Apakah Nai Banyak Membaca?

By Keke Naima - October 21, 2015

Tuh, Nai juga punya hobi membaca, kan? :)


"Bunda, apakah Nai banyak membaca?" tanya wali kelas Nai, saat Chi ambil raport bayangan, awal Oktober lalu.

Chi bilang kalau Nai cukup banyak membaca. Kemudian, wali kelas menjelaskan, guru PKn dan IPS bilang kalau Nai seperti agak kesulitan untuk pelajaran tersebut. Setidaknya dibandingkan dengan Keke pada saat kelas 4, Nai dianggap agak lebih lambat menangkap pelajaran ilmu sosial dan juga matematika. Sama nilai UTS matematikanya terlihat cukup menurun dibandingkan ulangan harian.

Keke dan Nai jadi dibanding-bandingin. Tapi, Chi sama sekali gak tersinggung. Sebaiknya dicerna dulu kenapa bisa dibandingkan dan kemudian berdiskusi. Lagipula udah jadi resiko karena mereka berdua kan satu sekolah. Apalagi para guru yang pernah mengajar Keke, sekarang mengajar Nai. Jadi, sadar atau tidak bisa aja membanding-bandingkan. Terlebih guru PKn dan IPS yang ngajar Nai sekarang itu pernah 2 kali jadi wali kelas Keke. Pastinya hapal banget gimana plus-minus Keke di sekolah termasuk kegiatan belajar mengajar.

Chi jelaskan aja, kalau Nai mungkin terlihat lebih lambat dari Keke karena gaya belajarnya berbeda dibanding Keke. Nai memiliki gaya belajar visual. Nyaris semua pelajaran harus dia tuangkan dulu secara visual, baru dia mengerti. Cara menuangkannya bisa dengan membayangkan, bercerita, menonton film, atau menggambar. Itu juga yang menjadi alasan kemana-mana Nai selalu membawa kertas dan alat tulis.

Masalahnya, menuangkan semua pelajaran ke visual itu kan butuh proses yang agak lama. Berbeda dengan Keke yang gaya belajarnya auditori. Keke itu walopun pandangan matanya seperti gak fokus ke pelajaran, asalkan mendengar maka dia akan cepat menangkap. Di rumah pun seringkali Chi membacakannya buku pelajaran, padahal Keke sambil menonton tv atau main game. Sesekali dicampur dengan diskusi.

Untuk kegiatan belajar-mengajar di sekolah, Keke yang mempunyai gaya belajar auditori memang lebih menguntungkan. Guru tinggal menjelaskan, Keke bisa cepat menangkap. Agak lama memang untuk yang gaya belajar visual seperti Nai. Coba, bagaimana caranya memvisualkan matematika? Ada sih caranya, cuma memang butuh waktu.

Itulah kenapa, Chi gak tersinggung ketika dibandingin. Ya, mungkin karena belum paham. Biar gimana yang lebih paham itu orang tuanya. Selain itu, Chi rasa mengajar sekian banyak murid dengan sekian banyak tipe gaya belajar bukanlah hal mudah. Malah berterima kasih karena para guru masih berusaha dengan mau beradaptasi dengan gaya belajar murid. Makanya, kalau dirasa Nai ada kesulitan pelajaran, dia belajar lagi di rumah. Chi bantuin memvisualkan supaya dia lebih cepat menangkapnya. Memang lebih banyak berimajinasi, sih, kalau belajar bersama Nai :D

Anak visual justru lebih suka membaca. Karena dari buku *apalagi kalau buku bergambar*, lebih bisa membantu anak untuk membayangkan.  Tapi, gak bisa juga Chi memaksakan para guru untuk merubah gaya pengajaran. Setiap guru juga punya style masing-masing. Atau bisa juga karena berbagai faktor keadaan. Ya, pokoknya banyak faktor, lah. Jadi, saling komunikasi yang baik dan kerjasama antara orang juga guru di sekolah, Chi rasa jalan terbaik, sih

Setelah Chi jelaskan seperti itu, wali kelasnya berkata, "Pantas Nai gak kesulitan belajar IPA. Karena saya kalau mengajar IPA ke anak-anak selalu dengan menggambar di papan tulis. Wali kelas katanya pernah menyarankan ke guru PKn dan IPS supaya sesekali menjelaskan dengan menggambar. Saran itu karena wali kelas melihat Nai kemana-mana selalu menggambar. Bahkan di jam istirahat sekalipun. Sarannya berhasil. Laporan dari guru yang mengajar, Nai lebih cepat menangkapnya ketika gurunya mulai menerangkan dengan cara menggambar.

