Traditional Matsuri Series - Hana Matsuri
By Keke Naima - April 29, 2014
Hana Matsuri adalah adalah salah satu festival di Jepang. Festival bunga
di musim semi, dirayakan di semua kuil Budha untuk memperingati hari
kelahiran Budha. Seperti itu info yang Chi dapet di google.
Tapi, Hana Matsuri yang Chi tonton di WAKUWAKU Japan itu berbeda. Festival yang sudah ada sejak 700 tahun silam ini diadakan di musim dingin. Ketika ditanya, kenapa dinamakan Hana Matsuri, ternyata gak ada yang bisa menjawab dengan pasti. Mereka tetap ingin membiarkan asal nama 'Hana Matsuri' menjadi misteri.
Hana Matsuri yang dirayakan di daerah Kobayashi ini adalah festival para dewa. Diyakini saat itu para dewa berubah menjadi setan, sehingga masyarakat di sana harus melakukan ritual berupa tari-tarian semalam suntuk untuk memanggil para dewa yang sudah menjadi setan untuk beregenerasi. Mereka menyebut para dewa yang sudah berubah itu dengan sebutan "setan tersayang".
Salah satu daerah pegunungan di Kobayashi, yang hanya ditinggali oleh komunitas kecil (25 keluarga) masih mengadakan festival. ini. 1 bulan sebelumnya, mereka sudah menyusun acara dan berlatih. Sayangnya karena jumlah penduduk yang semakin sedikit, mereka pun harus membuat beberapa perubahan. Diantaranya, adalah:
Tapi, Hana Matsuri yang Chi tonton di WAKUWAKU Japan itu berbeda. Festival yang sudah ada sejak 700 tahun silam ini diadakan di musim dingin. Ketika ditanya, kenapa dinamakan Hana Matsuri, ternyata gak ada yang bisa menjawab dengan pasti. Mereka tetap ingin membiarkan asal nama 'Hana Matsuri' menjadi misteri.
Hana Matsuri yang dirayakan di daerah Kobayashi ini adalah festival para dewa. Diyakini saat itu para dewa berubah menjadi setan, sehingga masyarakat di sana harus melakukan ritual berupa tari-tarian semalam suntuk untuk memanggil para dewa yang sudah menjadi setan untuk beregenerasi. Mereka menyebut para dewa yang sudah berubah itu dengan sebutan "setan tersayang".
Salah satu daerah pegunungan di Kobayashi, yang hanya ditinggali oleh komunitas kecil (25 keluarga) masih mengadakan festival. ini. 1 bulan sebelumnya, mereka sudah menyusun acara dan berlatih. Sayangnya karena jumlah penduduk yang semakin sedikit, mereka pun harus membuat beberapa perubahan. Diantaranya, adalah:
- Memotong jumlah tarian. Biasanya ada 20 tarian yang dilakukan semalam suntuk secara bergantian. Kali ini beberapa tarian harus ditiadakan. Karena memaksakan terus menari semalam suntuk dengan jumlah penari sedikit akan sangat melelahkan.
- Pemain musik (suling dan drum) pun minim. Sebagian tarian, dibantu dengan kaset untuk musiknya.
- Awalnya, perempuan dilarang menari di festival ini. Tapi karena minimnya penari, perempuan pun mulai dibolehkan jadi penari.
Hanya tinggal 3 orang anak kecil di komunitas tersebut.
Generasi muda usia menengah ke bawah itu sangat langka di daerah itu.
Apakah generasi mudanya pada pindah ke kota atau seperti yang pernah Chi
baca, katanya angka kelahiran di Jepang itu minim. Tidak dijelaskan di
acara tersebut. Tapi, beberapa perombakan yang dilakukan, semata-mata
ingin agar festival tersebut tetap bertahan.
Seperti halnya kebudayaan Indonesia, tari-tarian yang ditampilkan pun ada filosofinya. Tarian pembuka adalah tarian memperkuat tanah dilakukan 40 menit hingga 1 jam. Para "setan tersayang" muncul dalam setiap tarian.
Para penari yang menjadi "setang tersayang" memakai topeng. Topeng yang usianya sama dengan festival itu sendiri, yaitu 700 tahun. "Setan tersayang" juga ada tingkatannya. Yang tertinggi adalah Sakakioni, ikon Hana Matsuri, yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Ada sekitar 16 "setan tersayang", beberapa diantaranya hanya ada di Kobayashi.
Berbagai hiasan kertas untuk festival yang digantung dilangit-langit,
semuanya buat sendiri, lho. Gak ada yang beli jadi.
Tarian terakhir (dilakukan oleh 4 orang) ditarikan selama 1,5 jam.
Mendekati puncak acara, penonton pun berbaur. Kemudian penari
menyiram-nyiramkan air panas ke semua orang yang ada di sana. Aier panas
yang di rebus di tengah ruangan (dengan menggunakan kayu bakar), dan
penari mengelilingi pembakaran itu sepanjang acara. Ritual menyiram air
itu diyakini kalau para dewa, penari, dan penonton telah beregenerasi
menjadi suci kembali. Sebagai penutup, dilakukan ritual mengantarkan
para dewa yang telah berubah wujud menjadi dewa kembali ke
tempatnya.
Para penari menyiram air panas kepada penonton, menggunakan alat
seperti sapu dari batang padi gitu.
12 comments
Semoga menang, mak. Jadi byk tahu tradisi jepang, nih
ReplyDeleteartikel ini bukan untuk lomba, Mak :)
Deletegoodluck Bun..hi hi First Mediaku ada channel 340 gak ya...
ReplyDeletewalau nggak bisa datang langsung ke negara Jepang untuk melihatnya ternyata kita bisa juga nonton di salah satu chanel di TV ya,,,budaya Jepang bisa kita ketahui,,,banyak cara emang di zaman sekarang ini :) biar nggak gaptek..makasih infonya mak chi :)
ReplyDeleteiya, sekarang banyak cara melihat negara lain tanpa kita mengunjunginya :)
DeleteWakuwaku Japan seru-seru ya mbak acaranya.. Paling seneng nonton acara budaya-budaya begini,
ReplyDeletesama dong kesukaannya ma saya :)
Deleteoohhh channel ini adanya di first media aja ya, di rumah kayanya ga nemu deh (padaal cuma pake UHF XD )
ReplyDeletedi indovision juga ada :)
DeleteHiks.. sayangnya kami ga dapat saluran itu T_T
ReplyDeleteBaru Hana matsuri itu seperti apa, slama nih Dhe taunya cuma Hina Matsuri yg perayaan anak perempuan trs pasang-pasang boneka gt :D
iya kalau lihat di google juga info yang paling byk itu Hina Matsuri
DeleteAku ga pernah nonton ini, mak. Tv dikuasai anak2 semua. Bsk coba nonton ah...
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^