Gak bisa! Ima malu!" Bunda: "Tuh, A' Keke datang. Coba, Ima minta tolong sama A'
Keke." Begitu Keke masuk ke dalam mobil, Ima langsung curhat. Dengan sigap,
Keke pun langsung keluar dari mobil. Keke: "Ima gak ikut keluar?" Nai: "Emang ngapain?" Keke: "Ayo Keke ajarin jualan." Nai: "Ima malu, Keke aja yang jualan." Keke: "Gak bisa, Ima harus ikut biar belajar. Ayo turun!" Wajah Nai terlihat mau menangis karena dipaksa oleh Keke. Bunda: "Ke, udah bantuin aja jualan stiker. Biar adikmu tunggu di
mobil." Keke: "Gak bisa Bunda. Nai juga harus belajar. Gimana bisa belajar
kalau Nai gak ikut? Nai harus ikut supaya bisa lihat Keke jualan." Bunda: "Ya tapi gak sekarang kali, Ke. Adikmu udah mau nangis, tuh.
Keke mau bantu, kan?" Keke: "Ya, udah deh. Masa stikernya?" Keke lalu keluar sambil membawa beberapa lembar stiker. Gak berapa
lama, dia masuk lagi ke mobil. Bunda: "Udah selesai jualannya?" Keke: Belum, Keke titip ke Andi *bukan nama sebenarnya*. Dia di sekolah
sampe sore, biar aja dia yang jualan. Tapi, laku gak laku tetep harus
bayar Andi ya, Bun. Kan, dia udah bantuin jualan. Bayar 5000 ke
dia." Ternyata gak selembar pun stiker Nai yang laku. Ya iyalah kalau satu
angkatan jualannya di sekolah, bakal susah lakunya. Lagian mereka lebih
memilih beli cilok daripada stiker hehehe. Nai: "Ya, terus gimana, dong? Keke beli stiker Ima juga, ya?" Keke: "Ya udah berapa?" Nai: "Selembarnya 5000, Ke." Keke: "Keke beli 4 kalau gitu." Bunda: "Keke kan baru ulang tahun, uangnya lumayan banyak. Lebihin lah
buat adikmu. Selembarnya 10 ribu." Keke: "Kemahalan, Bun. 20 ribu 3, ya." Bunda: "Jangan ditawar atuh, Ke." Keke: "Lho, namanya juga jual-beli. Harus ditawar, Bun." Ini Keke belajar tawar-menawar dari mana, ya? Karena Bundanya paling
malas urusan tawar-menawar. Lebih suka harga pasti huahahaha ... Nai: "Jangan dong, Ke. 10 ribu 1, ya." Keke: "Kemahalan, Ma. 20 ribu 3 baru Keke mau." Nai: "Gini aja, deh. Stikernya 10 ribu 1. Tapi kalau Keke beli 2, Ima
kasih bonus 1. Jadi, Keke dapat 3. Gimana?" Keke: "Ya itu sama aja 20 ribu 3, Imaaaa ..." Nai: "Bedaaa .... Pokoknya, Bedaaaa ..." Keke: "Ya udah, Keke ambil 3. Uangnya minta sama Bunda, ya. Kan, uang
Keke disimpan Bunda." Chi ngikik sendiri mendengar Keke dan Nai berdebat tentang harga hehehe
... Keke: "Nai, kalau mau stikernya laku, minggu depan kan mau ke Bandung.
Ima jual tuh ke Nin, Aki, dan lainnya. Pasti laku, deh." Beberapa hari kemudian ... Nai: "Bundaaa ... Lihat ini." *Nai melambaikan beberapa lembar
stiker* Bunda: "Stiker lagi?" Nai: "Iya, Ima beli dari temen." Bunda: "Maksudnya?" Nai: "Temen Ima curhat kalau stikernya gak laku-laku. Ima kasihan, jadi
Ima beli aja stikernya." Bunda: "Deeek ... Stikermu aja belum laku. Berarti Ima senasib. Kenapa
juga harus dibeli?" Nai: "Gak apa-apa, Bun. Kasihan." Bunda: "Lah, trus yang kasihan sama kamu siapa?" Nai: "Tenaaang hehehe ..." Eyaampun Imaaa ... Chi gak marah malah jadi ngikik dengernya sambil gak
bingung sendiri. Mungkin ini yang disebut rasa sosial, ya? :D Ketika berkumpul dengan keluarga besar, tetep aja kenyataannya dia malu
kalau disuruh jualan. Akhirnya, Chi yang nawarin stiker ke beberapa
keluarga besar. Lumayan, laku banyak dan mereka pada memberi lebih dari
harga jual. Penentuan grup ditentukan dengan waktu yang agak mepet. Nai kebagian
berjualan aksesoris. Agak ribet mencari aksesoris yang murah meriah.