Walopun dikatakan agak lambat menangkap, nilai-nilainya masih bagus. Untuk ketiga pelajaran yang katanya agak lemah, yaitu PKn, IPS, dan Matematika nilai-nilainya masih 9. Di angka 9 bawah, sih (range 90 s/d 95). Tapi, kalau begitu masih bagus, lah. Paling nilai UTS Matematika aja yang rada nge-drop, yaitu 77 hehehe. Gak apa-apa juga, lah. Chi juga tau kenapa Nai rada ngedrop untuk UTS Matematika. Sedangkan untuk mata pelajaran IPA yang dikatakan gak mengalami kesulitan memang nilainya ada di range 9 atas (96 s/d 99).

Keke juga nilai-nilainya masih bagus-bagus. Kurang lebih sama ma Nai, lah. Terima kasih, ya, Nak, buat semua usaha kalian.

  • Share:

You Might Also Like

24 comments

  1. Adek kakak aja bisa beda banget gitu ya... Kalau Mbak Myra sendiri gimana, visual atau auditori? Hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya tipe apa, ya? *mendadak bingung jawabnya hahaha

      Delete
  2. Sebagai orang tua kudu pinter memahami gaya belajar anak ya, Mak. Makasih sharingnya :)

    ReplyDelete
  3. Sama ini mbak, si sulungku itu auditori, tapi kalo yang kecil visual. Kalo disuruh belajar malah bikin gambar, wkwkwkwkkk

    ReplyDelete
  4. Wah sama kaya Nadia dong nilai UTS IPS nya turun dan seperrinya nadia juga model visual gitu..suka baca buku bergambar2 trs kalo belajar dgn banyak gambar kalo pelajarn IPA sih enak memvisualkannya tinggal bikkn peecobaan tapi klo IPS bingung gmn ngejelasinnya hehheeh

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu kadang suka bingung ngajarin anak yang gaya belajarnya visual

      Delete
  5. Aku sebagai auditori learner suka iri sama visual learner yg bisa betah membaca lama. Tapi ternyata masing2 memang ada plus minus sendiri yaaa

    ReplyDelete
  6. wow, gitu ya mak. tiap anak beda cara belajarnya. saya masih meraba2 nih anak2 gimana cara belajar yg tepat utk mereka..

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang harus diperhatikan pelan-pelan, Mbak. Gak bisa langsung ambil kesimpulan :)

      Delete
  7. Setiap anak cara belajarnya berbeda ya Mbak dan orang tua harus sabar mengajarkan atau membimbing anaknya dalam belajar :)

    ReplyDelete
  8. kalau si ken gaya belajarnya lebih ke kinestetik sih, tp visual jg, kakau auditorii...
    emmmm..seperinya daku harus meraba raba lg deh nih yak,
    tengkiu sharingnya mbk

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya bisa juga percampuran, Mbak. Tp biasanya ada yang dominan

      Delete
  9. Nai persis Radit. Dia juga begitu, gak terlalu suka baca kayak tetehnya. Dia kalo belajar lebih gampang secara visual. Mudah masuk dan susah lupa. Beda kalo baca. Sebanyak apa pun dia baca, tetep aja kalo gak tergambar secara visual, susah ngertinya. Anak-anak emang beda-beda, ya. Dan semuanya unik. Asal kita tahu cara belajar mereka, dan gak maksain dengan cara belajar yang umum, mereka bisa berhasil dengan caranya itu. Nai keren!

    ReplyDelete
  10. ternyata seperti itu ya mak...satu rahim aja bisa nggak sama ya. emang kita yg harus bisa mengerti cara mereka ya..makasih sharingnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, seperti sifat manusia. Meskipun dari satu rahim tapi kan sifatnya bisa berbeda

      Delete
  11. terus semangat belajarnya ya Nai... wah gurunya jadi tertantang nggak yaa untuk "melayani" gaya belajar Nai...

    ReplyDelete
  12. Bo et Obi juga susaaah kalau diminta baca mba..harus buku yang mereka suka. Mereka lebih seneng bermain atau cerita. Obi sebenernya suka kalau dibacakan buku cerita tapi kalau diminta mulai latihan belajar sendiri ya ampuuun banyak alasannya. Tapi memang anak-anak harus selalu distimulasi yaaa mak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup! harus distimulai trus dievaluasi hasilnya

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^