InsyaAllah, beberapa hari lagi, umat Muslim akan bersukacita merayakan
hari raya Idul Fitri. Berbagai persiapan mulai dilakukan, terutama bagi
yang berencana mudik ke kampung halaman. Tidak hanya membawa perlengkapan
pribadi. Ada yang membawa oleh-oleh bahkan menyiapkan beberapa
lembar uang kertas baru untuk THR yang akan dibagikan ke kerabat,
khususnya anak-anak. Tapi, sebetulnya wajib gak THR untuk anak saat
Lebaran?
Bagi kami, jawabannya gak wajib. Chi gak pernah melakukan bagi-bagi THR
ke anak-anak sekalipun.
Dua Tradisi Keluarga Besar yang Berbeda
Keluarga Chi dan K'Aie memiliki kebiasaan berbeda tentang ini. Kalau
keluarga besar Chi seperti kebanyakan keluarga lain, memang suka bagi-bagi
THR. Biasanya di Lebaran hari pertama para krucil bersukacita karena
mendadak jadi banyak duit 😎. Tapi, di keluarga besar K'Aie gak ada
kebiasaan ini.
Awalnya, Chi pengen ngikutin kebiasaan masing-masing keluarga aja. Kalau
di keluarga besar K'Aie ya gak usah bagi-bagi THR. Sedangkan di keluarga
besar Chi sebaliknya. Tapi, K'Aie kurang berkenan. Memang gak sampai tegas
menolak. Hanya kelihatan kurang sreg.
Ya udah, Chi pun memilih nurut ma K'Aie. Lagipula memang gak ada hukumnya
wajib memberikan THR ke anak-anak, kan. Itu sekadar tradisi yang mungkin
dilakukan banyak orang saat hari raya. Tapi, kalau suami gak berkenan, Chi
nurut aja.
Do's and Don'ts tentang THR untuk Anak Saat Lebaran
K'Aie memang kurang berkenan memberikan THR untuk anak. Tetapi, bukan
berarti memandang tradisi ini gak bagus. Silakan aja kalau keluarga
lain mau melakukannya. K'Aie hanya kurang berkenan untuk keluarganya
sendiri. Kami punya beberapa prinsip tentang THR untuk anak, yaitu
Ajarkan Anak-Anak untuk Tidak Meminta THR
Keke dan Nai tidak pernah diajarkan untuk meminta THR. Apalagi kami tidak
pernah memberikan. Masa' trus anak-anak malah diajarin meminta? Jadi, Keke
dan Nai biasa tentang tradisi ini. Dikasih seneng, gak dikasih pun gak
menagih.
Biasakan Mengucapkan Terima Kasih
Ini, sih, termasuk ajaran dasar. Gak hanya ketika diberi THR aja, ya.
Tetapi, diberi kebaikan oleh siapapun harus dibiasakan mengucapkan terima
kasih.
Banyak Cara untuk Berbagi
"THR kan cuma setahun sekali. Anggap aja berbagi."
Setuju. Tapi, berbagi di hari raya gak harus selalu dalam bentuk THR.
Kami lebih mentraktir keluarga besar makan di resto atau
food delivery. Atau ajak para krucil ke tempat bermain anak. Banyak
cara untuk berbagi kesenangan dengan keluarga besar.
Jawab dengan Santai dan Belajar Cuek
Awalnya, Chi sempat merasa gak enak hati kalau sampai gak kasih THR ke
anak-anak. Alhamdulillah keluarga besar Chi gak ada yang julid. Memang ada
sih yang suka nagih. Tapi, masih dalam batas aman, lah. Nanya sekadar
becanda aja. Gak sampe yang julid atau ngeselin gitu.
Jawab aja dengan santai kalau ada yang nanya. Terkadang Chi ngebayangin,
kalau sampai ada yang julid. Ya sekalian menyiapkan kata-kata yang pas.
Untungnya kami berdua termasuk cuek, sih hahaha.
Jangan Merasa Terpaksa Memberi THR untuk Anak
Sering Chi perhatiin beberapa netizen jadi gak semangat menyambut hari
raya karena urusan THR ini. Merasa jadi kayak terpaksa berbagi. Padahal
dirinya sebetulnya membutuhkan uang tersebut untuk hal lain. Tapi, karena
gak enak sama keluarga besar, khawatir diomongin/dijulidin, akhirnya
terpaksa ikut tradisi tersebut.
Mungkin di sini pentingnya mempraktekkan 'seni bodo amat'. Ya, Chi pun
awalnya sempat merasa gak enak. Tapi, hanya di awal aja. Lama-lama juga
biasa aja. Kalaupun ternyata sampai ada yang julid, ya mungkin karena
egois.
