Sekolah untuk orang tua, memang ada? Kalau sekolah seperti halnya menempuh pendidikan formal (mungkin) tidak ada. Tapi sekolah itu, kan, salah satu tempat bagi kita untuk mencari ilmu. Dan, yang namanya menjadi orang tua pun harus berilmu. Tentunya yang dimaksud adalah ilmu parenting. Karena Chi termasuk yang gak ingin menjalani peran sebagai orang seperti daun yang hanyut di sungai. Mengalir begitu aja dengan pasrah.
Kalau begitu, darimana saja Chi mendapatkan ilmu parenting?
Orang Tua
Orang tua bukanlah manusia sempurna. Tapi bukan berarti pendapat orang tua gak perlu didengar. Biar bagaimanapun, orang tua sudah banyak makan asam garam. Sebagai anak, kita paling tau bagaimana orang tua mengasuh. Ambil sisi baik dan jangan ulangi sisi buruknya.Buku Parenting
Beberapa hari lalu, Chi beberes lemari. Ternyata masih banyak buku parenting saat masih hamil anak pertama yang Chi simpan. Buku, tabloid, dan majalah parenting adalah andalan Chi dulu. Soalnya belum kenal internet hehehe.Mendengarkan Cerita dan Saran dari Kerabat dan Sahabat
Mendengarkan cerita dan saran dari banyak orang juga bisa. Walaupun Chi termasuk yang jarang curhat. Sama orang tua dan sahabat aja jarang curhat. Apalagi sama orang lain? Tapi, (diam-diam) suka juga mengamati pola asuh keluarga lain yang Chi kenal :)Internet
Nah, ini yang sekarang sering Chi lakukan. Belajar parenting dari blog, web, atau komunitas online. Bisa dapet banyak banget ilmu parenting dari dunia mayaSeminar Parenting
Chi pernah datang ke beberapa seminar parenting. Ada yang gratis karena diundang tapi ada juga yang bayar sendiri.Sekolah Menjadi Orang Tua
Ini gak tau beneran ada atau enggak. Cuma sempat mendengar infonya secara samar aja, katanya sekolah parenting itu ada. Nanti orang tua dikasih kurikulum gitu. Tapi karena Chi juga dengernya samar-samar, infonya masih belum jelas juga. Cuma hari gini apa, sih, yang gak bisa dibisnisin? Hehehe ...
----------------------
Tuh, yang namanya ilmu bisa dapat dari mana aja, kan? Dari pengalaman Chi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin mencari ilmu parenting, yaitu:
Jangan Langsung Menuruti Ilmu Parenting
Selain beberapa sumber ilmu parenting yang Chi tulis di atas, sebetulnya ada yang lebih utama, yaitu kitab suci. Sebagai seorang muslimah tentu saja kitab suci Chi adalah Al-Qur'an. Tapi kitab suci, kan, sesuatu yang pasti yang wajib diimani.Nah, yang dimaksud jangan menuruti adalah beberapa sumber ilmu parenting Chi tulis di atas. Baca dulu baik-baik, pikirkan, pahami, lalu disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Termasuk ketika mendapatkan ilmu parenting dari para pakar sekalipun. Kita yang lebih tau kondisi keluarga sendiri. Intinya, jangan telan mentah-mentah semua isi teori parenting didapat.
Jangan gampang sensian (alias baper)
Kalau denger para pakar parenting berbicara, kayaknya menerapkan pola asuh itu mudah.
Membaca buku parenting juga sama. Kayaknya mudah banget berteori.
Membaca cerita parenting para blogger, kok, kayaknya hidupnya sempurna.
Jadi males, deh, dengerin pakar ngomong, baca buku parenting, atau mendengar pengalaman orang lain tentang mengasuh anak. Abis kesannya teori banget. Padahal seringkali praktek gak semudah teori. Dan (kadang) ketika membaca sejumlah teori parenting suka jadi feeling guilty. Jadi merasa terintimidasi.
Chi juga suka merasa begitu, sih. Apalagi perempuan biasanya suka ada masa sensinya, kan (baca: PMS). Bawaannya pengen ngomel atau nangis kalau lagi feeling guilty setelah membaca artikel parenting. Bawaannya pengen debat (baca: ikutan mom's war) setelah membaca tulisan yang di hati terkesan 'kok, gitu banget, sih?'
