Permainan Tradisional Anak Indonesia Bersama Playplus

By Keke Naima - April 08, 2014

Tanggal 11 Maret lalu, Chi menerima email dari PlayPlus. Undangan Peluncuran Buku Ensiklopedia Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Undangan tersebut, menarik banget. Karena zaman sekarang, sudah langka yang namanya permainan tradisional anak Indonesia. Bahkan, sampe ke kampung-kampung pun, gadget mulai merajai. Chi pikir, siapapun yang menggagas peluncuran ensiklopedia ini, pasti punya tujuan. Gak cuma sekedar meluncurkan, setelah itu selesai.

Rasa ketertarikan berikutnya adalah acara ini diadakan di Atamerica. Atamerica (@america) adalah pusat kebudayaan Amerika Serikat yang terletak di lantai 3, Mall Pacific Place. Lho, kenapa harus di pusat kebudayaan Amerika peluncurannya? Berbicara tentang permainan tradisional milik Indonesia tapi di pusat kebudayaan Amerika? Atau apakah karena PlayPlus itu sendiri yang memang masih ada hubungannya dengan US? Menarik banget buat dicari tahu.


PlayPlus Indonesia adalah non-profit project yang bertujuan untuk melestarikan permainan anak tradisional Indonesia khususnya yang mempunyai nilai-nilai filosofi pendidikan, guna memberikan kontribusi dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. Project ini diinisiasi bersama oleh Alumni Program Pertukaran Pelajar ke Amerika (IELSP) Regional Yogyakarta dan merupakan pemenang dari sebuah kompetisi Alumni Engagement Innovation Fund (AEIF) 2013 dari Indonesia. Kompetisi ini diikuti oleh Alumni dari Seluruh Dunia. - Sumber: copas dari email PlayPlus -

Awalnya, Keke dan Nai mau Chi ajak, karena PlayPlus membolehkan undangan untuk mengajak anak-anak. Sayangnya, Nai ada outbound sama sekolahnya. Dan, dia lebih memilih untuk outbound. Keke batal ikut setelah tau Nai juga batal, apalagi kemudian dia tau Nai bakal dijemput sama ayahnya di sekolah, karena Chi gak bisa jemput. Keke lebih memilih bermain sama ayahnya juga. Lagipula, besok harinya giliran Keke yang outbound.

Pukul 02.45 siang, Chi udah berangkat. Acaranya sih dimulai pukul 4. Tapi, khawatir macet, namanya juga Jakarta. Eh, gak taunya malah kecepetan sampenya. Siang itu jalanan masih rada lengang.


Pintu masuk Atamerica


Sampe Pasific Place, Chi langsung naik ke lantai 3. Gak susah cari Atamerica, langsung ketemu. Cuma, sempet bingung pas udah sampe sana. Ruangannya tertutup. Di hadapan Chi ada 2 pintu besi (sebelah kiri-kanan) dan di tengah-tengah itu kaca. Pokoknya tertutup, gak ada satupun yang bisa Chi tanya.

Pas Chi lagi mau telp ke nomor kontak yang diemail oleh PlayPlus, tau-tau ada salah seorang petugas keamanan nanya maksud kedatangan Chi. Setelah dijelasin, Chi disuruh masuk dari pintu besi sebelah kiri. Bener-bener pintu besi. Abis berat dan tebal hihihi.

Begitu masuk ketemu lorong yang gak seberapa panjang. Di ujung lorong, Chi harus melalui pintu metal detector lagi. Kalau masuk Pasific Place, para pengunjung kan harus lewat pintu metal detector. Nah, kalau di Atamerica diperiksa lagi, berarti 2x pemeriksaan di pintu metal detector :D

Setelah diperiksa, Chi melewati tempat penitipan barang. Dan, semua pengunjung wajib menaruh barang bawaannya di loker-loker kaca. Yang boleh dibawa masuk hanyalah dompet, handphone, dan kamera. Bahkan tas kamera pun harus dititip. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan itu, baru deh Chi bisa masuk .