Kemampuan finansial setiap orang kan berbeda-beda. Apalagi kalau Lebaran
jatuhnya di sekitaran Mei-Juli. Kebanyakan orangtua lagi banyak
pengeluaran di bulan-bulan itu. Beli seragam baru, beli buku tulis, bahkan
ada yang harus bayar uang masuk sekolah baru atau daftar ulang. Totalnya
bisa lumayan banget, lho.
Jadi, seharusnya sama-sama pengertian aja, lah. Boleh banget ngasih THR.
Tetapi, seharusnya gak ada pemaksaan. Apalagi bikin aturan mewajibkan beri
THR ke anak-anak saat Lebaran. Wajib dari mana, sih?
Prinsip di atas memang ada yang untuk Chi dan K'Aie juga. Tetapi,
biasanya anak-anak akan melihat kebiasaan orangtuanya.
Keke dan Nai gak pernah nanya kenapa ayah dan bundanya gak ikutan
bagi-bagi juga. Ya, mungkin karena kalau di keluarga besar ayahnya gak ada
kebiasaan itu. Jadi, mereka pun cuek aja. Gak pernah nanyain juga.
Kalau pun kelak mereka berkeluarga dan memiliki tradisi yang beda dari
orangtuanya ya silakan aja. Tetapi, tetap pesan kami adalah jangan merasa
terpaksa. Mulai deh ajarin anak tentang literasi keuangan.
Bila ingin tetap kasih THR ke anak, kelola keuangan dengan bijak. Jangan sampai usai hari raya malah keuangan jadi boncos. Bahkan sampai makan pos-pos anggaran lainnya. Padahal masih banyak kebutuhan yang lebih penting.
Oiya, satu hal lagi yang kami rasakan. Ada atau gak ada bagi-bagi THR untuk anak, gak mengurangi rasa kebersamaan. Tetap bisa bersukacita saat Lebaran. Alhamdulillah.
Bila ingin tetap kasih THR ke anak, kelola keuangan dengan bijak. Jangan sampai usai hari raya malah keuangan jadi boncos. Bahkan sampai makan pos-pos anggaran lainnya. Padahal masih banyak kebutuhan yang lebih penting.
Oiya, satu hal lagi yang kami rasakan. Ada atau gak ada bagi-bagi THR untuk anak, gak mengurangi rasa kebersamaan. Tetap bisa bersukacita saat Lebaran. Alhamdulillah.
27 comments
nah itu yang saya takutkan juga. sekali berbagi THR takutnya jadi kebiasaan dan gak enak hati jika tahun depan gak bagi THR
ReplyDeleteJadi seasyiknya aja, kalo sedang pingin berbagi ya lakukan, kalo enggak, apalagi enggak ada uang receh, ya udah
Makanya menurut saya memang penting sesekali bisa bersikap 'masa bodo'. Gak apa-apa memberi THR. Tapi, jangan sampai terpaksa. Apabila tahun depannya sedang tidka bisa memberi, harus bisa tegas. Masa bodo juga kalau bakal sampai ditagih :D
DeleteKalau ada diberikan THR-nya, kalau gak ada gak maksain diri. Tapi memang sih bocil-bocil pada nandai rumah yang suka dan tidak ngasih THR, makanya sikap 'masa bodo' terkadang diperlukan agar lebaran tetap damai. Makasih sudah mengingatkan kembali makna THR.
ReplyDeleteIya, harus bisa bersikap masa bodo. Jangan gak enakan melulu :D
DeleteWaktu daku kecil diajarkannya menabung buat THR yang gede, kalau yang kecil gak apa jajan. Nah yang dari ortu itulah yang gede hehe, walau tetep aja malah yang diinget jajan. Jadi bukan kecil gedenya yang dipikirkan
ReplyDeleteGak apa-apa lah jajan lebih bebas setahun sekali hihihi
Deletebuat anak kecil sebenarnya bisa juga, tapi harus diikutin dengan mereka bisa menabung duit THR nya biar mereka nggak kena investasi bodong haha
ReplyDeletehahahah bener juga. Investasi bodong banyak terjadi di saat hari raya, ya :D
DeleteMenurut saya bagi-bagi THR itu bukan kewajiban, tapi hanya tradisi saja, Mbak. Dan sejak kecil, saya juga tidak pernah dikasih THR orang tua hehehe. Tahun ini pas mudik, saya juga tidak bagi THR, apalagi sebagai penulis freelance, saya juga tak dapat THR. Tidak perlu tak enak hati, daripada habis lebaran pusing keuangan menipis hahaha.
