Tubing

Yang namanya berlibur di Tanakita, gak ada bosannya. Apalagi buat Nai. Selalu aja minta kesana terus. Akhir tahun lalu, Nai terus-menerus minta ke Tanakita. Kebetulan lagi libur sekolah, kami pun pergi kesana. Rencana mendadak, sih. Bahkan karena sesuatu hal nyaris gagal :D

Tanggal 29 Desember 2013, kami berangkat ke Tanakita dari Bandung. Pagi-pagi kami memang ke Bandung dulu, ada undangan pernikahan. Abis itu lanjut ke Tanakita. Lumayan macet, karena ada jalan yang lagi diperbaiki. Sampe Tanakita badan rasanya remuk karena capek banget.

Chi udah lumayan banyak cerita tentang Tanakita di blog ini, karena memang cukup sering ke sana. Jadi, kali ini Chi mau cerita tentang tubing aja. Pengalaman terbaru kami. Lebih tepatnya, pengalaman terbaru buat Keke.

Keesokan harinya, anak-anak udah pada ribut kepengen flying fox. Duh, padahal badan rasanya masih remuk, gara-gara macet kemaren. Anak-anak lalu lari-larian, sedangkan Chi dan K'Aie ngobrol dengan beberapa teman K'Aie.

Permintaan mereka berubah lagi, kali ini kepengen tubing. Chi agak ragu kalau tubing. Kayaknya anak-anak belum bisa. Tapi, mereka ngotot kepengen. Chi minta anak-anak tanya sama Om-om di Tanakita yang bertugas buat memandu tubing. Maksud Chi, kali aja kalau orang lain yang bilang, mereka bakal lebih nurut. Eh, ternyata malah diizinin.:p

Emang rezeki Keke, nih. Karena liburan ke Tanakita sebelumnya bareng keluarga besar pada batal tubing. Air sungai lagi deras banget dan volumenya besar jadi resikonya tinggi kalau tubing katanya.

Perlengkapan untuk tubing. Harus dipakai supaya aman. Masangnya juga gak boleh asal-asalan. Pakai sepatu atau sandal gunung, jangan pakai sendal karet buat main.

Chi kasih Keke izin, tapi Nai enggak. Nai sempet agak ngambek. Trus, pas lagi briefing para peserta tubing, Chi ajak Nai ikut biar tau kayak apa tubing. Selesai briefing, Nai langsung bilang gak mau. Tubing memang belom cocok untuk anak seusia Nai. Kalaupun Nai tetap pengen ikut pun, gak akan Chi kasih izin.

Salah satu hal yang bikin Chi gak kasih izin adalah dia belum paham kapan posisi tubuh harus duduk atau seperti tiduran. Belum lagi kalau sampai terbalik. Rasanya, Nai belum mampu membalikkan ban yang terbalik trus naik ke ban di tengah sungai sendirian. Instruksi-instruksi lainnya dia juga belum paham benar. Untungnya Nai sadar diri setelah mendengar langsung briefingnya.

Briefing

Saat Keke dan tante-om ciliknya berangkat tubing, Nai plus sepupunya pilih main flying fox. Selesai main flying fox, kami berempat jalan kaki menyusuri sungai tenpat tubing. Lumayan jauh juga jalannya. Dan, kayaknya kami agak kesiangan nyusulnya. Karena sepanjang jalan, gak ketemu yang lagi pada tubing.

Nai flying fox ajah :D

Bener aja, kami baru ketemu sama mereka di tempat finish. Kake dan sepupu-sepupu Chi lagi menghangatkan badan sambil menikmati minuman hangat dan camilan. Eh, begitu tau kami datang, mereka milih nyebur lagi ke sungai. Itung-itung nyenengin Nai yang juga pengen nyebur, sih. Padahal airnya itu dingiiiiiiiinnnn. Chi aja cuma berani nyelupin kaki. Brrrr.... :D

Anak-anak duduknya deket ini. Lumayan menghangatkan

Kalau gak betah pakai baju basah lama-lama atau kepengen ke toilet, di tempat finish ada buat ruang bilas juga. Bersih, kok.

Selesai main air, menghangatkan badan lagi, kami pun pulang. Kalau di titik start, semuanya berjalan kaki dari Tanakita. Pulangnya kami harus naik kendaraan karena memang cukup jauh. Tadinya anak-anak kepengen naik jeep Tanakita. Tapi ada mobil melintang yang gak bisa dipindahin karena di rem tangan. Hadeeeuuuhh... Akhirnya, pulang pake angkot. Pengalaman baru buat Keke dan Nai juga yang nyaris gak pernah naik angkot hihihi.

Keke sih ketagihan. Katanya seru banget dan pengen lagi. Kalau Chi juga pengen banget sebenernya, tapi airnya kok dingin banget ya? Hahaha!