Chi langsung masuk ke ruangan tempat peluncuran ensiklopedia berlangsung. Baru ada segelintir orang. Bagus, deh, jadi Chi bisa ngobrol-ngobrol dulu. Dan, Chi ngobrol dengan seorang perempuan muda, salah seorang penggagas PlayPlus, yaitu Yuniar.

Seperti dugaan Chi di atas, memang ada hubungannya dengan Amerika karena mereka ini adalah alumni program pertukaran pelajar ke Amerika. Tapi, gak cuma itu aja sebenarnya. PlayPlus sudah melakukan workshop permainan tradisional anak Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2013. Kemudian, 5 Januari 2014, PlayPlus mengadakan Festival Bermain Anak Serentak di 6 kota. Tentunya PlayPlus gak bergerak sendiri, banyak sekali volunteer yang bersedia membantu saat itu.

Walopun saat festival berlangsung, ada pemda yang menyambut antusias, tapi secara umum sepertinya masih kurang dapat dukungan dari pemerintah. Justru pemerintah US lah yang kelihatannya antusias membantu dan memfasilitasi project ini.



Acara yang ditunggu pun dimulai. Pertama, diawali sambutan dari pihak Atamerica. Mengenalkan apa itu Atamerica dan apa aja yang ada di sana. Selama di Atamerica, pengunjung boleh pinjam IPad dan bisa internetan sepuasnya. Gak perlu antre, stoknya banyaaakkk. Pantesaaaaannn, tas gak boleh dibawa masuk. Bisa-bisa nanti IPad lupa dibalikin :p

Setelah penjelasan singkat dari pihak Atamerica, kemudian sambutan dari perwakilan kedutaan besar US, baru deh dari pihak PlayPlus. Pihak PlayPlus menjelaskan project mereka, kurang lebih seperti yang Chi tulis di atas itu. Setelah itu dilanjutkan dengan bermain ular naga. Chi milih fotoin ajah :D Dan, kemudian tanya-jawab. Dari beberapa orang yang bertanya, Chi jadi tau kalau yang datang dari berbagai kalangan. Berbagai komunitas yang peduli dengan permainan anak, guru, hingga dari BKKBN.

Sama seperti beberapa orang yang bertanya, kami memang menyayangkan sikap pemerintah yang masih kurang tanggap terhadap permainan tradisional anak Indonesia. Padahal permainan tradisional anak Indonesia itu bisa jadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa kita. Amerika Serikat, rasanya gak sekaya itu permainan tradisionalnya *menurut Chi, lho.

Tapi, daripada berlarut-larut menyalahkan pemerintah atau berpikiran jelek tentang US, yang ingin Chi lakukan pertama kali adalah acungan jempol dan salut dengan apa yang telah dilakukan PlayPlus dna juga para volunteer. Chi bener-bener terharu dan bangga sama yang mereka lakukan. Mereka itu masih anak-anak muda, lho. Banyak anak-anak muda itu pikiran masih tentang diri mereka sendiri. Nah, yang mereka lakukan adalah hal yang sangat positif banget. Gimana Chi gak terharu dan bangga coba.


 
Cover depan ensiklopedia. Bagian dalamnya menarik. Tutorialnya mudah dipahami dan banyak ilustrasinya


Seperti yang tertulis di buku ensiklopedia permainan tradisional anak Indonesia, tujuan membuat buku ini adalah:


Menjaga Kelestarian Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi? Itulah kenapa Chi gak mau terlalu berlarut berpikiran jelek, kita sendiri lakukan dulu. Apa yang udah kita lakukan untuk melakukan permainan tradisional anak ini?

