Sharp Factory dengan Takumi Philosophy
"TVnya ganti lagi?!" tanya mamah saya setengah berseru. Saya cuma cengar-cengir mendengarnya.
Perkenalan saya dengan Sharp Aquos, belum bisa dibilang lama. Sekitar 2,5 tahun lalu. TV tabung 14 inch yang selama belasan tahun menemani saya, dari mulai masih berstatus single hingga menikah dan dikaruniai 2 orang anak, terpaksa harus pensiun. Setelah gak mungkin lagi untuk di service. Ya, udah tua juga sih umur tvnya.
Kebetulan rezekinya juga ada, suami pun mengajak pergi ke toko elektronik di salah satu mall untuk mencari tv pengganti. Dari sekian banyak pilihan, kami memilih tv LED Sharp Aquos 32 inch. Kalau saya langsung suka dengan cahayanya yang soft, bikin gak sakit mata. Apalagi ada fitur yang menyesuaikan dengan terangnya ruangan. Sedangkan suami lebih detil lagi alasan memilih Aquos.
6 bulan kemudian, kami punya rezeki lagi. Kami pun kompakan berpikir untuk mengganti tv yang baru kami beli. Bukan karena kecewa, cuma pengen ganti size aja. Kalau merknya sih udah gak perlu cari-cari lagi, langsung pilih Sharp Aquos. Kali ini, kami beli yang ukuran 40 inch dan bertahan sampai sekarang.

Factory Visit
Beruntung, teman-teman blogger menulis reportasenya di blognya masing-masing. Sehingga saya bisa tahu seperti apa pabrik Sharp di Karawang yang memiliki luas 31 hektar itu. Karena permintaan pasar yang terus meningkat, maka di pabrik yang baru ini, Sharp akan fokus memproduksi lemari es kecil hingga menengah dengan ukuran maksimal 300 liter, an juga memproduksi mesin cuci dua tabung. Sekitar 80% dari produksi akan dijual di pasar domestik, 20%nya di ekspor.
Memang, sih, gak ada televisi di pabrik yang baru itu. Tapi, saya jadi tahu kalau Sharp mempunyai filosofi Takumi. Dan, saya yakin, semua produksi Sharp juga mempunyai filosofi Takumi, tidak hanya berlaku untuk lemari es dan mesin cuci.
Takumi Philosophy
Seringkali kita mendengar kalau warga Jepang itu sangat mencintai produk mereka sendiri. Itu karena produk yang dihasilkan sangat berkualitas. Berkat budaya Takumi sudah membudaya.
Sebetulnya bagsa kita juga punya kok jiwa Takumi. Salah satunya ada di pengrajin batik tulis. Ketelatenan, kesabaran, dan keahlian mereka ketika membuat batik tulis terbaik, menandakan mereka juga memiliki jiwa Takumi.
Lalu, bagaimana dengan Sharp?
Sebagai salah satu produk dari Jepang, tentunya Sharp juga menganut Takumi Philosophy. Bahkan gak cuma 1-2 tahun, budaya Takumi untuk Sharp sudah berjalan sejak tahun 1912. Wow! Berarti udah teruji banget, deh. Gak heran kalau Sharp menjadi salah satu produsen produk elektronik terbesar di dunia. Takuji Hayakawa, pendiri sekaligus Takumi Sharp pertama yang kemudian memberi inspirasi pada seluruh karyawannnya.
Walaupun produk mesin cuci dan kulkas yang diproduksi oleh pabrik baru Sharp, bukan berarti kualitas barangnya adalah kualitas menengah atau rendah. Kualitas nomor 1 menjadi andalan semua produk Sharp untuk kelas manapun.
Gak tanggung-tanggung, para calon takumi pun mendapatkan pelatihannya di Jepang. Karyawan Sharp harus mempunya keahlian sesuai standar Takumi. Dan, divisi quality control memegang peranan yang sangat penting untuk memastikan bahwa produk Sharp yang dijual sudah yang berkualitas terbaik.

Kapan Factory Visit Lagi?
Sekarang, saya menikmati foto-foto blogger factory visit aja dulu. Siapa tahu, jadi pengen nambah produk Sharp lagi buat di rumah. Kayaknya mesin cuci harus ganti, nih. Atau nambah tv lagi? ;)
1 comments
enak ya,,sekalian pelatihan sekalian jalan-jalan ke jepang,,,aku mau kalau seperti itu,,,
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^