ReplyDeleteSeharusnya memang begitu. Tapi, kalau menyimak berbagai obrolan netizen, jadinya ada yang menjadikan THR sebagai kewajiban. Kalau gak ngasih kayak dijulidin ma keluarga besar. Kasihan sih kalau sampai kayak gitu. Tapi, saya tipe yang bodo amat :D
DeleteIya, bagi-bagi THR itu hanya tradisi, hukumnya tidak wajib. Prinsipnya untuk berbagi saja. Kalau ada bagi, kalau ga cukup jangan paksakan. Dan orang lain harus pengertian. Kalau ga dikasih jangan ngambek dan julid.
ReplyDeleteKalau dalam keluargaku ga ada sebutan bagi-bagi THR, tapi bagi-bagi hari raya. Beda sebutan aja, tapi intinya tetep bagi-bagi. Bisa dengan uang, baju baru, makanan, atau barang berguna lainnya.
Anakku ga dibiasain dapat THR. Karena memberi mereka uang bisa kapan saja. Jadi mereka ga akan minta-minta ke ortunya ataupun orang lain. Dikasih diambil, ga ada ya ga minta.
Nah, mungkin kalau saya pun lebih tepat dibilang bagi-bagi hari raya. Karena gak pernah bagi duit, tapi bagi-bagi dalam bentuk lain.
DeleteMenyesuaikan kondisi keuangan aja menurut saya sih. Jika kebetulan dananya ada dan nawaitu kita kuat untuk memberikan THR sebagai hadiah puasa, saya rasa baik sekali. Kalau saya sih memberikan amplop THR adalah wujud rasa syukur akan rezeki yang sudah didapat. Ngasihnya juga ke anak-anak atau keponakan yang masih sekolah dan belum berpenghasilan sendiri.
ReplyDeleteSetuju, Mbak. Memang sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi keuangan. Jangan memaksakan diri, ya
DeleteSetuju kak, aku gamau anak jadi bermental fakir dan minta sama orang, lebih baik minta sama Allah aja kalau pengen apa2. Jujur, anakku seneng dapet uang meskipun ga ngerti hahaha
ReplyDeleteAnak-anak mah dikasih permen juga udah seneng, ya hihihi. Tapi, memang bagusnya jangan biasakan untuk meminta apalagi menagih harus dikasih
DeleteDi keluarga saya sudah jadi tradisi sih bagi-bagi THR baik untuk anak maupun keponakan yang jumlahnya belasan. Hitung-hitung sodakoh... Seneng banget lihat anak-anak semringah saat menerima THR. Momen setahun sekali harus dimaksimalkan...
ReplyDeleteMemaksimalkan berbagi kebahagian tentu baik ya, Dok. Asalkan jangan merasa terpaksa aja :)
DeleteUntuk keluarga yang terbiasa dengan tradisi ini anak-anak pasti nunggu dengan antusias. Jadi sebisa mungkin kita juga memberi ya supaya anak senang, toh jumlahnya bisa diatur sesuai kemampuan ortu.
ReplyDeleteIya, di keluarga saya banyak yang antusias menunggu pembagian THR karena memang tradisi. Tapi, alhamdulillah juga pada memahami kalau saya memilih ikut tradisi suami yang gak pernah bagi-bagi uang :)
DeleteSaat keliling ke rumah saudara, apalagi yang sudah, saya sudah sounding ke anak-anak, jangan terima uang dari Mbah, karena Mbah sudah ga ada kerja. Alhamdulillah mereka paham, bahkan sampai dipaksa mereka ga mau.
ReplyDeleteKembali kepada masing-masing pribadi ya, mbak.
Iya, kembali ke masing-masing. Tentu udah pada tau keuntungan dan risikonya :)
DeleteAnak-anak memang gak terasa mau diberi uang pecahan berapapun, yang penting lembarannya banyaakk.. Heheh, kalau di keluargaku, gak ada kebiasaan ini. Tapi di keluarga suami, ada.
ReplyDeleteJadi nurutan berbagi meski sedikit ewang..
Wah, kebalikan ma saya ya, Mbak. Kalau di saya justru keluarga suami yang gak ada tradisi ini. Tapi, di keluarga saya ada hehehe
DeleteKalau saya, gak wajib. Tapi kalau ada, dikasih aja, mereka senang. Tapi tetap diajarkan bahwa jangan selalu nunggu THR, apalagi sampai sengaja menunggu ada yang ngasih /meminta-minta saat pergi bersilaturahmi ke keluarga/kerabat/tetangga.
ReplyDeleteYup! Kalau dikasih tetap menerima dan ucapkan terima kasih. Tapi, memang sebaiknya gak sampai meminta atau menagih.
DeleteTradisi ngasih THR masih melekat kuat, alhamdulillah anak-anak kami ajari gimana bersikap dengan THR ini, kalau diberi bersyukur dan ucapkan terimakasih, kalau tidak dikasih ya gak papa tetap bersilaturahmi dengan baik
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^