Untuuung ... Untuuung ... masih ada seseorang yang dijadiinpelampiasan eh tempat curhat. Jadi, ngomel, nangis, dan
curhatnya ke K'Aie. Etapi tapi sama diskusi juga, lah. Biasanya kalau
udah begitu, udah lega. Gak perlu baper-baperan lagi di dunia maya
apalagi ikutan Mom's war, entar malah ribut panjang tiada ujung hihihi.
Mendingan fokus mengurus anak :)
Teman-teman, pernah membaca buku resep? Kalau membaca buku resep, foto makanannya pada cakep-cakep, ya. Rasanya memancing selera banget. Tapi, coba kalau kita yang praktekin sendiri. Belum tentu bisa menghasilkan masakan yang tampilannya secantik di buku. Trus, apakah kemudian harus menyalahkan buku resepnya? Harus merasa terintimidasi dan membuat kita jadi gak mau lihat buku resep lagi? Padahal kita butuh buku-buku itu untuk memandu belajar masak. Ya, daripada harus kursus, biayanya lebih mahal :p
Buku resep memang wajib menampilkan foto makanan yang cantik. Siapa yang mau beli kalau kasih foto-fotonya jelek? Tapi kita kan belum tentu tau proses dibalik itu. Bisa jadi yang masaknya harus berkali-kali membuat masakan yang sama. Begitu yang yang motretnya. Dari 1 foto cantik yang ada di buku, mungkin ada puluhan foto lain yang gagal :D
Itulah kenapa Chi merasa gak perlu gampang sensian. Berusaha terus menjadi orang tua yang baik. Lagipula makanan yang kita bikin boleh kalah cantik, tapi yang penting rasanya. Kalau seluruh keluarga suka udah suka dan cocok dengan makanan yang kita buat berarti gak masalah, kan? :)
Tentang buku resep itu, bisa diterapkan juga ke pola asuh. Ya, karena (sekali lagi) yang lebih tau urusan pribadi termasuk pola asuh yang tepat untuk anak adalah diri sendiri dan juga pasangan. Selama ini Chi masih tetap update sumber ilmu untuk dijadikan panduan kalau memang sreg. Kalau enggak, ya gak usah diikutin. Banyak cari teori pembanding atau mendengarkan/membaca pengalaman orang lain.
Persoalan parenting itu, kan, banyak. Tentang anak dan kehidupan digital aja udah jadi satu persoalan sendiri. Bagaimana caranya supaya anak gak terjerumus, bagaimana anak bisa mendapatkan hal positif dari dunia digital, dan lain sebagainya. Itu baru dari dunia digital, lho. Belum dari hal lain. Jadi, buat Chi memang penting banget untuk terus update ilmu seputar dunia parenting.
Membaca cerita parenting para blogger, kok, kayaknya hidupnya sempurna.
Jadi males, deh, dengerin pakar ngomong, baca buku parenting, atau mendengar pengalaman orang lain tentang mengasuh anak. Abis kesannya teori banget. Padahal seringkali praktek gak semudah teori. Dan (kadang) ketika membaca sejumlah teori parenting suka jadi feeling guilty. Jadi merasa terintimidasi.
Chi juga suka merasa begitu, sih. Apalagi perempuan biasanya suka ada masa sensinya, kan (baca: PMS). Bawaannya pengen ngomel atau nangis kalau lagi feeling guilty setelah membaca artikel parenting. Bawaannya pengen debat (baca: ikutan mom's war) setelah membaca tulisan yang di hati terkesan 'kok, gitu banget, sih?'