Salah satu kendalanya lagi adalah kurangnya taman bermain, anak-anak kebanyakan bermain di rumah - asyik dengan gadgetnya. Keke dan Nai pun akrab dengan gadget. Tapi, bukan berarti mereka asing dengan permainan tradisional. Beberapa permainan tradisional yang pernah Keke dan Nai mainkan adalah congklak, cublak-cublak suweng, ular naga, petak umpet, engklek, lompat tali, benteng, dan lainnya.

Walau halaman terbatas, Chi tetep berusaha mengenalkan ke mereka. Bahkan pernah main engklek di garasi. Caranya, lantai di coret-coret pakai spidol hahaha. Marah karena lantai dicoret-coret? Enggak, lah. Gimana mau marah kalau yang coret-coret justru kami sendiri, orangtuanya :p Lama-lama juga bersih lagi setelah beberapa kali dipel. Tapi, rasa senang anak-anak yang gak tergantikan oleh apapun :)


Mendokumentasikan Permainan Tradisional Anak Indonesia

PlayPlus mendokumentasikan permainan tradisional anak Indonesia dengan membuat ensiklopedia. Ada 60 permainan tradisional anak dari Sabang sampai Merauke di dalam ensiklopedia tersebut. Jumlah permainan tradisional anak Indonesia pasti lebih banyak dari itu, tapi bisa mengumpulkan sampai 60 permainan itu hebat!

Sebagai orang tua dan juga blogger, Chi mengenalkan permainan tradisional ke Keke dan Nai. Setelah itu, Chi tulis deh di blog. Memang, sih belum semua ditulis di blog. Tapi, ada 2 tulisan Chi yang udah ada di blog ini, yaitu Traditional Game Fair dan Kartinian


60 permainan tradisional anak Indonesia yang berhasil di dokumentasikan oleh PlayPlus dan para kontributor. Ada yang masih ingat dengan permainan-permainan ini?


Mengidentifikasi dan Menganalisa Jenis-jenis Permainan Tradisional yang Mempunyai Nilai-nilai Pendidikan dari Berbagai Daerah di Indonesia

Yup! Permainan tradisional itu gak cuma menyenangkan tapi ada nilai positif dan pendidikannya

  • Berolahraga - umumnya permainan tradisional itu bergerak. Dengan bergerak anak jadi berolahraga
  • Bersosialisasi - minimal untuk bisa bermain permainan tradisional membutuhkan 2-3 orang. Berbeda dengan gadget yang sendirian pun bisa dimainkan. Jadi, permainan tradisional juga mengasah anak untuk mampu bersosialisasi
  • Berkompetisi - permainan tradisional juga banyak mengajarkan tentang kompetisi. Anak bisa belajar berkompetisi secara fair. Bagaimana harus bersikap ketika kalah atau menang
  • Belajar - Dipermainan tradisional pun anak bisa belajar. Misalnya, ketika main engklek, anak bisa belajar berhitung. Dan juga belajar lainnya. Belajar itu membosankan? Tentu tidak kalau dilakukan dengan cara bermain. Malah anak jadi lebih mudah menangkap.

Chi sih dukung banget sama langkah yang dilakukan oleh anak-anak muda yang tergabung di PlayPlus dan para volunteernya. Semoga ke depannya, semua pihak bisa tertular semangat PlayPlus ini.

Harapan Chi ke depan, akan ada banyak taman-taman yang bisa dipakai untuk bermain permainan tradisional. Atau kalau sekarang banyak mall yang punya playground indoor, semoga ke depannya ada juga tempat bermain anak khusus permainan tradisional.

Oiya, selesai acara, Chi gak langsung pulang, keliling sejenak di Atamerica. Tapi, kapan-kapan aja ceritanya.Sekarang kita memasyarakatkan lagi permainan tradisional anak Indonesia, yuk! Jangan sampe generasi ke depannya, semakin gak mengenal permainan tradisional. Padahal kita punya banyak sekali permainan tradisional.

