Cerita tentang film JUMBO lagi. Tuh kan, Chi bilang juga banyak hal yang
bisa dibahas dari animasi ini hehehe. Baidewei, JUMBO berhasil
menduduki peringkat 1 sebagai film terlaris di Indonesia. Yeaaay!

Sebetulnya sejak awal, udah pengen menulis tentang ini. Tapi, kalah gregetan sama pro kontra tentang Meri, si hantu cilik, di film JUMBO. Makanya, Chi mengulas tentang Meri dulu. Setelah itu, kepotong dengan berbagai aktivitas. Jadilah tulisan ini baru sempat dibuat.
"Don tuh NPD!"
"Ngeselin lihat Don. Kecil-kecil udah NPD."
Hadeeeuuh ... hadeuuuhhh ... Kenapa Don sampai dianggap NPD sama beberapa netizen?
Dikit-Dikit NPD (Narcissistic Personality Disorder)
Bagus sih kalau zaman sekarang semakin banyak yang sadar akan pentingnya kesehatan mental. Tapi, sebaiknya juga jangan self diagnosis.
Asal ada yang manipulatif, egois, berbohong, playing victim, dan lainnya langsung dicap NPD. Ya gak gitu juga. Sifat-sifat tadi juga bisa dimiliki beberapa orang atau kasus yang bukan NPD. Bukan pula sekadar seseorang yang suka narsis foto selfie juga.
Chi pribadi semakin menjaga jarak dari orang-orang yang dirasa toxic. Terlepas dari dia NPD atau bukan. Pokoknya kalau dirasa kurang nyaman bahkan merugikan mending agak menjauh. Tapi, Sepemahaman Chi yang awam ini, NPD itu sangat kompleks. Jadi, serahkan ke ahlinya. Bukan kita yang menentukan orang tersebut NPD atau bukan.
Sifat Egosentris pada Anak
Ada scene di mana Don terlihat egois. Meri marah karena Don ingkar janji.
Perjanjiannya Meri akan membantu Don memenangkan lomba pentas seni.
Setelah lomba selesai, Don berjanji akan membantu Meri mencari kedua
orangtuanya.
Ternyata, kelompok Don memenangkan pentas seni. Sehingga harus tampi lagi
di malam hiburan Kampung Seruni. Don kembali membujuk 2 sahabat dan Meri
untuk membantunya. Tentu aja, Meri marah kepada Don. Karena waktu dia
untuk bisa ketemu orangtuanya semakin menipis. Meri pun pergi.
Ketika 2 sahabatnya yaitu Mae dan Nurman butuh bantuan untuk
menyelamatkan Meri, Don malah memilih menyelamatkan buku kesayangan. Buku
peninggalan kedua orangtuanya yang udah tiada.
Kedua sahabatnya pun marah kepada Don. "Kamu tuh ya maunya didengerin
terus!" ujar Mae.
Kalau Chi lebih melihatnya Don itu egosentris. Sifat ini, memang masih
umum dimiliki oleh anak karena merupakan salah satu tahap perkembangan
yang alami. Anak cenderung fokus pada dirinya sendiri.
Belajar Memahami Sifat Seseorang
Semua karakter di film JUMBO tuh abu-abu. Maksudnya gak ada yang baik
banget atau jahat banget kayak karakter-karakter di sinetron. Ups! Sama
lah kayak manusia di dunia, ada sifat plus minus. Bahkan karakter Kepala
Desa yang kelihatannya jahat banget kan tadinya orang baik. Karena kecewa
akhirnya jadi jahat. Udah kayak Joker aja, ya. Orang baik yang tersakiti,
makanya jadi jahat hehehe.
Kalau Don terlihat ada egoisnya, sebetulnya bisa dipahami juga dari jalan
cerita di film ini. Justru Chi tuh heran ketika bisa dengan mudah memahami
sifat Atta, tapi malah langsung ngejudge Don itu NPD. Lha?
Kalau menyimak beberapa opini katanya lebih mudah bersimpati dengan Atta
karena merasa relate. Selain itu hidup Don dianggap lebih beruntung, tapi
ternyata masih egois.
Iya, Don memang kelihatannya lebih beruntung. Meskipun yatim piatu dan
hanya tinggal berasa Oma. Tapi, Don disayang banget sama omanya. Dia juga
punya 2 sahabat yaitu Nurman dan Mae. Kalau lihat dari rumahnya, kayaknya
oma Don termasuk old money di Kampung Seruni.
Don bersikap egois karena kerap di-bully sama teman-temannya, kecuali Mae dan Nurman. Itulah alasan kuat Don sangat ingin menang lomba. Kemudian menjadi egois karena lebih mementingkan pentas daripada membantu para sahabatnya. Dia berpikir kalau menang, gak akan ada lagi yang membullynya.