Waktunya yang gak ada. Untung aja last minute, Nai boleh jualan makanan.
Chi menawarkan untuk jual schotel, tapi Nai gak mau. Dia maunya jualan
aneka camilan yang dikemas jadi goodie bag. Dengan modal uang dari
jualan stiker, kami pun belanja ke minimarket. Sempat agak berdebat dengan Nai untuk urusan menentukan harga jual.
Menurut Chi jatuhnya jadi rada mahal untuk harga jual Tapi, Nai kepengen
jualan murah. Trus,
dia punya itungan yang rada njlimet. Sampe Chi bilang, "Terserah adek
aja. Yang penting belajar jualan." Dari pengalaman Business Day ini, Chi bisa ambil pelajaran kalau setiap
anak itu unik. Bahkan sesama saudara sekandung sekalipun. Keke lebih
berani maju dan bisa mengolah kata. Sedangkan Nai lebih suka di belakang
layar. Membuat konsep ini dan itu. Tapi, walaupun awalnya Nai malu untuk berjualan, pulangnya dia bisa
bawa uang sekitar 80 ribuan. Dan, seneng banget ketika dia bilang kalau
semua uangnya buat bunda. Nai: "Tapi besok traktir Ima bakso ya, Bun." Ya, sama aja kalau begitu. Uang 80 ribuan melayang ke tukang bakso
langganan hehehe ...
Sebuah program yang sangat edukatif. Melatih sang anak untuk wirausaha atau entrepeneurship. Sangat didukung sekali karena bisa melatih anak anak untuk menghargai uang
assik bgt sih ada program gitu... kyknya jaman aku sekolah dulu ga ada -__-... pdhl kan seneng juga mainan jual beli gini :D.. tapi memang jualan itu ga gampang mbak.. makanya aku kerja skr pun ga mau yg terlibat jual beli2an ato target jualan... lebih suka yg bersifat admin ato di belakang layar.. walopun aku tau yg sifat kerjaannya jualan, biasanya gaji lebih gede krn mereka dikasih insentif segala macam kalo memenuhi target.. Tapi gpp lah, drpd stres tiap sampe rumah :D
zaman saya sekolah juga gak ada hehehe. Dulu waktu sy kerja di bagian jualan begitu. Rasanya bikin deg-degan. Tapi memangs eneng kalau terima hasilnya :D
14 Comments
Senangnya anak2 dapat uang. Tapi kalau anakku, uangnya buat dia sendiri. hiks..hiks...
ReplyDeletegak apa-apa, anggap aja itu apresiasi buat usahanya hehe
Deletewehhehee.. bussiness day-nya bisa mndidik anak utk blajar mnadiri ya mbakk
ReplyDeletekerenn
betuuull :)
DeleteSebuah program yang sangat edukatif. Melatih sang anak untuk wirausaha atau entrepeneurship. Sangat didukung sekali karena bisa melatih anak anak untuk menghargai uang
ReplyDeletebetul :)
Deleteassik bgt sih ada program gitu... kyknya jaman aku sekolah dulu ga ada -__-... pdhl kan seneng juga mainan jual beli gini :D.. tapi memang jualan itu ga gampang mbak.. makanya aku kerja skr pun ga mau yg terlibat jual beli2an ato target jualan... lebih suka yg bersifat admin ato di belakang layar.. walopun aku tau yg sifat kerjaannya jualan, biasanya gaji lebih gede krn mereka dikasih insentif segala macam kalo memenuhi target.. Tapi gpp lah, drpd stres tiap sampe rumah :D
ReplyDeletezaman saya sekolah juga gak ada hehehe. Dulu waktu sy kerja di bagian jualan begitu. Rasanya bikin deg-degan. Tapi memangs eneng kalau terima hasilnya :D
DeleteEmang tiap anak beda ya, Mbak. Mungkin Nai bakatnya soft selling, kyk bikin review brand di blog #eh :))
ReplyDeleteHahaha akhirnya yang paling untung adalah Abang tukang bakso. :))
yup! Setiap anak memang berbeda-beda hehehe. Yang untung abang bakso, tapi kami semua senaaaang :D
DeleteAnakku abis jualan juga mbk di sekolah.. Masih mending klo Nai larinya ke Bakso... Anakku larinya ke sticker mainan.. :-D
ReplyDeletetrus ditempel kemana stikernya? :D
Deletebun traktir aku bakso juga ya. ih seneng deh liat Keke & Nay akrab
ReplyDeletetraktir saat puasa? :D
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^