PlayPlus, terimakasih banyak ya untuk undangannya. Puas dan berkesan. Jangan lupa undang-undang Chi lagi kalau ada event :D

Buku Ensiklopedia Permainan Tradisional Anak ini tidak dijual bebas. Tapi, akan disebarkan ke beberapa PAUD yang membutuhkan. Bagi PAUD yang merasa membutuhkan buku ini, bisa menghubungi PlayPlus untuk diseleksi.


FB: PlayPlus Indonesia
Twitter: PlayPlusAEIF
Email : playplusINA@gmail.com

  • Share:

You Might Also Like

20 comments

  1. waaah seru dan keren ya mak...
    permainan tradisional alhamdulillah masih ngerasain dan membekas banget di hati.
    untuk beberapa yang mudah saya perkenalkan dan mainkan sm 3 krucils juga di rumah.
    idenya playplus memang plus kok..:)
    makasih share-nya mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga permainan tradisional berjaya lagi, ya :)

      Delete
  2. Wah, salut sama yang peduli dg pelestarian permainan anak Indonesia. Kalau dibandingkan dg sekarang kan udh langka & mulai menghilang. *Membandingkan nilai2 positif permainan tradisional tsb dg statis diem di depan TV atau gadget :(

    Kangen mainan masa keciiilll...

    ReplyDelete
  3. Jadi teringat senangnya dulu bermain permainan tradisiona mbak..
    Banyak teman, rame ,seru dan sekarang jarang banget melihat anak-anak bermain itu yaa, semoga permainan tradisional kembali berjaya :p

    ReplyDelete
  4. Permainan tradisional jaman dulu emang asik dimainkan mbak. Selain ketangkasan, teknik dan strategi juga diperlukan. Ah, jadi ingat beberapa waktu lalu ketika saya mengikuti kompetisi gobaksodor on liner. biar gak menang tapi seruu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. itulah asiknya bermain permainan tradisional. Menang kalah yang penting hepi :D

      Delete
  5. permaianan tradisonal identik dengan gerakan ya, makanya lebih sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Lid. salah satu bagusnya permainan tradisional, badan jadi bergerak

      Delete
  6. Mengasikkan sekali permainan tradisional, soalnya bermainnya gak sendiri, rame-rame. saya masih ingat, dulu masih zaman sekolah. sering kali main sama tetangga sekitar rumah, mbak. entah main Petak Umpet, Salodoren, Tektengan, Kelereng, Bantengan, dan masih banyak lainnya. saya sampai susah nerjemahkan ke bahasa Indonesianya, mbak. haha, beberapa istilah yang dipermaikan di kampung halaman saya, Madura.

    Salut juga sama anak-anak muda yang menggagas semua itu, mbak. kita semakin prihatin dengan menjamurnya permainan di gadget, game online, yang semua itu dilakukan hanya melalui perangkatnya masing-masing, tanpa adanya interaksi secara langsung. buruknya lagi hanya bikin candu, dan sampai mengabaikan aktivitas sekolahnya. bahaya kalau seperti itu yah, mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga permainan nasional tdk menjadi langka :)

      Delete
  7. wah.. salut buat semangat mereka2 yg punya ide ini... permainan asli Indonesia memang sudah jarang dimainkan... barangkali gambar yg sy post di FB ini termasuk dlm permainan asli Inonesia, maaf kalo sy nitip link, prntscr.com/398m9q

    ReplyDelete
  8. Wah betul mak, menarik banget. Harus ada kelanjutannya tuh karena masih banyak yang belum terdokumentasikan, terutama diluar Jawa

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju, Mak. Kalau dikumpulin kayaknya bisa sampe ratusan, ya

      Delete
  9. 'n now? pada ilang dan ampir punah! Untung ada enci yang peduli ... :) *salut

    ReplyDelete
  10. asyik bgt ih diundang acara begini..
    bukunya layak dikoleksi nih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Mbak. Saya merasa beruntung bisa dateng ke acara ini. Bukunya juga bagus banget :)

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^