Salah seorang anak yang sering membully Don adalah Atta. Bahkan dia
seperti menjadi pemimpinnya karena Atta dianggap jago bermain kasti.
Ada salah satu scene di mana Atta meminta maaf kepada Don. Alasannya
karena iri. Merasa sama-sama yatim piatu, tetapi Atta melihat hidup Don
lebih baik. Punya rumah yang bagus dan sahabat. Sedangkan Atta hanya
tinggal bersama kakaknya yang bekerja sebagai tukang reparasi peralatan
elektronik. Bukannya bersahabat, malah menunjukkan rasa marah dengan
keadaannya ngebully Don.
Menurut Chi, meskipun hidup Atta lebih relate kengan kita sekalipun, bukan jadi alasan untuk membenarkan perilakunya ngebully Don. Giliran Don malah langsung dicap NPD hanya karena dia sempat egois. Padahal endingnya, dia membantu para sahabat dan juga bersahabat dengan Atta.
Beberapa kali menyimak utas, katanya sekarang ini ada beberapa penyimpangan istilah psikologi. Misalnya sekarang banyak yang bilang healing untuk jalan-jalan. Padahal dalam istilah medis arti healing lebih dalam. Ada proses penyembuhan jiwa seseorang yang mungkin saja tidak sederhana.
Menurut Chi, meskipun hidup Atta lebih relate kengan kita sekalipun, bukan jadi alasan untuk membenarkan perilakunya ngebully Don. Giliran Don malah langsung dicap NPD hanya karena dia sempat egois. Padahal endingnya, dia membantu para sahabat dan juga bersahabat dengan Atta.
Istilah Psikologi vs Bahasa Gaul
Beberapa kali menyimak utas, katanya sekarang ini ada beberapa penyimpangan istilah psikologi. Misalnya sekarang banyak yang bilang healing untuk jalan-jalan. Padahal dalam istilah medis arti healing lebih dalam. Ada proses penyembuhan jiwa seseorang yang mungkin saja tidak sederhana.
"Itu kan arti dalam bahasa gaul."
Mulai deh ada timbul komentar-komentar kalau istilah psikologi dan bahasa
gaul berbeda. Meskipun awalnya terinspirasi dari istilah psikologi.
Untuk beberapa istilah, mungkin Chi setuju-setuju aja. Misalnya yang
healing itu, bagi Chi masih oke aja lah. Anggap aja 'menyembuhkan'
kepenatan. Bukan berarti memiliki luka batin yang butuh penanganan lebih
serius.
Tapi, kalau udah sampai menuduh orang rasanya harus lebih berhati-hati,
deh. Kalau dulu akn pernah ada istilah autis untuk menjuluki siapapun yang
lagi cuek dengan suasana. Padahal jelas banget melenceng dari arti
sebenarnya. Dengan seringnya sosialisasi tentang autis, sepertinya Chi
udah gak pernah lagi melihat seseorang dicap autis padahal sebetulnya cuma
cuek.
Kembali ke bahasa NPD. Artikel ini bukan menceritakan review film JUMBO.
Tapi, rasanya gerah aja gitu ya melihat kita semakin mudah mencap
seseorang itu NPD.
Silakan baca: Film JUMBO, Animasi Indonesia yang Sap Sap Sap!
Padahal mungkin aja kita sendiri pernah sesekali egois. Tapi, tentunya gak bisa langsung dibilang NPD. Sama halnya dengan ngecap seseorang tuh toxic. Hanya perkara dia sedikit ngeselin di hari itu langsung dicap toxic. Padahal kita juga bisa aja kadang-kadang ngeselin di mata orang lain.
Silakan baca: Film JUMBO, Animasi Indonesia yang Sap Sap Sap!
Padahal mungkin aja kita sendiri pernah sesekali egois. Tapi, tentunya gak bisa langsung dibilang NPD. Sama halnya dengan ngecap seseorang tuh toxic. Hanya perkara dia sedikit ngeselin di hari itu langsung dicap toxic. Padahal kita juga bisa aja kadang-kadang ngeselin di mata orang lain.
Intinya, hati-hati aja kalau menuduh orang. Apalagi di dunia nyata.
Termasuk ke diri sendiri juga. Pokoknya jangan normalisasi self-diagnosed
lah. Kalau udah ada indikasi serius, mendingan tanya ke ahlinya.
Ending film JUMBO, Don belajar lebih mendengarkan. Atta tidak lagi
ngebully. Nah, kan, setahu Chi kalau karakter seseorang udah toxic
biasanya gak sesederhana itu berubahnya.
0 Comments
Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^