Fakta: Beban TB atau Tuberkulosis di Indonesia masih sangat tinggi mengingat setiap tahun masih ada 460.000 kasus baru. Setiap tahun terdapat 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang per hari. TB adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, diabetes dan hipertensi dan nomor 2 di pedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007). - sumber : http://blog.tbindonesia.or.id/?p=272 -

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa TB di Indonesia masih sangat tinggi?

Faktor pertama. Kurangnya pengetahuan tentang TB membuat angka penderita TB masih tergolong tinggi di Indonesia.


  1. Menyepelekan dan menganggap batuk adalah hal biasa bagi kesehatan. Padahal batuk berkepanjangan sudah tidak boleh dianggap sesuatu yang biasa. Apalagi kalau sudah diikuti dengan gejala-gejala lain
  2. Menganggap TB adalah penyakit turunan atau kutukan. Ketika menganggap TB adalah penyakit keturunan, keluarga dan pasien lebih memilih bersikap pasrah dan merasa tidak perlu memeriksakan diri ke dokter karena merasa itu sudah terjadi turun temurun.
  3. Menganggap TB adalah penyakit kutukan, pasien lebih memilih berobat secara klenik. apalagi urusan klenik di Indonesia ini masih cukup kental.

Faktor kedua. TB juga dikenal sebagai penyakit 'kelas bawah'. Padahal yang terkena TB gak selalu dari kelompok tersebut. Tapi mungkin ini berkaitan dengan kepadatan penduduk serta kebersihan rumah dan lingkungannya.Populasi yang padat, kurangnya cahaya matahari, serta lingkungan yang kotor adalah faktor yang disukai kuman TB untuk berkembang biak.

Faktor ketiga. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kalau obat TB adalah gratis membuat pasien TB enggan berobat. Bayangan bahwa sakit itu mahal karena harus membeli berbagai obat dan dikonsumsi dalam waktu yang cukup panjang, akhirnya membuat pasien dan keluarga bersikap pasrah, memilih untuk tidak berobat.

Faktor keempat. Menurut WHO, asap rokok meningkatkan 2,6 kali lipat dibandingkan polusi udara yang sebesar 1,5 kali lipat. Oleh karena itu, menurut berbagai penelitian, diberbagai negara penganggulangan TB tidak berjalan sendiri. Pengendalian TB akan jauh lebih efektif apabila pelayanan-pelayanan kesehatan juga mempunya program berhenti merokok.

Masa penyembuhan TB yang cukup panjang (sekitar 6 bulan lamanya) dan harus meminum berbagai obat setiap hari bisa menimbulkan masalah sendiri. Rasa lelah, bosan, putus asa, hingga merasa tidak punya waktu karena pasien TB harus datang setiap hari untuk menjalani pengobatan dan suntikan selama 6 bulan lamanya, bisa datang menghinggapi pasien TB. Ketika rasa itu tidak tertangani dengan baik, mereka menjadi tidak disiplin. Dan, akhirnya penyakit TB mereka meningkat menjadi TB MDR.

Pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan terdekat bisa membantu meyakinkan kalau TB itu bisa disembuhkan. Caranya adalah:


  1. Dampingi mereka dan jangan dikucilkan. Tapi, tetap sebagai pendamping kita harus bisa menjaga kesehatan serta ajarkan pasien TB untuk batuk tanpa ditutup mulutnya, berhenti merokok, dan lain sebagainya.
  2. Jadilah 'alarm' bagi pasien TB. Terus ingatkan mereka untuk disiplin mengkonsumsi obat. Apalagi biasanya 1-2 bulan setelah mengkonsumsi obat, pasien TB merasa lebih baik dan mulai lalai untuk mengkonsumsi obat.
  3. Terus beri semangat. Yakinkan kalau mereka dikelilingi orang-orang yang menyayangi dan berharap mereka bisa sembuh serta masih memiliki masa depan.
  4. Temani ketika mereka berobat serta jalin kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan demi kebuhan pasien TB.
  5. Bikin atau ikut kelompok yang sama-sama sedang atau pernah mengidap TB. Dengan mempunyai teman 'senasib' biasanya akan banyak mendapatkan info bermanfaat atau bisa saling memberi motivasi supaya pasien TB tidak patah semangat.
  6. Update terus informasi tentang TB. Sehingga keluarga dan pasien semakin yakin kalau TB bisa disembuhkan.

Jadi, gak usah khawatir lagi, ya. TB bisa disembuhkan, kok. Yang penting tau kunci utamanya, yaitu kepatuhan dan disiplin. Pasien TB - keluarga - petugas kesehatan juga harus bersinergi supaya pasien TB bisa disiplin dan smebuh total dari penyakitnya. Masyarat luar, seperti Chi dan teman-teman blogger lainnya pun bisa ikut meyakinkan mereka yang terkena TB dengan terus mensosialisasikan TB di blog masing-masing :)

Sumber:


  1. http://blog.tbindonesia.or.id/
  2. http://health.kompas.com/read/2013/05/30/14350652/Tiap.Jam.175.Orang.Meninggal.karena.TB
  3. http://health.detik.com/read/2012/03/21/122738/1873193/763/tbc-9-kali-lebih-mudah-menular-jika-ada-yang-merokok-di-rumah
  4. http://tipskesehatan.web.id/penyakit-tbc-dan-pengobatannya