Untuuung ... Untuuung ... masih ada seseorang yang dijadiin
Teman-teman, pernah membaca buku resep? Kalau membaca buku resep, foto makanannya pada cakep-cakep, ya. Rasanya memancing selera banget. Tapi, coba kalau kita yang praktekin sendiri. Belum tentu bisa menghasilkan masakan yang tampilannya secantik di buku. Trus, apakah kemudian harus menyalahkan buku resepnya? Harus merasa terintimidasi dan membuat kita jadi gak mau lihat buku resep lagi? Padahal kita butuh buku-buku itu untuk memandu belajar masak. Ya, daripada harus kursus, biayanya lebih mahal :p
Buku resep memang wajib menampilkan foto makanan yang cantik. Siapa yang mau beli kalau kasih foto-fotonya jelek? Tapi kita kan belum tentu tau proses dibalik itu. Bisa jadi yang masaknya harus berkali-kali membuat masakan yang sama. Begitu yang yang motretnya. Dari 1 foto cantik yang ada di buku, mungkin ada puluhan foto lain yang gagal :D
Itulah kenapa Chi merasa gak perlu gampang sensian. Berusaha terus menjadi orang tua yang baik. Lagipula makanan yang kita bikin boleh kalah cantik, tapi yang penting rasanya. Kalau seluruh keluarga suka udah suka dan cocok dengan makanan yang kita buat berarti gak masalah, kan? :)
Tentang buku resep itu, bisa diterapkan juga ke pola asuh. Ya, karena (sekali lagi) yang lebih tau urusan pribadi termasuk pola asuh yang tepat untuk anak adalah diri sendiri dan juga pasangan. Selama ini Chi masih tetap update sumber ilmu untuk dijadikan panduan kalau memang sreg. Kalau enggak, ya gak usah diikutin. Banyak cari teori pembanding atau mendengarkan/membaca pengalaman orang lain.
Persoalan parenting itu, kan, banyak. Tentang anak dan kehidupan digital aja udah jadi satu persoalan sendiri. Bagaimana caranya supaya anak gak terjerumus, bagaimana anak bisa mendapatkan hal positif dari dunia digital, dan lain sebagainya. Itu baru dari dunia digital, lho. Belum dari hal lain. Jadi, buat Chi memang penting banget untuk terus update ilmu seputar dunia parenting.
Tetap Jaga Semangat
Menjadi orang tua adalah belajar seumur hidup. Berkaca dari orang tua Chi sendiri. Walaupun 2 dari 4 anaknya sudah pada menikah, tetap aja anaknya yang sudah menikah ini juga akan tetap dianggap anak. Kalau ada yang salah di mata mereka, tetep aja anaknya yang sudah menikah ini mendapatkan teguran hehehe ...Semangat terus, ya, Teman-teman :)
16 comments
Mencari referensi itu penting tapi penerapannya harus sesuai dengan situasi dan kondisi keluarga kita masing-masing, gitu ya mbak Myra..?
ReplyDelete*Benar bahwa belajar itu harus terus dilakukan melalui media apapun supaya kita ngga ketinggalan informasi terutama tentang parenting... :)
iya, betul. Kitalah yang lebih tau urusan dapur sendiri. :)
DeleteUdah pernah daftar sekolah ibu profesional, tp kok ya ga diikuti hehe .
ReplyDeleteternyata beneran ada sekolahnya, ya
Deletedulu sempet ikutan grup parenting di fb. pertama sih enjoy, lama2 pegel krna mom war. pilih keluar deh
ReplyDeletehadeeuuuhh ... iya kalau begitu mending keluar ajah :)
DeleteSudah pernah dengae PPOT dari Sekolah Al-Falah Cilangkap belum kak?
ReplyDeleteMungkin jadi salah satu referensi 'Sekolahnya' para orang tua
belum pernah dengar. Terima kasih untuk referensinya, ya :)
DeleteHak anak2 dpt ilmu yg baik dr ortunya yaaa..selalu belajar jadi org tua yg bs mnuntun mereka bahagia dunia akhirat,amin. Hmm klo ada sekolahnya,ada raportnya jg ngga yaa hehee,jadi bayangin..
ReplyDeleterapornya adalah anak-anak yang sholeh/sholehah aja, deh :D
DeleteTerkadang merasa belum bisa menjadi orang tua yang baik hik hik hik.. kudu belajar terus saya mba.
ReplyDeletesama, Mbak. Saya juga harus terus belajar sampai kapanpun
Deletebuku parenting yg aku butuhkan skrg mak chi..maklum dah jd ortu...hehehe
ReplyDeleteaaiiihh ... saya bisa tersandung :p
DeleteMungkin seumur hidup kali ya mbak... sedang belajar juga...
ReplyDeleteiya seumur hidup
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^