Kemandirian Harus Ditanamkan Sejak Dini
Kemandirian harus ditanamkan sejak dini


"Biii..., tolong ambilin minum, dong. Yang dingin, yaaa.."

Itu bukan teriakan Keke atau Nai. Itu adalah teriakan Chi waktu seumuran Keke dan Nai. Bahkan Chi masih melakukannya hingga dewasa. Memang sih Chi selalu berusaha mengucapkan 2 kata ajaib, yaitu tolong dan terima kasih tapi tetep aja semuanya serba dilayani. Tinggal panggil, kalo perlu teriak.

Sejak kecil hingga dewasa, di rumah selalu ada asisten rumah tangga. Mamah waktu itu bekerja, sehari-hari Chi dan adik-adik sama asisten. Semua pekerjaan dilakukan oleh asisten. Kecuali saat wiken, biasanya mamah yang masak dan juga ikut ngurusin rumah. Sedangkan kami anak-anaknya gak pernah melakukan apa-apa. Semua serba dilayani.

Pernah sesekali kepengen bantuin, misalnya menyapu. Tapi baru juga pegang sapu udah dilarang. Katanya biar sama bibi aja. Nanti malah gak bersih kalau anak-anak yang nyapu. Ya udah Chi sih tinggal serahin sapunya. Enak kan gak perlu ngapa-ngapain? :)


Melatih Kemandirian Anak Sejak Kecil


Kemandirian harus ditanamkan sejak dini, teorinya sih begitu. Chi pun ingin menerapkan teori itu kepada anak-anak. Apalagi Chi bertekad untuk mengurus sendiri anak-anak tanpa bantuan asisten rumah tangga. Untuk alasan kenapa gak mau pakai asisten, Chi juga sampe sekarang masih bingung. Karena sejak kecil terbiasa dengan asisten, tau-tau begitu menikah langsung punya tekad kuat kayak gitu dan tanpa alasan jelas hahaha. Walopun ketika Nai lahir, sempet punya asisten juga tapi cuma beberapa bulan abis itu gak pake lagi sampe sekarang.

Buat Chi yang terbiasa dan semuanya dilakukan oleh asisten sejak kecil, lalu sekarang ingin menanamkan kemandirian pada anak sedini mungkin itu bukanlah pekerjaan mudah. Berat banget, bahkan Chi masih merasakannya sampe sekarang. Beratnya bukan karena Chi gak bisa ambil minum sendiri, gak bisa nyapu, gak bisa masak, dan lain-lain. Semua hal itu bisa dilatih dan alhamdulillah Chi bisa. Yang bikin berat adalah melawan rasa malas. Yup! Terbiasa semua dilayani, setelah jadi ibu mengerjakan sendiri. Ditambah lagi PRnya dengan keinginan untuk menanamkan kemandirian pada anak sedini mungkin. Lha Chi aja masih belajar banyak tentang hal itu. Chi berusaha santai aja, lah. Kalau cuma berantakan dikit gak harus dikerjakan hari itu juga kalau emang lagi gak sanggup. Pelan-pelan aja hahaha *pembenaran dari rasa malas :p

Tapi bukan berarti Chi gak bisa, ya. Alhamdulillah Keke dan Nai masih termasuk anak yang mandiri. Setidaknya untuk hal-hal yang bisa mereka lakukan sendiri, banyak yang sudah bis amereka lakukan tanpa menyuruh. Beda banget sama Chi waktu seumuran mereka.


Anak mencontoh orang tua

Gak cuma urusan kemandirian, sih. Tapi Chi merasakan banget kalau memberi contoh itu sebagai salah satu cara mendidik yang paling efektif. Memang berat banget buat Chi untuk menjadi ibu yang rajin. Tapi karena udah bertekad supaya anak-anak jangan sampe mengalami seperti yang pernah Chi alami, maka Chi pun seringkali harus 'memecut' diri sendiri untuk rajin.

Tapi tetep Chi harus mengukur. Kalau kadang Chi masih suka ada rasa malasnya, jangan paksa juga anak-anak untuk menjadi lebih rajin dari Chi. Toleransi sedikitlah kalau mereka lagi ada timbul rasa malas. Kecuali kalau udah benar-benar malas, bolehlah ditegur. Takaran tergurannya tergantung masalahnya. Nah enaknya adalah kami juga jadi saling mengingatkan :)


Minimal mandiri untuk diri sendiri

Minimal hal-hal kecil seperti ambil minum, bawa handuk ke kamar mandi, menaruh pakaian kotor ke keranjang, pokoknya ajarkan segala hal yang bisa mereka lakukan sendiri. Ajarkan ke Keke dan Nai. Supaya mereka gak sedikit-sedikit menyuruh. Kalau kayak gitu, biar pake kata tolong dan terima kasih pun rasanya gak membantu. Mereka harus bisa melakukannya sendiri.


Jangan langsung dilarang

Chi paham kenapa dulu dilarang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena anak kecil kan umumnya belum benar mengerjakannya. Bisa-bisa asisten kerjaannya jadi terhambat. Terhambat karena harus mengunggu sampe si anak selesai beberes tapi ujung-ujungnya dia juga yang ngeberesin segala urusan.

Tapi segala sesuatu itu emang harus dilatih, kan? Termasuk dalam urusan beberes rumah. Mungkin ketika si kecil yang melakukan akan tetap terlihat berantakan. Tapi sebetulnya mereka sedang membiasakan diri untuk mandiri. Memang gak akan langsung berasa manfaatnya. Ibaratnya nabung berasanya tuh nanti. Bisa beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan.

Makanya berdasarkan pengalaman, Chi gak mau langsung melarang anak untuk bantu-bantu beberes. Biarin aja, paling diajarin. Kalaupun pernah Chi beberapa kali melarang, biasanya kalau memang Chi lagi butuh waktu cepat.


Ajak berdiskusi

Keke dan Nai tau kalau bundanya dulu gak mandiri. Tapi Chi sih jelasin aja ke mereka. Trus kasih tau juga kenapa mereka harus mandiri sejak dini. Kasih juga pujian atau minimal ucapkan terima kasih kalau mereka sudah membantu. Jangan cuma bisa menegur kalau mereka lagi malas. Smeuanya harus berimbang.

Biasakan juga supaya mereka mau mengungkapkan kesulitannya. Seperti Nai yang sekarang lagi gemar masak, untuk peralatan masak yang kecil dia udah bisa mencuci sendiri. Tapi untuk yang besar-besar, masih harus dibantu atau Chi yang ngebersihin. Biasanya Nai  minta tolong dan bilang kalau dia belum bisa. Chi akan ajarin tapi kalau memang dirasa masih terlalu berat, gak apa-apa Chi bantu bersihin.

Ya, Chi setuju kalau kemandirian harus ditanamkan sejak dini. Tapi buat orang tua yang masa kecilnya seperti Chi yang garus dilatih duluan adalah diri sendiri. Kalah teman-teman bagaimana? Share yuk bagaimana melatih kemandirian kepada anak :)